(3) Apa Kabar?

4 1 0
                                    

"Isel, kamu sudah siap?"

"Sebentar lagi, Paman!"

"Kami tunggu di mobil ya. Dimitri juga sudah di mobil."

"Oke, nanti aku yang kunci pintunya."

Ah, maaf. Kaget ya mendengar kami berteriak? Hari ini hari Sabtu. Dimitri sangat ingin pergi makan dessert favoritnya yaitu es serut dengan rasa melon dari restoran Korea dekat dari sini.

Mereka tidak bilang, tapi sepertinya ini alasan utama mereka memintaku mampir kemarin. Untuk membantu jaga Dimitri di mall. Mungkin karena umurnya, atau memang sifatnya. Di mall dia akan berlari ke kanan dan ke kiri. Kalau bisa lari ke atas melayang, mungkin akan dia lakukan juga.

Berhubung paman dan bibi dikaruniai Dimitri pada usia yang cukup senja, energi mereka kurang saat harus menghadapi Dimitri yang berlari seperti memakai mesin motor. Pada saat itulah aku turun tangan.

"Maaf lama," ucapku saat akhirnya masuk mobil.

"Sudah kunci pintunya, Sel?" tanya Bibi yang ku jawab dengan iya.

"Ayo belangkat!" teriak Dimitri dengan penuh antusias.

"Berangkat!" sahut kami bertiga.

• • •

"Kakak Isel lihat! Itu donisaulus!"

"Wah iya, itu dinosaurus apa namanya?"

"Donisaulus bulung!"

Hal paling, dan paling, sering dilakukan oleh Dimitri saat kami tiba di mall adalah menyebutkan semua hal yang dilihatnya. Meskipun cara berbicaranya belum benar, tapi dia tetap antusias. Paman dan bibi pun tidak melarangnya. Kalau kata bibi, "masih usianya bermain. Nanti saja kita baru betulkan pengucapan Dimitri."

"Dimitri, mau makan es sekarang?" tanya bibi dari belakang.

Dimitri menganggukan kepalanya dengan cepat sambil berlari ke arah bibi. "Mau! Dimitli mau es sekalang, Ma!"

Kami pun langsung pergi menuju restorannya dilantai teratas mall ini, lantai 3. Toko ini dekat dengan toko buku yang menjual berbagai buku berbahasa Jepang. Apa nanti aku mampir ke sana ya? Sudah lama tidak lihat, siapa tau ada buku baru.

"Bibi, aku nanti mau ke toko buku dekat restorannya. Boleh?"

Tidak seperti biasanya, bibi terlihat sedikit melamun. Apa bibi sedang lelah ya?

"Bibi?"

"Ah, ya? Kenapa, Sayang?"

"Bibi lelah?"

"Tidak. Mungkin faktor umur. Hahahaha. Tadi kamu mau tanya apa?"

Aku pun menunjuk toko buku yang ada diseberang restoran yang sedang kamu tuju. "Aku nanti mau kesana sebentar, boleh?"

"Boleh. Boleh."

Kami pun langsung duduk saat tiba di restoran korea bernama Aiseu. Sambil melihat-lihat buku menu, pelayan pun menanyakan pesanan kami.

"Apakah mau langsung pesan atau mau dipilih dulu?"

"Es melon! Es celut melon!" teriak Dimitri dari kursi balitanya.

Pelayan disini cukup kenal dengan kami. Ah, mungkin lebih tepatnya dengan Dimitri. Karena paling tidak sebulan 2 kali kami akan kesini. Aku harap gigi Dimitri tidak akan jadi bolong karena sering makan es.

"Baik, es serut atau patbingsoo melon satu. Ada lagi?"

"Pat.. bicu?" ucap Dimitri mencoba mengulangi ucapan pelayan tadi.

"Patbingsoo, Dimitri. Paman dan Bibi ada yang mau dipesan?"

Mereka menggelengkan kepalanya. Karena biasanya Dimitri tidak akan habis satu mangkok sendirian, jadi mereka akan bagi 3.

"Kalau gitu satu lagi patbingsoo vanila choco. Minumannya air putih 3."

"Baik, mohon ditunggu."

Pelayan tadi mengambil buku menu kami dan memberikan pesanan kami ke bagian belakang. Lalu sekitar, 15 atau 20 menit mungkin? Pesanan kami datang. Tidak butuh waktu lama bagi ku untuk menghabiskan es ku. Kenapa? Supaya bisa cepat ke toko buku!

"Paman, Bibi, aku ke toko buku dulu ya?"

"Oke, hati-hati ya," ucap paman.

"Pegang HP mu. Kalau ada apa-apa, telfon kami langsung. Ingat kode nya kan?" ucap bibi kali ini.

Aneh, biasanya mereka tidak memberi ucapan seperti ini. Apa benar faktor U ya?

"Tidak perlu dijemput. Aku bisa sendiri. Itu kan?"

Dimitri yang menyadari aku mau pergi, melihat ku dan mulai merengek. "Kak Isel mau kemana? Dimitli ikut."

"Dimi-"

"Kak Isel mau lihat-lihat buku yang tidak ada gambarnya. Dimitri kan tidak suka buku tidak ada gambarnya," ucap Bibi cepat sebelum aku menjawab Dimitri.

"Iya, Dimitri saja es nya belum habis. Masa Papa habiskan sendirian?" lanjut ucap paman membantu bibi.

"Kakak tidak lama, Dimitri. Nanti Kakak kembali, Kakak mau lihat es Dimitri sudah habis ya. Janji?"

Aku yang menunjukan kelingking ku, dibalas oleh Dimitri yang melipat kelingkingnya ke jari ku.

"Nanti piling Dimitli belsih!"

"Oke! Aku akan segera kembali."

"Ingat pegang HP mu ya, Isel."

Aku pun menjawab iya sambim berjalan menuju tokonya. Aku harus cepat. Kalau terlalu lama di toko buku, nanti Dimitri bisa merajuk. Haduh, kalau dia sudah merajuk sulit meredakannya. Bahkan untuk ku.

Aku pun berlari menuju area buku pelajaran bahasa Jepang. Aneh mungkin untuk orang lain. Tapi untuk ku yang ingin belajar di Jepang, area ini seperti surga untuk ku. Aku tidak mau tiba disana tanpa bisa bahasanya sedikit pun.

Satu persatu buku yang sudah sering kulihat ini, ku lihat lagi. Dengan angan-angan suatu hari aku akan bekerja dan membeli buku-buku level selanjutnya. Sekarang aku masih N4. Sementara untuk kuliah atau bekerja disana, aku butuh level N3, satu tingkat diatas N4.

"Isel."

Nama ku dipanggil saat sedang serius melihat buku-buku itu. Tapi, ada yang aneh. Cara panggil itu tidak seperti bibi atau paman. Jelas bukan cara Dimitri memanggil. Tidak mungkin juga Petro atau mamanya ada disini. Bukan suara ko Philo juga. Siapa?

Aku pun memutar badan dan melihat ke arah orang yang memanggil ku. Alangkah terkejutnya aku. Meskipun tidak ingin, tapi aku ingat betul wajah itu. Wajah dari manusia yang meletakan aku di panti asuhan saat usia 5 tahun.

"Isel, apa kabar?"

Apa perlu aku jawab?

HiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang