7

6K 589 18
                                    

.

.

.

Mark mengusap pipinya yang terasa panas, pukulan Xam tidak tanggung-tanggung. Bahkan telinganya sampai ikut berdengung.

"Kau gila, Xam? Apa yang kau lakukan?" Mark tentu heran, dia menyambut sahabatnya dengan senyum manis, namun dibalas dengan pukulan bengis.

"Aku yang seharusnya bertanya, apa yang kau lakukan pada anakku? Kau memberi dia obat anti rasa lapar itu kan?" Xam menarik kerah baju Mark, keduanya sama-sama emosi.

"Xam, tenang dulu, oke."

"Lepas bajuku !" Dengan kasar, Xam melepas kerah baju Mark. Dia sangat kesal, Mark juga emosi namun tertutup oleh wajah liciknya.

"Kau tidak boleh marah padaku begitu saja, aku melakukan percobaan pada Fael atas seizin istrimu juga kan?" Ujar Mark.

"Aku sudah melarang jauh hari, tapi kenapa kau malah mempengaruhi Naya? Sekarang Fael mengalami polidipsi ," teriak Xam tepat di wajah sang dokter gila.

"Dia tidak akan sampai mati seperti Cadfael, Xam. Tidak usah berlebihan..." ujar Mark lagi.

"Kurang ajar, aku menuntut tanggung jawabmu. Kalau sampai putraku kenapa-napa, kau tidak akan pernah hidup tenang."

"Tidak sekarang, Fael tidak akan mati sekarang. Sebelum dia kujadikan kelinci percobaan secara berulang, dia tidak akan mati, hahaa..." Mark menyeringai layaknya iblis, Xam semakin emosi. Tangannya mengepal, hingga jarinya memutih.

"Apa maumu? Kau ingin uang seberapa banyak?" Ujar Xam.

"Aku tidak ingin uang, aku ingin Naya," ujarnya dengan santai. Xam, Mark, dan Naya adalah sahabat sejak masih kuliah. Ketiganya terlibat cinta segitiga, namun Naya akhirnya memilih Xam. Mark hingga saat ini masih memendam rasa pada istri sahabatnya itu.

"Dasar gila, istriku tidak akan pernah mau pada dokter gila sepertimu."

"Nullum magnum ingenium sine mixtura dementiae, hahaha..." ujarnya sampai dan tertawa puas. Xam pun emosi dan berlalu pergi.

* Nullum magnum ingenium sine mixtura dementiae– Tak ada kejeniusan hebat tanpa tercampur dengan kegilaan.

...

Seorang wanita yang mungkin lebih muda beberapa tahun dari Naya, berjalan memasuki gerbang mansion  milik Xam Arias. Jenie nama wanita itu. Dirinya sangat takjub dengan kediaman keluarga Arias ini, bahkan untuk masuk saja dia harus melewati banyak petugas keamanan.

"Permisi, saya ingin bertemu dengan Nyonya Arias. Saya sudah lulus menjadi babysitter  untuk anak Nyonya Arias. Ini e-mail  yang saya terima," ujar Jenie. Jenie yang sedang kesusahan ekonomi, ikut mendaftar sebagai calon babysitter  yang dibuat Naya di internet. Jenie juga tidak berhenti untuk mencari Hagi, yaitu anak tunggalnya yang diusir sang suami beberapa bulan lalu.

"Oh...Anda calon pengasuh baru ya? Silahkan masuk dulu, nyonya tidak di rumah. Tuan kecil sedang sakit, sekarang dirawat di rumah sakit," ujar seorang pelayan, sebut saja namanya Fella. Fella pun membawa Jenie masuk dan memintanya untuk duduk.

"Aku akan menelpon nyonya Naya. Siapa namamu? Supaya aku bisa menanyakan padanya," ujar Fella.

"Namaku Evelyn J.A ," ujar Jenie.

"Oh... oke. Aku akan menelponnya," ujar Fella.

...

"Papa di mana, Ma? Fael mau Papa," ujar Fael seraya merengek manja. Kaki mungilnya pun menendang apa saja yang ada di dekatnya. Fael merasa baikan setelah bangun tidur tadi. Kini sedang mencari sang ayah yang tidak dia jumpa sejak tadi.

The Experiment Son [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang