.
.
.
Mark membawa Hagi dalam keadaan tidak sadar menuju salah satu laboratorium di rumahnya. Mark selain berprofesi sebagai dokter, juga bergabung dalam tim ilmuwan hebat dunia. Tidak usah heran, jika dia bisa meraih gelar profesor di usia yang masih muda.
Di laboratorium inilah terdapat sebuah tabung besar yang berbentuk kapsul yang dia namakan sebagai BBTR-XY. Tabung yang akan menjadi wadah untuk ekperimennya dan Hagi sebagai umpannya. Sudah lama dia ingin mencoba fungsi dari tabung itu, tapi dia tidak pernah menemukan seseorang yang cocok. Mark juga belum menikah hingga saat ini. Hari-hari pria itu hanya dihabiskan untuk ekperimen, mengobati pasien, dan juga segudang buku sains miliknya.
"Percobaan ini harus berhasil, selain untuk membuat temanku bahagia, kau juga akan mengubah duniaku. Percobaanku akan diakui oleh dunia nantinya." Dokter itu tersenyum lalu meletakkan Hagi di sebuah brankar yang berlapis kulit. Lalu dia pun menanggali pakaian rumah sakit yang dipakai Hagi, dan hanya meninggalkan dalaman saja.
Pertama, dia pun membersihkan tiap inci tubuh Hagi dengan cairan khusus berbahan dasar antiseptik. Fungsi dari cairan itu agar seluruh bakteri yang ada di kulit Hagi hilang, karena tabung itu tidak boleh terkena kuman sedikit pun. Dan tadi, sebelum Mark masuk ke laboratorium miliknya, dia sudah membersihkan diri terlebih dahulu, memakai masker dan sarung tangan medis.
Setelah tubuh mungil milik Hagi bersih, dia pun mulai menyiapkan alat-alat canggih yang tentunya hanya dia yang mempunyai itu.
"Kalian cepatlah datang kemari, aku akan melakukan operasi pada wajah anak ini." Hagi menelpon sahabatnya Xam.
Sembari menunggu Xam dan Naya datang, dia pun mempersiapkan hal yang lain dulu.
...
"Baby, lihat ini ! Mama membelikan bucket hat yang baru untukmu. Bentuknya lucu sekali," Naya menunjukkan bucket hat dengan hiasan berbentuk anime untuk anak tersayangnya.
Cadfael, anak tunggalnya itu mengalami kebotakan akibat chemotherapy untuk membunuh sel-sel kanker yang menggerogoti tubuhnya.
"Keren, gambar naruto. El mau memakainya, Ma." El yang sedang bersandar di kepala ranjang pesakitan tersenyum bahagia, senyum yang sangat menyayat hati sang ibu.
Naya mengarahkan handycam miliknya pada sang anak, lalu memakaikan topi itu di kepala El yang plontos.
"Tampan sekali, hmm... Semoga cepat sembuh kesayangan." Naya mencium kening sang anak berulang kali.
Naya kembali menangis saat ini, dia tadinya hanya iseng untuk memutar kenangan bersama anaknya yang tersimpan apik di memori handycam itu. Sakit sekali rasanya, melihat kembali senyum tulus anak tunggalnya yang begitu dia rindukan. Perih namun tak bisa dilampiaskan, sesak yang sulit untuk diobati.
Xam yang melihat itu segera merebut handycam dari tangan sang istri dan menutupnya, memori itu sudah cukup untuk dikenang. Mereka harus improve ke arah yang lebih baik, masih banyak hal yang patut untuk disyukuri daripada ditangisi.
"Aku sudah berulang kali mengatakan , El sudah sembuh, El sudah bahagia, dan dia tidak pernah suka melihat kita seperti ini." Naya menjerit di pelukan suaminya, Xam memeluknya dengan erat, menghapus jarak di antara mereka. Merengkuh satu sama lain, memberi dukungan moril yang kuat.
"Aku rindu El, ayo ke rumahnya." Isak Naya lagi.
"Kita baru saja dari sana, aku juga rindu sayang. Sangat rindu, tapi El sudah punya hidup yang baru."
"Aku rindu, hiks... hiks..."
