section : 12 - dewa zeus

1.4K 302 38
                                    

"Nggak ada yang nggak mungkin bagi seorang Shaka."

Mata elang Vegas bersitatap dengan manik cokelat gelap milik Shaka. Meragukan arogansinya. "Maksud lo memungkinkan segala cara?"

Shaka mengernyit samar. Ekstra waspada terhadap buron satu ini.

"Dengan main teater?" Ada jeda cukup lama setelah pertanyaan yang Vegas lontarkan. "Nggak mungkin tanpa alasan lo berani muncul di depan publik setelah 5 tahun dikabarkan hilang."

Shaka tidak tahu darimana asal cowok ini, apa tujuannya bertanya demikian, siapa yang menyelamatkannya dari kejaran polisi. Ia hanya tahu, Vegas seorang buronan yang sedang dalam masa pencarian. Dimana wajahnya ditampilkan hampir di semua platform. "Bocah kaya lo mana ngerti."

"Gue tahu semuanya."

Satu alis Shaka terangkat. Karena seharusnya tidak ada yang tahu. Tidak seorangpun. "Sejauh mana?"

"Sejauh lo pergi ninggalin kita."

Suara itu datang dari arah lain. Dari seorang perempuan yang beberapa tahun silam suaranya tidak pernah Shaka dengar. Dari seorang perempuan yang berada sekian meter di belakangnya. Dari seorang perempuan yang berdiri di bawah guyuran gerimis, menatapnya dengan berjuta tuntutan.

"Damn," lirih Shaka.

Kemudian seorang laki-laki keluar dari mobil yang sama. "Gue Demetrius Jonathan Radeksa, kelas XII-IPA/B, di-blacklist karena sabotase sistem nilai UAS semester II kelas XI. Terimakasih."

Seperti bukan si cupu yang menantangnya waktu itu. Jo yang sekarang jauh berbeda. Badannya lebih besar dari Shaka, lengan kanannya dihias tattoo penuh arti, bahkan langkahnya lebih tegap dibanding dulu.

Yang tidak berubah hanya cara Jo menatapnya seperti seorang saingan. Bagaimana laki-laki itu berdiri persis di hadapannya lalu mendadak melayangkan bogeman mentah di rahang kiri.

Shaka yang tidak ada persiapan otomatis terpelanting jatuh begitu saja. "What the fuck is that?!"

Vegas pun tidak menyangka Jo bakal bersikap demikian. Ia pikir mereka akan menyambutnya dengan baik.

"Lo berhutang sama kita." Jo tidak mengulurkan tangan sebagai bantuan. Melainkan menarik kasar kerah jaket si laki-laki, menyeretnya masuk ke dalam mobil.

"Bawa motornya," titah Nadine pada sang adik. Dan Vegas mengangguk.

****

⚠️trigger warning: violence.

"Kasih tahu kita, apa alasan lo ngelakuin semua ini?"

"Kenapa gue harus kasih tahu?"

Bugh!

Lucy menutup mata dan telinga. Tubuhnya gemetar takut dengan Jo yang membabi-buta. Sehingga Kale perlu menuntunnya menjauh.

Shaka diseret ke lantai tertinggi gedung tua terbengkalai. Tempat Vegas mengajak Daisy melihat matahari terbenam untuk terakhir kali.

Sebuah tali melilit tubuh Shaka pada pilar beton. Tangannya diikat di belakang. Memandang satu per satu orang yang berdiri menontonnya disiksa habis-habisan oleh Jo.

Claire, dia ingat pemilik helai blonde itu selalu tenang di situasi apapun. Bahkan sampai detik ini Shaka yakin perempuan itu tidak akan menunjukkan perasaan sebenarnya. Dia pemain sandiwara handal.

Nadine, bagaimana Shaka bisa lupa. Gadis naif itu kebalikannya. Bodoh menyembunyikan sesuatu. Tapi detik ini, Shaka tidak melihat kekhawatiran di wajahnya. Lagipula untuk apa dia berharap?

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang