Taemin P.O.V
Pulau Jeju. Yah, aku sangat benci mengingat pulau itu, tapi aku harus tetap pergi ke sana karena urusan pekerjaan, dan lagi pula, orangtuaku ingin aku pergi untuk mengurus perjodohanku.
Aku tersadar dari lamunanku ketika seseorang mengetuk pintu kantorku.
"Boss?" Aku mengenali suara yang familiar dari asistenku, Key. Aku langsung menoleh padanya.
"Ya? Ada apa, Key?" jawabku sambil menatap Key yang sedang mengintip di pintu.
"Apa kau lupa sudah jam berapa ini? Apa yang sedang kau lakukan? Bukannya kau seharusnya bersiap-siap?" kata Key dengan mimik kesal terpampang di wajahnya. Dia selalu kesal jika sesuatu yang sudah direncanakannya tidak tepat pada waktunya, atau bisa disebut juga ngaret.
"Santai saja, Key. Dunia ini tidak akan hancur jika aku terlambat sedikit saja, bukan?" jawabku dengan santai, membuatnya semakin kesal.
"Terserah kau saja. Yang jelas, aku sudah memberitahumu dari kemarin bahwa ada klien penting menunggu kita di sana," kata Key menjelaskan betapa pentingnya klienku ini. Memang, klien ini sangat penting untuk ekspansi perusahaan ini, dan ayahku juga menyuruhku untuk bertemu perempuan yang sudah dia pilih sebagai calon menantunya. Keluargaku memang punya tradisi yang sangat aneh menurutku, tapi itulah cara ayahku menemukan sosok ibu yang sempurna di mataku.
Setelah Key pergi meninggalkan ruanganku, aku menghela nafas. Aku sebenarnya tidak ingin pergi ke Pulau Jeju, terutama untuk hal yang tidak kukuhkan sendiri. Aku ingin menemukan pasangan hidupku dengan caraku sendiri, bukan dipaksakan oleh orangtuaku. Namun, aku tahu sulit untuk melawan kehendak mereka, terutama ayahku yang sangat konservatif dengan tradisi keluarga.
Akhirnya, aku berangkat ke Pulau Jeju dengan perasaan campur aduk. Di sana, aku harus menyelesaikan urusan pekerjaan dengan klien penting, sambil dijodohkan dengan perempuan yang tak pernah kuketahui lebih jauh tentangnya.~~~~~~~~~
-Jeju island-
Namriyoong P.O.V
"Namriyoong, apakah kau sudah pulang? Bisakah kau ke dapur, Sunny dan aku harus membicarakan sesuatu tentangmu," Yoona memanggilku untuk datang ke dapur begitu aku tiba di rumah.
"Yeah, wait a minute."
Aku meninggalkan tas di bawah tangga dan berjalan menuju dapur di mana Sunny dan Yoona berada.
"Dimana semua anak-anak?" tanyaku. Panti asuhan biasanya ramai dengan anak-anak berlarian kesana kemari.
"Jalan-jalan dengan Sehun," jawab Susan sambil tertawa.
"Aku tidak yakin jika 25 anak dibiarkan bersama dia dan Chanyeol..." tambah Sunny sambil mengerutkan dahi.
"OH, CHANYEOL KEMBALI?" aku sangat senang. Kuliah sangat membosankan tanpa dia.
"Kau senang, sama seperti anak-anak! Dia kembali jam 10, dia ingin bertemu denganmu, tapi Sehun membutuhkannya, dan kita harus berbicara denganmu." Setelah Yoona berbicara, semua tawa hilang dari wajahnya. Sial, apa yang sudah aku lakukan?
"Aku tahu raut wajah itu, berhentilah menyalahkan dirimu, kamu tidak melakukan sesuatu yang salah. Kemarilah Nam dan duduk di sebelahku."
"Oke, apa yang terjadi? Mereka tidak menutup tempat ini kan? Hanya karenanya uang? Bagaimana mereka berani hanya dalam 3 bulan, kita sedang mencari donatur, tenggat waktu masih 2 minggu lagi. Kita akan menemukan donatur, ini hanya masalah waktu!" Aku berbicara dengan cepat, khawatir karena ini adalah rumah bagi 25 anak yatim piatu. Aku akan berhenti kuliah, mencari pekerjaan yang bisa membayar sewa. Yoona dan Sunny sudah seperti ibu dari anak-anak. Kita adalah keluarga. Bagaimana mereka bisa melakukan ini semua?
"Tenang, kita menemukan donatur. Itulah mengapa kita harus berbicara denganmu," Yoona mengangkat bicara, wajahnya penuh dengan rasa bersalah. Sial, ada syarat dari donatur, tapi setidaknya ada.
Aku terjatuh ke kursi. Tenang - kita sudah mendapatkan donatur. Anak-anak akan merasa senang.
"Tapi dengan syarat apa? Donatur itu ingin kita melakukan sesuatu sebagai balasannya? Dengar, aku bisa melihat raut bersalahmu itu, Yoona. It's okay. Aku bisa melakukan pekerjaan kuliahku, tapi rumah ini lebih penting. Aku akan melakukan apapun untuk membuat rumah ini tetap terbuka untuk anak-anak itu."
"Itu masalahnya, Nam... apa yang donatur inginkan tak bisa aku berikan. Jika bisa aku akan memberikannya. Itu bukan sesuatu yang bisa kuberikan," Sunny berbicara sambil berbisik dan mulai memelukku.
"Oke, apakah itu? Aku akan memberikannya padanya," kataku sambil menenangkan Sunny. Saat itu juga aku mendengar pintu depan terbuka. Aku bisa mendengar anak-anak berteriak dan tertawa.
"Apakah Sehun mengikuti apa yang kubilang tadi? Dia kembali 2 jam lebih awal," kata Yoona dengan sedikit frustasi dan langsung menuju pintu depan untuk memarahinya.
Saat Susan sampai di ruang tamu, Sehun datang sambil berlari menuju arah dapur dengan menggendong Minho kecil di tangannya.
"Dia terjatuh, dia melukai kakinya dan DIA TIDAK BERHENTI MENANGIS! Dia terus berteriak 'aku ingin Nam'," kata Sehun dengan tarikan nafas. Aku menghampirinya dan melihat Minho kecil yang terlihat malu. Dia langsung memelukku.
"Maafkan aku, Nam, aku terjatuh dan itu sakit, dan kau tidak ada disana untuk menyembuhkan lukaku dengan magic," kata Minho kecil dengan puppy eyes-nya.
"Ayo kita sembuhkan luka ini dengan 'Namriyoong Magic Plester', okay?" Aku menurunkannya di kursi di mana Yoona tadi duduk. Aku mengambil plester di lemari dan menempelkannya pada lukanya.
"Namriyoong Magic selalu berhasil, iya kan, ben?" Aku berbalik dan melihat Chanyeol di dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged marriage
FanfictionNamriyoong, seorang anak yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di panti asuhan, tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bahagia meskipun tak pernah merasakan kehangatan seorang ibu atau ayah. Di panti asuhan tersebut, dia menemukan cinta dari...