(6) Drama

0 0 0
                                    

"Gimana risol mayo nya?" tanya kak Philo yang sepertinya baru selesai mandi. Terlihat dari rambutnya yang masih basah dan handuknya yang digantung disekitar leher.

"Enak. Beli dimana sih, Kak? Biar aku bisa beli sendiri." Aku sudah berkali-kali makan kue ini, berkali -kali bertanya, dan berkali-kali juga tidak dijawab! Kesal!

"Apa jawabannya Pet?"

"Ra. Ha."

"Si. A," kata kak Philo melanjutkan acara pengejaan dari Petro tadi. Memang dua saudara ini.. menyebalkan. Menyebalkan. Aku kan juga mau beli dan bawa ke kos ku!

"Kenapa selalu dijawab seperti ini sih? Aku juga mau beli dan makan di kos!" Demi risoles mayo ini, aku rela merengek. Tau tidak sih susahnya menahan rasa ngidam? Rasa yang tiba-tiba datang tapi tidak tau juga mau beli dimana!

"Kalau kamu mau makan, ya datang saja kesini," jawab Petro dengan sangat ringan. Terlalu ringan. Aku tau aku diterima datang kesini setiap saat. Tapi.. tidak ada tapi sih.. tapi..

"Ah sudahlah. Kenapa juga aku coba bertanya."

Tiba-tiba kak Philo mengacak-acak rambut ku dari ujung atas tulang tengkorak ku. "Sepertinya ada yang ngambek nih, Pet."

"Yah, bagaimana dong. Nanti aku kehilangan sahabat terbaik ku? Ahhh, hati ku sakit sekali! Perih!" ucap Petro sambil memegang dada sebelah kirinya.

Bagus. Kali ini kedua kakak-beradik ini mulai bermain keahlian mereka. Keahlian melebih-lebihkan keadaan dan bertingkah seperti sedang bermain di drama pementasan.

"Ish, aku tidur saja lah." Iya. Lebih baik aku tidur. Bisa gila aku menghadapi dua manusia ini. Lagi pula sudah mau jam 12 malam juga.

"Ahh! Sahabat ku pergi! Kakakkk!"

"Ah adikku jangan tinggalkan Kakak mu ini!"

"Berisik! Dasar dua kakak adik gila! Tante Hera, mereka bertingkah lagi nih Tan," teriak aku kepada harapan terakhir ku, tante Hera.

"Maaf kamu urus sendiri dulu ya, Sel. Tante lagi maskeran nih."

Jawaban tante Hera berhasil membuat Petro dan kak Philo tertawa puas dan lepas. Tolong jelaskan lagi kenapa suasananya jadi seperti ini? Oh ya. Risol mayo. Aku pun melanjutkan langkah kaki ku menuju kamar tamu yang sudah dibuat menjadi kamar ku ketika aku tidur disini.

"Bisa gila aku."

○ ○ ○

"Yakin ga ada yang perlu diambil dari kos lu, Sel?"

Tanya Petro, yang syukurnya sudah normal setelah drama semalam, sebelum kami masuk mobil sedan miliknya.

"Ga ada. Hari ini ga ada yang ada tugas kelas gue. Aman."

"Oke, yuk cus!"

"Kakak lu ga nebeng kita?" tanya ku sambil menggunakan sabuk pengaman. Kalau kata Dora, "so we can be save!"

"Katanya hari ini kerja dari rumah dia. Entah gimana caranya. Orang divisi komputer aneh."

"Iya gue juga bingung. Kakak lu tuh jam kerja nya jam berapa deh? Tau-tau nanti berangkat jam 8, tau-tau berangkat jam 6. Kemarin pulang jam 4 sore, tau-tau minggu depannya bisa pulang jam 11 malem. Jadwal piket kelas SD aja lebih teratur, Pet."

Petro mengangkat kedua bahunya singkat. "Gue juga ga tau dah. Udah ah, berangkat aja kita ke kampus tercintah!"

"Le'go!"

Seperti biasa, kami pun sambil memutar lagu dari radio dan bernyanyi. Untungnya Petro adalah pengemudi yang cukup handal. Jadi bernyanyi sambil menyetir masih aman. Sejauh ini sih.

Setelah itu kami pun tiba di kampus. Sayangnya kelas ku dan Petro hari ini ada di gedung yang berbeda. Jadi kami hanya bisa bersama hingga lobi.

"Ya udah sana, Pet. Lu di ged-"

"Sel jangan ngamuk. Tapi itu.. Bibi bukan?"

Pertanyaan Petro diikuti dengan jarinya menunjuk ke arah jam 11. Aku lihat wanita yang duduk menggunakan tas familiar berwarna hitam dan luaran jaket berwarna cokelat. Iya, itu bibi.

Aku pun menghela nafas. "Iya, itu Bibi. Sudah sana ke kelas. Gue urus sendiri."

"Yakin lu ga butuh pawang?"

"Lu kira temen lu singa liar apa gimana?"

"Kadang mirip sih."

Aku pun mengepal tangan kanan ku dan berpura-pura akan menghajarnya."Haduh, Pet. Untung temen lu."

"Sahabat. Bukan temen. Dan sahabat mu ini akan menemani mu kesana. Gua ga mau tiba-tiba abis gue tinggal ada keributan."

"Ga mau gue dipermalukan?"

"Bukan. Ga mau ga liat calon berita hot news di depan mata sendiri," jawab Petro yang aku tau itu setengah becanda dan setengah tidak.

"Pokoknya kalo ada apa-apa dan lu mau jadiin cerita di komik lu itu, TANYA. GUE. DULU. Ngerti?"

Petro menganggukan kepalanya. Anak itu pernah menggunakan kejadian saat Isel bertengkar dengan sebangkunya saat SMP menjadi cerita di komiknya. Isel kurang suka. Merasa privasinya di sebarkan. Makanya Petro harus laporan dahulu sebelum masukan ke ceritanya.

"Iya ngerti gue. Ah, kayak baru temenan kemaren. Yuk ketemu Bibi lu."

~ ♤♡◇♧ ~

Helo! Hola!
Apa kabars?

Terima kasih sudah menonton.
Eh baca, kok nonton? (._.)
Silahkan vote & komen pendapat kamu soal episode kali ini yaa♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang