H-19 (pocong story)

20 10 7
                                    

Hari sudah berganti namun pikiran Zeoya di penuhi dengan pernyataan kakek berjubah putih kemarin, dia bingung memikirkan apa dia harus kembali ke dunianya atau memilih tinggal disini.

Zeoya tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi dalam hidupnya. Selama ini Zeoya selalu berpikir jika takdir tidak pernah berpihak pada dirinya. Takdir yang menuntunnya untuk bahagia.

Ketika Zeoya sedang asik dengan pikirannya tiba-tiba dia didatangi oleh Mbak Kun, Zeoya yang asik dengan pikirannya pun tidak menyadari itu tentunya.

"Zeoy," ujar Mbak Kun sambil memegang tangan Zeoya, replek Zeoya mengalihkan pandangannya menuju Mbak Kun.

"Apa salahnya lo coba dulu buat kembali ke dunia lo," usul Mbak Kun yang tahu kebingungan Zeoya.

"Tapi Mbak.."

"Lo coba aja dulu, kalau emang nggak sesuai apa yang lo harapkan lo bisa milih tetap ada di dunia lo saat ini," Mbak Kun mengulas senyum kepada Zeoya sedangkan Zeoya yang melihat itu ikut tersenyum juga.

Benar kata Mbak Kun, apa salahnya mencoba untuk mengetahuinya terlebih dahulu sebelum memutuskan. Tapi satu hal yang mengganjal dihatinya, bagaimana dia bisa memastikannya terlebih dahulu?

"Gimana cara buat memastikannya Mbak?" tanya Zeoya yang membuat Mbak Kun tersenyum, akhirnya Zeoya mau memastikannya terlebih dahulu.

"Lo bisa cari bantuan buat pastiin itu tapi kita-kita yang ada disini nggak bisa bantuin lo," Zeoya mengernyitkan dahinya, siapa yang akan membantunya jika mereka tidak bisa?

Tiba-tiba Mbak Sus dan Bondowoso menghampiri Zeoya dan Mbak Kun yang asik berbincang satu sama lain, maksud mereka menghampiri Zeoya juga sama halnya seperti apa yang Mbak Kun lakukan.

Melihat wajah kebingungan Zeoya membuat Mbak Sus heran. "Kenapa?" tanya Mbak Sus.

"Zeoya mau memastikan dulu sebelum dia benar-benar memilih harus kembali atau bertahan disini," jelas Mbak Kun yang membuat Mbak Sus dan Bondowoso mengangguk.

"Terus kenapa pada bingung?" kini Bondo yang bertanya.

"Gue butuh bantuan untuk memastikannya, sedangkan kalian udah jelas pada nggak bisa bantu gue," Bondowoso mengangguk paham dengan apa yang terjadi saat ini.

"Lo cari aja orang yang bisa lihat dunia kita," Mbak Sus memberi solusi kepada Zeoya.

"Gimana maksudnya?" tanya Zeoya bingung dengan apa yang diucapkan Mbak Sus barusan.

Jangan heran mengenai kebegoan Zeoya si biang onar ini, beginilah jika semasa hidup terlalu banyak mengonsumsi micin dengan bungkus ajinomoto.

"Sumpah lo bego banget," sinis Bondowoso dan mendapat tatapan tajam dari Zeoya.

"Dengan kata lain indigo Zeoya Gazbiya," ujar Bondo dengan menekan nama Zeoya, sedangkan Zeoya hanya nyengir kuda mendengarnya.

Indigo? Ah Zeoya ingat kemana dia harus mencari bantuan, laki-laki di persimpangan jalan itu, iya, dia seharusnya bisa membantu Zeoya menyelesaikan masalahnya saat ini. Tapi, apa laki-laki itu mau membantu Zeoya untuk memastikan bagaimana dia harus memilih jalan hidupnya?

"Oke kalau gitu, eh ngomong-ngomong si Pokil kemana?" tanya Zeoya ketika tidak melihat keberadaan pocong gokil itu.

"Pokil?" tanya Mbak Kun heran dengan nama yang Zeoya sebutkan.

"Iya pokil, pocong gokil," mendengar itu Mbak Kun, Mbak Sus dan Bondowoso tertawa terbahak.

"Gila lo ngasih nama hantu sembarangan," ujar Bondo di sela tawanya, jika saja Pocong ada disini sudah diyakini mereka berdua akan beradu mulut lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She is (not) ghost (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang