.
.
.
"Bagaimana mungkin membuat seseorang yang sama persis? Apa maksudmu kloning ?" Tanya Xam.
Mark tersenyum simpul, wajahnya yang nampak jenius membuat Xam sulit untuk menebak jalan pikiran dokter ini.
"Bukan, Xam. Bukan kloning, aku hanya mencoba membuat anak itu mirip dengan Cadfael. Wajahnya bisa kita lakukan operasi untuk mempermirip dengan Cadfael, lalu untuk sifatnya kita bisa buat dengan menurunkan masing-masing dari gen kalian," balas Mark.
"Tapi, bagaimana caranya menurunkan gen itu? Bukankah itu secara alami ada sejak manusia diciptakan dalam proses fertilisasi?" Xam yang hanya orang awam tentang dunia seperti ini, tentu sangat sulit untuk mencerna ucapan dokter Mark.
"Ah... justru itu yang ingin aku coba, sekarang kau tanyakan dulu istrimu. Jika, Naya setuju kita bisa lakukan eksperimen ini. Jangan sampai anak itu sadar dan pergi dari rumah sakit ini," ujar Mark.
...
Mata indah berwarna kebiruan milik anak itupun perlahan terbuka, rasa bingung menghampiri dia kala berada di ruangan yang begitu asing. Saat dia mencoba untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi, rasa sakit mendera kepalanya yang berbalut perban.
"Kau sudah sadar?" Seorang perawat pun masuk lalu mendekat ke arah Hagi. Hagi hanya bisa mengedip-edipkan matanya, menetralisir warna putih dari seragam perawat itu yang terasa kontras pada matanya.
"A-aku dimana?" Tanya Hagi dengan gagap.
"Kau di rumah sakit, kau mengalami kecelakaan dan kepalamu mengalami cedera," balas perawat itu.
"Kecelakaan? Dimana aku kecelakaan?" Hagi kembali bingung, dia tidak mengingat apapun.
"Kau tidak ingat? Sekarang aku tanya, siapa namamu dan dimana kau tinggal?" Tanya perawat itu lagi.
"Aku tidak tahu, aku tidak mengingat apapun," ujar Hagi. Perawat itu menutup mulutnya tidak yakin, lalu dengan cepat dia ke luar dari ruangan itu untuk menemui dokter Mark.
Di perjalanan menuju ruangan dokter Mark, dia pun bertemu dengan Xam dan Naya yang sepertinya tengah mengobrol serius. Perawat itu juga memberi tahu pasangan itu, jika anak yang mereka tolong sudah sadar.
"Anak itu sudah sadar, tuan. Tapi, dia tidak tahu siapa namanya. Saya ingin menemui dokter Mark," ujarnya dengan terburu-buru.
Xam pun menatap istrinya dengan dalam, mata kelam milik Naya membuat dia ingin menangis saja. Tangannya pun terangkat untuk membelai pipi pucat yang terasa dingin itu, lalu berujar dengan lembut.
"Kau maukan, Nay. Anak itu bisa menjadi pengganti untuk Cadfael, dia juga akan..." Xam tidak bisa melanjutkan ucapannya saat ekpresi dari wanitanya seketika berubah.
"Xam, sampai kapanpun tidak ada yang bisa menggantikan posisi Cadfael. Sekalipun aku bisa mengandung lagi dan memiliki anak lagi, bukan berarti dia bisa menggantikan posisi El. Justru aku memiliki dua orang kesayangan dalam diriku, dan tidak ada yang bisa menggantikan itu."
"Maaf, sayang. Maksudku bukan begitu, aku juga setuju jika tidak ada yang bisa menggantikan posisi El di hati kita. Tapi, kita bisa memulai hidup baru, kita bisa belajar mencintai oranglain, El juga tidak senang melihat kita terus bersedih seperti ini. Kau mau ya, kita ikuti arahan Mark. Siapa tahu, anak itu bisa menjadi another Cadfael untuk kita," bujuk Xam lagi.
Naya menggenggam tangan sang suami yang masih bertengger di pipinya, air matanya kembali turun. Dia sangat rindu anaknya saat ini, dia rindu sekali. Hujan deras masih turun di luar sana, entah karena alasan apa mereka bertahan di rumah sakit ini.
"Kalau Mark gagal, dan dia bahkan mencelakai anak itu bagaimana?" Tanya Naya lagi.
