(Emily's POV)
Masa sekarang, perkuliahan semester akhir...
Sudah mau selesai. Tidak terasa perjuanganku selama hampir 3,5 tahun ini akan terbayar sebentar lagi. Bukan hanya itu, aku juga akan menyandang kata 'sarjana' dalam namaku.
Emily Frances. Kata papaku, nama Emily diambil dari arti pekerja keras. Dia ingin anak perempuannya bisa bekerja keras dan menghidupi diri sendiri tanpa bergantung kepada lelaki. Mungkin dia mengatakan hal ini karena papa bercerai dengan mama.
Aku anak pertama dari 4 bersaudara yang membuat rumah kami sangat ramai. Bukan ramai karena bermain ataupun bergosip, aku dan 3 saudaraku jarang sekali akur. Tiap hari ada saja hal yang bisa membuat kami berempat bertengkar. Pasti papa sudah capek banget lihat 4 anaknya beradu mulut setiap hari.
Anyways, aku kuliah hukum dan sudah semester akhir sekarang. Kehidupan sosialku menyenangkan, dikelilingi keluarga dan teman yang baik dengan mulut yang paling jago memberikan saran soal percintaan padaku. Untuk beberapa hal yang kuperbuat seperti memasak, belajar, dan lainnya, aku patut diacungi jempol, tapi saat tiba pada masalah percintaan, aku bisa memberi diriku sendiri angka 0 bulat seperti telur untuk setiap percintaan yang kulalui. Entah apa yang salah dariku, kisah cintaku jarang ada yang berhasil. Setiap aku merasa mendapatkan orang yang tepat, orang itu berakhir pergi begitu saja. Memang belum saatnya aku untuk memikirkan masalah cinta. Lagi pula umurku juga belum genap 21 tahun.
"Em, makan dulu biar di kampus bisa fokus," papaku memanggil dari ruang makan.
"Iya, pa. Papa masak apa order?"
"Masak dong. Nasi goreng, kesukaanmu,"
Yah, sebenarnya yang menyukai nasi goreng adalah adikku nomor 2, tapi tidak apa-apa, papa sudah berusaha untuk memasak makanan kesukaanku.
"Yay, wanginya enak banget. Papa ambil resep dari mana?"
"Dari youtube, kemarin papa nonton,"
Papa adalah laki-laki paling romantis dan sabar yang pernah aku tau. Dia jarang sekali marah, tapi sekalinya marah, setan pun akan kalah menyeramkan darinya. Mempunyai 3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang sangat manja seharusnya menjadi tantangan yang sulit baginya apalagi harus membesarkannya sendiri. Tapi sejauh ini, usaha papa untuk merawat kami sudah sangat baik.
"Hari ini papa kerja kan? Pakai mobil Em aja dulu, kan mobil papa masih di bengkel,"
Mobil papa minggu lalu dilompatin sama monyet saat papa pulang kerja. Karena kaget, pohon lah yang jadi sasaran tabrak. Papaku baik-baik aja, begitu juga monyetnya. Cuma mobil papa yang banyak rusak.
"Loh, kalau papa pakai mobilmu nanti kamu ke kuliah naik apa?"
"Nebeng Ella dong. Kan rumah dia deket sama rumah kita,"
Ella adalah sahabatku, sahabat yang paling baik. Banyak orang bilang kepadaku kalau Ella membawa pengaruh buruk, namun selama ini dia tidak pernah memberiku sesuatu yang buruk. Memang Ella merokok dan suka dugem, tapi dia selalu menyimpan itu semua untuk dirinya. Dia tidak pernah memintaku mencoba rokok ataupun ikut dugem dengannya. Pernah suatu hari aku meminta untuk ikut dugem karena aku penasaran. Alhasil, papaku menceramahiku 3 hari 3 malam karena Ella melapor pada papa. Mereka seperti sudah cs an saja.
"Ella udah mau sampai sini. Papa hati-hati bawa Lily, dia masih mulus tuh gak pernah Em beretin,"
"Lily?"
"Lily nama mobil Em, hehehe,"
Papa hanya menggeleng begitu tau aku memberi nama untuk mobilku. Itu lah tanda cintaku kepada mobil yang sudah menemaniku 3 tahun belakangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/267499280-288-k836880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Choice
RomanceCinta segitiga dengan orang baru saja sulit, apalagi kalau terlibat cinta segitiga dengan mantan? Dalam 20 tahun hidupnya, Emily tidak pernah membayangkan akan berada di tengah-tengah kisah cinta yang rumit bersama kedua mantan yang pernah menimbul...