"Dengar, dengar aku ! Kau tidak lupakan kalau kita akan punya another Cadfael ? Mark bilang kalau dia akan melakukan operasi hari ini, wajah anak itu akan dibuat sama dengan El kita. Jadi, kita harus melihatnya bukan?" Naya pun mengingat kembali ucapan dokter Mark, dan perlahan tangisan wanita itupun mereda.
"Apa dia akan menjadi El-ku ?" Tanya Naya.
"Iya, dia akan menjadi El kita. Dan akan menjadi kesayangan kita juga, dia akan menjadi adik yang baik untuk Cadfael." Xam berujar penuh yakin.
"Kalau begitu ayo menemuinya," ujar Naya semangat.
"Ayo ! Kita harus bertemu dengan calon anak kita."
...
Sekitar satu jam dokter Mark menunggu sahabatnya, dan akhirnya mereka pun datang juga. Tanpa menunggu lama lagi, Mark langsung memulai operasi di wajah Hagi, setelah mempelajari struktur wajah Cadfael dari foto yang dibawakan Naya.
Naya dan Xam juga mengenakan perlengkapan medis yang higenis, dan bertindak sebagai asisten dokter Mark. Naya tidak berhenti meringis, kala wajah anak itu seperti ditusuk oleh Mark. Padahal semua teknis sudah dikuasai oleh dokter gila itu.
"Operasi wajahnya sudah selesai, aku akan masukkan dia ke BBTR-XY. Kalian tidak boleh mendekat, tapi sebelum itu aku butuh sampel darah dari masing-masing kalian."
Kedua orang itupun mengangguk, Mark pun mengambil sampel darah Xam dan Naya, kemudian memasukkannya ke dalam test tube.
Dokter itupun lantas mengujinya di piringan berbentuk kaca dan mengarahkan mikroskop ke piringan kaca itu.
"Aku akan mengambil lagi darah kalian hingga masing-masing satu spuit." Mereka hanya bisa mengangguk, mereka tidak mengerti maksud dan tujuan dari dokter itu.
Mark kembali melakukan phelobotomy
pada Xam dan Naya. Kebetulah keduanya memiliki golongan darah yang sama yaitu O. Setelah pengambilan darah itu selesai, Mark menyuntikkan kembali ke tubuh Hagi."Lalu sekarang bagaimana?" Tanya Xam. Jujur mereka mulai pusing di ruangan ini, aroma obat yang terus menyeruak sejak tadi membuat pusing saja.
"Aku akan memasang selang ventilator, ngt, dan selang urin. Setelah itu dia bisa masuk ke dalam tabung." Mark di akhir tenaganya memasangkan semua alat medis itu. Ketika semuanya beres, setelah selesai mereka pun membawa Hagi untuk di letakkan di BBTR-XY.
Saat tabung itu dibuka, cahanya putih yang silau terasa menyakiti mata. Namun, terasa hangat walau dari kejauhan.
Kini Hagi sudah menjadi manusia pertama yang di masukkan ke tabung percobaan milik Mark. Butuh waktu 30 hari untuk melihat hasilnya, sekaligus untuk menunggu perubahan wajah Hagi setelah dioperasi.
"Dia akan menjadi El kita kan?" Tanya Naya lagi.
"Tentu sayang, he is our experiment son."
...
"Xam, gawat," ujar dokter Mark di hari yang ke-30 ini.
"Ada apa?" Tanya Xam dengan panik juga.
"Aku lupa mengatur timer-nya. Anak ini malah ber-regrasi mentalnya seperti anak usia 4 tahunan."
"Apaaaa?"
Next...
Maaf ya baru bisa UP.
Kemarin aku panik, guys. Aku lagi sakit tapi gak bisa mencium aroma apapun, bahkan balsem yg aromanya menyengat aku gak bisa rasakan. Syukur sekarang udah baikan,sihh...
Panik ga ? Panik ga?
Ya paniklah masa ngga??
Hehee... 😂💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
The Experiment Son [HIATUS]
General FictionKehilangan anak satu-satunya untuk selamanya membuat Xam dan Naya sangat terpuruk. Naya tidak lagi memiliki semangat hidup dan hampir terkena depresi. Karena tidak ingin sang istri terus bersedih, Xam membuat eksperimen untuk menciptakan seseorang y...