-Mulmed keluar dari cerita,cuma bonus.
Kim Dokja kembali menggembungkan mulutnya. Ia mau demo, pokoknya mau demo! Kim Dokja menyatakan permusuhan pada Kim Namwoon yang menyeretnya pulang. Lebih baik terpisah selamanya saja kalau begini.Lee Jih-Ye yang lewat sambil membawa sepiring jeruk kupas, menyenggol bahu Kim Namwoon.
"Salahmu tuh,"
"Hmph!"
"Loh, Dokja-ya, kamu kenapa?" Kim Namwoon melompat dari belakang sofa dan duduk di samping Kim Dokja.
"Ih jijik pakai kamu-kamu an." Celetuk Lee Jih-Ye yang menaruh piring jeruk di atas meja.
"Apa sih mak lampir, bodo."
Kim Dokja menghela napas, mencoba mengikuti sifat asli seorang Oldest Dream yang sedikit berbeda dengannya. "Jadi," begitu Kim Dokja membuka mulut, Kim Namwoon dan Lee Jih-Ye yang sebelumnya saling meledek langsung mengalihkan perhatian kepadanya.
Kim Dokja memutar bola matanya malas. "Tadi, aku ikut dengerin nenek-nenek lagi cerita ke cucunya, waktu mau ending, Hyung datang tiba-tiba! Aku mah belum dapat apa alasan ending-nya! Cih!" Keluh kesah seorang maniak ending cerita.
Kedua kakaknya saling menatap, lalu Lee Jih-Ye bertanya, "Hee, memang ceritanya bagaimana?"
"Ah tidak, aku mau tanya Jong-Hyuk hyung saja."
"Waah! Jangan!" Kim Namwoon memegangi ujung hoodie Kim Dokja agar dia tak bisa keluar.
Sedangkan Kim Dokja sedang larut dalam pikirannya sendiri. Kapan terakhir kali ia memanggil Yoo Jong-Hyuk dengan sebutan hyung? Ukh, rasanya sangatlah aneh.
"Sini sini sini, duduk di samping Noona."
"Cerita apa, hmm?" Tanya Lee Jih-Ye dengan nada super lembut.
Mau tidak mau, Kim Dokja harus mengambil umpan. "Shh... pokok nya begini...,"
Setelah mendengar cerita Kim Dokja, Kim Namwoon berteriak heboh, "Ohh cerita ini!"
"Hyung tahu???"
Tangan kekarnya menyenggol lengan Lee Jih-Ye. "Woe mak lampir, ini dongeng yang dibawa wanita itu, kan?"
Setelah sekian detik berpikir, Lee Jih-Ye menjentikkan jarinya senang. "Oh! Iya, aku ingat sekarang!"
Hal itu tentu saja membuat Kim Dokja tertarik.
"Apa? Noona juga tahu?"
"Tentu! Hmph," Hidung Lee Jih-Ye memanjang. "Kalau tidak salah, penyihir melakukannya karena ingin menguasai kerajaan!"
Selepas berkata demikian, Kim Namwoon dengan cepat menampiknya.
"Heh, mana ada begitu! Ngawur!" Cela Kim Namwoon, "itu mah karena penyihir di suruh oleh kakak pangeran yang jahat!" Lanjutnya.
"Ehh, bukan lah!"
"Iya!"
"Bukan, bodoh!"
"Benar aku, tolol!"
Mendengar kedua jawaban kakaknya tak ada yang bisa dipercaya, Kim Dokja menghela napas pasrah. Setelah berdiskusi dengan Fourth Wall, ia memutuskan untuk diam-diam keluar dari ruangan, meninggalkan Lee Jih-Ye dan Kim Namwoon yang masih beradu argumen dengan sengit.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swap [Omniscient Reader's Viewpoint fanfiction]
Aléatoire"Kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi, Yoo Jong-Hyuk," -Secretive Plotter. Jika memang takdir mempertemukan, mau di tolak pun, tetap akan terjadi bukan? "Kau pilih satu Kim Namwoon menyebalkan ini atau dua Lee Jih-Ye?" "Tidak, aku sudah cukup...