𝟛 - 𝕤𝕡𝕒𝕣𝕜𝕝𝕚𝕟𝕘, 𝕓𝕖𝕒𝕦𝕥𝕚𝕗𝕦𝕝 𝕤 𝕟 𝕠 𝕨

117 26 1
                                    

Riuhan pengunjung terlihat meriah pada arena balapan skate liar itu. Mayoritas kaum adam berada pada arena ini, tetapi bukan berarti tidak ada perempuan selain [Name] di sini. Berbeda dengan lapangan skate Gushikawa yang mulus jika sesekali melihat Reki dan Langa berlatih, lantas menyadari tekstur jalanan arena begitu curam serta kasar setelah Shadow menunjukkan stiker S pada penjaga wilayah.

 Berbeda dengan lapangan skate Gushikawa yang mulus jika sesekali melihat Reki dan Langa berlatih, lantas menyadari tekstur jalanan arena begitu curam serta kasar setelah Shadow menunjukkan stiker S pada penjaga wilayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita sudah sampai."

Langa menatap gamang ketika mendapati [Name] menutupi mulut dengan punggung tangan. Karena dikejar waktu, maka Shadow mempercepat tingkat kelajuan berkendara. Akibatnya, tak heran jika tak terbiasa lebih rentan mabuk darat.

"M-mau muntah ...." [Name] bergegas keluar dari mobil. Persetan ia tertinggal dengan yang lain.

"Kami duluan ya!" kata Reki yang samar-samar dapat didengar [Name]. Isi perut gadis itu bergejolak tak nyaman. Mencari lokasi yang sekiranya aman. Agak sulit menemukan toilet berpandu seadanya dengan bahasa tubuh.

"HUWEEEEK."

Ia menemukan lokasi tepat di dalam kloset. Setelah merasa cukup tenang, ia menghadap diri pada pantulan cermin toilet. Sesekali dilewati kerumunan perempuan berparas funky yang melihatnya jijik sekaligus bingung.

Baru diajak sekali saja sudah menyusahkan, pikirnya. Ia tak mau jadi penghambat Reki dan Langa.

🛹🛹🛹

"Apa kondisimu sudah mendingan?" tanya Langa bersandar tak jauh dari pintu toilet.

"Hasegawa-kun? Apa tidak masalah tadi menungguku?"

"Hasegawa-kun? Apa tidak masalah tadi menungguku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air muka Langa terlihat muram. Nyaris emotionless sepanjang waktu, tetapi ada jejak sedih yang tersorot.

"Maaf sudah memaksamu ke sini." Langa memberi sebotol air mineral.

Segera [Name] menggeleng; tidak ingin lelaki itu salah paham. "Tidak, kok! Lagi pula aku juga ingin. Aku juga sudah baikan. Tidak apa, susul saja mereka du---"

"Uuuh, Snow! Tampan sekali."

"Snow, main sama kami, yuk!"

Ajakan dan kedipan centil sejumlah gadis funky masuk dan keluar dari toilet wanita tidak menarik perhatian Langa. Ia tetap bersandar, sesekali melirik [Name] yang minum air mineral pemberiannya.

"Hasegawa-kun?" tanya [Name] menoleh bingung ke arah lelaki itu.

"Aku takut [Name] kapok ke sini lagi, jadi aku i--"

Kikikan kecil menjeda ucapan Langa. Gadis itu menggeleng pelan. Ada jejak kelegaan yang terasa dalam hati lelaki itu.

"Aku tidak mudah kapok karena ini. Lantas ... aku lebih takut untuk pulang."

"Pulang?"

[Name] menatap nanar bebatuan yang dipijakinya. "Daripada takut ke S, aku lebih takut pulang ke Tokyo. Kembali ke sekolah neraka itu lagi."

Langa merasa penasaran, tetapi tenggorokannya tercekat untuk bertanya. Seperti ada beban yang sudah lama terpendam. Namun, cemas bila diungkapkan dapat memperumit situasi.

"Maaf, aku tadi memotong ucapanmu. Jadi kelanjutannya apa?"

Langa mengusap puncak rambut gadis itu. "Aku ingin [Name] menikmati momen saat ini."

🛹🛹🛹

Ternyata Langa tidak bisa "hanya" menonton sepanjang kehadiran di wilayah S. Tak mengherankan, Reki menghampiri mereka dengan kondisi luka lecet pada lengan dan kaki. Sembari melihat Langa pada pantulan proyektor, [Name] memberikan pertolongan pertama pada luka Reki.

"Dasar Shadow. Padahal sudah pernah dikalahkan Langa. A-awwww!" gerutu Reki ketika mendapati sikunya dibasuhi alkohol. "Pelan-pelan dong!"

"Iya, iya," kata [Name] tak bisa melepaskan pandangan pada lelaki berambut biru itu. Padahal Langa dan Reki muda setahun darinya, tetapi ia malah lebih merasa dilindungi.

"Kau ...." Reki ikut memandang pada proyektor yang sama. "Suka sama Langa, ya?"

Alih-alih menolak, ternyata wajah [Name] sudah memerah bagai kepiting rebus. Padahal Reki yakin gadis itu membantah mati-matian. Hanya saja bahasa tubuhnya bertindak kelewat gamblang.

"K-kok bisa tahu?"

Reki bersiul kecil sembari membuang muka, "Jelas banget, kok. Langa aja yang nggak peka. Tapi nggak heran sih. Langa itu populer."

[Name] mengangguk mantap; ikut setuju dengan pemikiran Reki. Bukti kepopuleran Langa amat jelas ketika tadi dikerumuni gadis funky.

"Tapi ... lebih baik urungkan saja perasaanmu. Cukup sebagai teman."

Manik gadis itu terbelalak saat mereka beradu tatapan. Manik Reki tak berkedip sedikit pun. Tak ada cengiran konyol seperti keseharian di Dope Sketch.

"Bisakah Reki-kun memberitahu alasannya?"

Reki berdeham singkat. Saat itu juga, ucapannya tertimpa oleh riuhan penonton. Walau berisik pun, [Name] masih tetap mendengar dengan jelas.

"Langa sudah punya pacar."

Kilau kebiruan menawan tersorot pada indera penglihatan [Name]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kilau kebiruan menawan tersorot pada indera penglihatan [Name]. Pernah Langa bercerita bahwa mempelajari ollie amatlah susah. Perlahan melepas rekatan pada kaki, mempertahankan keseimbangan, dan tetap berpijak pada papan roda.

"Cantik," ucap [Name] tanpa sadar. "Pemula saja

"Kubilang, Langa sudah punya pacar," ulang Reki merasa sedih harus melihat keponakan manajernya itu patah hati.

"Selama bisa menjadi temannya saja, itu sudah lebih dari cukup."

🛹🛹🛹

ᴾʳᵉᶜⁱᵒᵘˢ • ʰᵃˢᵉᵍᵃʷᵃ ˡᵃⁿᵍᵃTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang