Happy Reading
.
.
.
"Untuk apa kau datang kemari? Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani datang?" Suara pria itu meninggi, gurat emosi terlihat jelas di wajahnya. Dia Arles, ayah kandung Hagi.
"Aku ingin membawa Hagi ke luar negri," ujar Jenie. Dia adalah ibu kandung Hagi, yang pergi karena ketahuan berselingkuh.
"Hagi tidak ada di sini, aku mengusirnya. Aku ragu, apa dia adalah anakku atau tidak." Arles tersenyum miring, mengejek wanita di depannya.
"Apa? Kenapa kau mengusirnya? Dia itu anakmu, Arles. Ayah macam apa kau ini?" Jenie bangkit dari duduknya, dia tak menyangka Arles sejahat itu.
"Sudah kubilang, kalau aku meragukan dia sebagai anak. Kau seorang pelacur, mungkin saja dia bukan anakku. Dan apa kau katakan tadi? Aku ayah macam apa? Lalu kau ibu jenis apa? Kau juga sama kurang ajarnya dengan aku."
"Kau jahat sekali, hiks... Lalu di mana anakku sekarang," ujar Jenie dengan sedih. Ucapan Arles begitu menyakiti hatinya.
"Aku tidak mau tahu. Cari anakmu itu, dia sudah kuusir sejak sebulan yang lalu. Mungkin dia sudah mati kelaparan, hahaha..." Arles tertawa seperti orang gila. Memang psikopat.
"Kurang ajar, kau tak berperasaan..."
Jenie meninggalkan Arles, dengan derain air mata. Dia menyesal pernah berbuat buruk dulu, dia ingin memulai hidup baru bersama Hagi di luar negri. Tapi, anak itu tidak tahu di mana sekarang.
...
"Hiks... hiks..."
"Aku sangat bahagia, hiks..."
"El-ku seperti hidup kembali, hiks..."
Naya tak kuasa menahan tangis bahagia saat melihat video terbaru yang dikirim Mark padanya.
Video itu menunjukkan perkembangan terbaru anak laki-laki yang dimasukkan ke dalam tabung sekitar tiga minggu atau 23 hari yang lalu. Anak itu mengalami perubahan. Tulang pipinya yang dulu terlihat menonjol, kini terlihat lebih tirus setelah dioperasi. Rambut yang dulunya berwarna pirang dan sedikit ikal, kini sudah rontok semua. Mark mengatakan jika nantinya rambut itu akan tumbuh seperti rambut ayah barunya yaitu Xam. Kulit yang dulunya berwarna kuning langsat, kini terlihat memerah karena akan berubah pigmennya. Nantinya warna kulit itu akan lebih putih seperti warna kulit Naya.
Yang membuat Naya sangat takjub adalah perubahan pada wajah anak itu, kini hampir 90 persen menyerupai Cadfael. Hanya saja bagian alisnya masih terlihat bengkak karena operasi, dan juga anak itu tidak memeliki lesung pipi. Tapi, secara keseluruhan, Naya seperti melihat anaknya kembali.
"Ahh... rasanya tidak sabar menunggu 7 hari lagi. Saat itu tiba, aku akan langsung memelukmu. Mama ingin memeluk El," ujar Naya dengan suara bergetar. Memang selama 3 minggu ini, mereka dilarang datang oleh Mark. Karena ruangan itu harus benar-benar steril, kuman sangat mudah berkembang ketika tabung BBTR-XY dihidupkan. Makanya hanya Mark yang boleh masuk ke laboratorium miliknya, dan untuk memberi keyakinan pada sahabatnya, dia pun mengirimkan video terbaru tentang anak itu.
"Xam, kalau misalnya anak itu berhasil dan dia akan menjadi anak kita, apa kau setuju kalau aku memberi dia nama Cadfael juga?" Tanya Naya pada suaminya.
"Iya, aku setuju. Tapi, kita memanggilnya dengan Fael saja. Supaya kita bisa membedakan mana El dan Fael. Apa kau sudah tidak sabar?" Tanya Xam lagi.
"Tentu aku tidak sabar, Xam. Aku yakin saat alis mata anak itu tidak bengkak lagi, dia pasti persis seperti El kita. Aku bahagia sekali..."
"Aku juga bahagia, kalau kau bahagia." Xam dan Naya pun berpelukan, mereka seperti pasangan yang sedang menunggu kelahiran anak pertama. Sangat antusias dan sedikit gemetaran juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Experiment Son [HIATUS]
Narrativa generaleKehilangan anak satu-satunya untuk selamanya membuat Xam dan Naya sangat terpuruk. Naya tidak lagi memiliki semangat hidup dan hampir terkena depresi. Karena tidak ingin sang istri terus bersedih, Xam membuat eksperimen untuk menciptakan seseorang y...