"Kita coba saja dulu, Nay. Ini namanya eksperimen. Sekarang kau maukan?" Ujar Xam lagi.
"Kita coba saja. Dokter gila itu juga kadang bisa jadi jenius," ujarnya seraya terkekeh. Xam pun membawa istrinya dalam pelukan, semoga mereka berhasil.
...
Xam dan Naya mengikuti dokter Mark untuk melihat kondisi dari anak itu. Anak itu sudah sadar, dan beberapa kali mencoba mencabut selang infusnya dan berniat untuk melarikan diri.
"Jadi kau tidak tahu siapa namamu?"
"Aku tidak tahu. Kepalaku sakit sekali saat aku mencoba untuk mengingat itu," ujar Hagi dengan tampang garangnya. Namun, Naya sangat suka melihat ekpresi marah anak itu, sangat lucu baginya.
"Sebenarnya namamu adalah Cadfael, dan mereka berdua adalah orangtuamu." Mark menunjuk ke dua sahabatnya, sementara yang ditunjuk malah tidak bereaksi apapun. Mereka tidak menyangka Mark akan berujar demikian.
"Cadfael? Namaku Cadfael? Dan kalian adalah orangtuaku?" Mark mengedip sebelah matanya pada Naya. Seolah mengerti, wanita itupun mendekati Hagi lalu membelai pipinya.
"Iya, sayang. Ini Mama dan itu Papa. Kemarin, El kecelakaan. Maafkan Mama ya tidak bisa menjagamu," ujar Naya dengan lembut. Hagi merasakan darahnya mendidih, bukan karena marah, melainkan karena hatinya yang menghangat mendengar itu.
"Mama? Kau Mamaku?" Ujarnya dengan mata berlinang, dia tidak ingat apapun, tapi nalurinya seolah berbisik jika wanita berambut hitam dan berwarna coklat bersih ini adalah ibunya.
"Iya, baby. Ini Mama, El anak Mama..." Naya pun memeluk anak itu dam mengusap kepalanya dengan pelan. Sensasi aneh melingkupi dirinya, seolah sedang memeluk Cadfael-nya.
"Sssesss... aoh..." Ternyata sejak tadi, dokter Mark sudah menyimpan sebuah jarum suntik berisi obat penghilang kesadaran, saat Hagi berada dalam pelukan Naya, langsung dia suntikkan obat itu.
"Mark apa yang kau lakukan?" Tanya Naya panik, karena Hagi langsung tak sadarkan diri seketika.
"Aku akan membawa anak ini pulang ke rumahku, supaya dia bisa langsung dimasukkan ke BBTR-XY," ujar Mark sambil melepas alat-alat medis di tubuh anak itu.
"Apa itu BBTR-XY," tanya Xam.
"Baby boy tube reaction, sementara XY itu adalah simbol kromosom untuk laki-laki. BBTR-XY itu adalah semacam tabung berbentuk kapsul, anak ini akan aku masukkan ke dalam tabung itu, dan akan aku lakukan ekperimen." Mark sudah selesai melepas alat-alat medis dari tubuh Hagi, sementara sahabatnya memandang dia dengan takjub. Dokter gila ini bisa berbicara sambil bekerja dengan cepat.
"Lalu, kenapa dia tidak bisa mengingat siapa namanya?" Tanya Naya kini.
"Akibat benturan di kepala belangkangnya, dia mengalami Amnesia Retrograde , dimana anak ini tidak bisa mengingat hal-hal yang terjadi sebelum dia kecelakaan."
"Oh ya, besok kalian datang ke rumahku. Aku akan mengambil beberapa sampel dari tubuh kalian untuk dilakukan uji coba, dan jangan lupa untuk membawa foto Cadfael. Aku akan melakukan operasi pada wajahnya," ujar Mark lagi.
Next...
Ini hanya fantasiku ya, guys.
Siapa tahu diantara kalian ada yang berkecimpung di dunia medis dan merasa aku melanggar sesuatu, Mohon dimaklumi. Ini hanya fiktif belaka...See u 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
The Experiment Son [HIATUS]
Ficción GeneralKehilangan anak satu-satunya untuk selamanya membuat Xam dan Naya sangat terpuruk. Naya tidak lagi memiliki semangat hidup dan hampir terkena depresi. Karena tidak ingin sang istri terus bersedih, Xam membuat eksperimen untuk menciptakan seseorang y...