00

306 26 5
                                    

Hari itu ia membawaku menuju tepi danau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu ia membawaku menuju tepi danau. Ia duduk di rerumputan lalu berbaring di pahaku.

"Maafin gua." Aku mengusap rambutnya pelan. Ia terkekeh kecil.

"Maaf lu ga akan mengembalikan semuanya. Bukan maksud gua mengecewakan lu. Tapi itu kenyataannya." Kalimat yang lolos dari bibir pucatnya memang benar aku tidak bisa menyangkalnya.

"Senja itu indah. Tapi cuman sementara. Sama kayak kita, bertemu lalu berpisah. Waktu kita bahagia bersama hanya sesingkat antara senja dan malam." Ku lihat ia terlihat kepayahan mengambil nafasnya.

"Ah, sialan." Umpatan kecil dari bibirnya membuatku tersenyum. Tapi, senyumku perlahan memudar saat satu kalimat kembali ia utarakan.

"Gua mau pulang," ujarnya sangat lirih dan berhasil membuat retak tak kasat mata dalam dada.

"Ayo pulang, dah hampir malem. Lu ga bawa jaket." Aku bersiap untuk bangkit namun ia menahanku.

"Gua mau pulang, tapi sebelum senja menghilang." Ia mengucapkan hal itu sambil menatap sang surya yang perlahan tenggelam.

Perlahan bangkit dari pahaku lalu memelukku dengan erat seperti tak ingin di lepaskan.

"Sebentar lagi gua mohon," lirihnya sangat pelan. Desakan air mataku semakin membuat sesak di dada.

"Hal ini mungkin selalu gua benci. Tapi sekali aja, nyanyin lagu buat gua."

Aku menurutinya saja. Entah kenapa aku tak punya niatan untuk menolaknya.

"You’re my everything,"

"Geudaeeui natgwa bameul jikyeo jugo sipeo na,"

"Naege gijeogiran neoya,"

"Bol su itgireul,"

"Nae ane eoneusae beonjin,"

"Geudaeran seonmul,"

"You’re my night and day."

Setelahnya aku menangis, tubuhnya sudah sepenuhnya bertumpu kepadaku. Nafasnya tak terasa lagi di leherku.

Ia berpulang tepat sebelum senja menghilang. Dia melepaskan seluruh beban yang ada dalam pundaknya. Ia lelah sangat lelah sampai tak sanggup lagi menahannya.

Hayoloh. Baru awal nih. Itu kira² siapa ya?

Next or unpub?

Jean Aldrich Mahaputra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jean Aldrich Mahaputra

Dewa Adinata Mahaputra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa Adinata Mahaputra


Kisah kita bukan untuk ditiru, tapi dijadikan pelajaran. Belajar memahami apa arti saling menjaga. Aku tidak pernah bisa membencimu. Karena kamu adalah satu-satunya harta berharga milikku.
- Dari Jean untuk Dewa.

Diary Untuk Dewa (JaeSung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang