Part 9 ~The Teror~

47 6 0
                                    

Hari semakin larut dan suasana hutan menjadi semakin mencekam. Kami hanya terdiam mengeliligi api unggun. Kami terus kepikiran dengan Milla yang dibunuh oleh seorang nenek gila. Diantara kami, Alfaro lah yang paling terluka karena kehilangan orang yang dicintainya dan terus menangis.

"Sudahlahh Al.. kau tidak usah menangisi dia terus, semua sudah berlalu. Walau kau menangis sampai matipun dia tidak akan hidup kembali.." kata Kak Sam bijak tetapi Alfaro masih terdiam dan acuh tak acuh.

"Lebih baik ku mati daripada harus kehilangan dia.." jawabnya dengan nada tinggi.

"Benar Kata Kak Sam.. semua sudah berlalu. Bila kau terus menangisinya dia pasti juga akan sedih di alam sana.. lebih baik kita berdoa saja untuknya.." timpalku upaya menghibur Alfaro.

"KAU TIDAK TAU APA-APA.. LEBIH BAIK DIAM SAJA!!!!" Bentak Alfaro padaku.

"HEI!! DIA BERUSAHA MENGHIBURMU.. TIDAK BISAKAH KAU MENGHARGAINYA??!!" bentak Aqillah membelaku.

"Tidak" jawab Alfaro dengan nada rendah.

"Sudah sudah.. jangan bertengkar!!" Teriak Michele melerai mereka.

"BTW, sekarang jam berapa ya kira2?" Tanyaku.

"Hmmm sekitar jam satu malam" jawab kak Sam.

"Kenapa waktu berjalan sangat lambat??" Gumam Michele tetapi tak ada yg menanggapi.

"Sekarang sudah larut malam, sebaiknya kalian tidur!!" Kata Kak Sam kepadaku dan Michele.
"Jadi menurutmu kita tidak perlu tidur??" Sindir Alfari sinis.

"Kau mau kehilangan untuk yg kedua kalinya?" Timpal Aqilah.

"Jangan ikut campur!!!!!" Bentak Alfaro.

"Sudahlah jangan mulai lagi.." seruku sebal.

"Yasudah sekarang kalian tidur saja!!" Perintah Aqillah. Aku tersenyum, ini menandakan Aqillah pengertian kepadaku.

Aku dan Michele tidur di atas sehelai daun besar dengan dijaga oleh tiga bodyguard tampan.

--------------------------------


Suara bising itu sangat mengganggu di telingaku. Suara teriakan yang sangat keras tunggu, suara apa itu? . Dengan cepat aku membuka mataku dan menatap sekeliling. Kak Sam dan Alfaro sedang berlutut membelakangiku dan mengarah ke Aqillah yang sedang duduk. Aku heran sedang apa mereka. Mereka seperti sedang melakukan sesuatu.

"Ada apa?" Tanyaku polos.

"Ada seseorang yang melukainya (Aqillah)". Sontak aku terkaget dan segera duduk si samping Aqilah. Kakinya Aqilah terluka dan mengeluarkan banyak darah. Kakinya robek cukup besar.

"Aw... aw... aw... sakit..." rintih Aqillah kesakitan.

"Kenapa bisa terjadi??"tanyaku panik sambil menggenggam tangannya sedangkan yang lain sibuk mencari tumbuhan yg bisa mengobati luka.

"Tadi kakiku disayat dengan sebuah celurit oleh seseorang" jawabnya sambil merintih.

"Kenapa bisa???" sahut Kak Sam.

"Tadi aku mendengar suatu suara yang aneh. Aku berniat mencari sumber suaranya Tetapi, aku malah bertemu seseorang.." jawabnya.

"Seseorang seperti apa??" Tanyaku.

"Dii.. dia.. memakai jubah hitam hingga menutupi wajahnya dan membawa celurit bersimbah darah". Jawabnya dengan mata membelalak. ASTAGA!! SOSOK HITAM ITU?!.

The Death HolidayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang