Bagian 12

659 156 19
                                    

Hari ini Hazel shift sore sampai malam, makanya seharian dia di rumah dulu, rebahan, guling-guling, menikmati nggak ngapa-ngapain.

Sebenarnya shift sore juga dia bakal pulang jam 12 malam sih. Jadi nggak begitu lama. Tapi enaknya shift pagi, Hazel nggak perlu nunggu buka kelamaan.

Pas Hazel mau ke kamar mandi buat mandi, dua liat kamar Gio kebuka.

"Bang?" Sapa Hazel pelan, karena gak biasanya kamarnya kebuka apalagi masa-masa ujian begini.

"Oi, kenapa?" Jawab Gio dari dalam.

Hazel akhirnya buka pintu itu pelan dan liat Gio lagi manjat-manjat lemari.

"Ngapain, Bang?" Tanya Hazel bingung.

Ini dia lagi liat Gio di atas lemari kayak katak tapi ukurannya besar.

"Ini tadi profil plafon gue ada yang mau copot. Jadi gue benerin." Kata Gio masih sambil sibuk.

Hazel ngeliatin sekelilingnya yang lagi lumayan berantakan. Ada wall foam, wallpaper sticker, lem dan peralatan lainnya.

"Mau renovasi kamar ya?"

"Hooh,"

"Mau gue bantuin?"

"Lo gak kerja, Zel?"

"Shift sore, Bang." Jawab Hazel sambil sandaran di meja belajar.

"Boleh banget. Bisa geser-geserin meja-meja ini gak? Mau gue pasangin wall foam." Gio nunjuk barang-barangnya yang mepet dinding.

Hazel naroh handuknya di kasur Gio dan mulai bantu geser barang-barangnya.

"Tumben banget mau renov kamar? Biasnya kalo masa ujian Abang gak bisa diganggu?"

"Iya gue gak bisa begini terus. Udah mau gila. Mending gue ngerjain yang lain." Kata Gio kemudian turun dari atas lemari dengan cara merayap di tralis jendela, "gue tuh udah belajar semuanya. Udah paham. Tapi gue suka gak yakin sama diri gue sendiri, jadinya ngulang lagi. Tapi sekarang udah ditahap overload otak gue jadi mending rehat."

Hazel ketawa, "jadi mengalihkannya dengan ini?"

"Tepat!"

Gio nyabut semua sambungan listrik di kamar itu. Menyisakan AC doang yang nyala.

Setelah semua barang ada di tengah alias gak mepet tembok, Gio mulai basahin spons dan ngelap dindingnya. Katanya sih biar lebih nempel ntar wall foam nya.

Setelahnya Gio dan Hazel saling bekerja sama buat  renovasi kamar gio yang berukuran 4x3 meter itu.

"Kerja jam berapa ntar, Zel?" Tanya Gio setelah selesai nempelin semua wall foam dan lagi goleran di lantai.

"Jam 5, Bang. Jam setengah 5 lah dari rumah." Hazel lagi kipas-kipas padahal udah pakai AC. Tapi cuaca terik di luar masih tidak terkalahkan.

"Sampe jam?"

"Jam 12 malam."

Gio ngangguk, "gimana rasanya kerja?"

Hazel melihat langit-langit kamar Gio, mencoba merasakan kembali apa yang dia alami selama ini.

"Enak sih, gue jadi lebih interaktif. Jadi lebih banyak pengalaman. Nambah skill juga. Ternyata jadi barista gak mudah." Jawab Hazel sambil senyam senyum.

"Baguslah kalau lo seneng. Seenggaknya nggak jadi nambah beban diri sendiri." Kata Gio masih tiduran. Sekarang tangannya dia taruh di bawah kepalanya.

"Tadinya gue takut salah langkah sih, Bang. Awalnya sih gue emang membara banget. Pas ngajuin cuti juga gue masih dipenuhi sama amarah. Cuma pas udah beneran cuti dan habis kerja hari pertama, gue jadi takut. Apa gue terlalu kekanakan ya, apa gue terlalu sombong." Kata Hazel sambil mainin kuku tangannya. Dia lagi duduk senderan ranjang kasurnya Gio.

1.0 Tiga Puluh HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang