Malam itu, begitu selesai mengambil barang miliknya yang ketinggalan, jevan langsung bergegas untuk kembali ke rumah sakit. Setelah memeriksa tak ada lagi barangnya yang ketinggalan -termasuk idcard untuk penjaga pasien, agar ia bisa masuk- jevanpun langsung melajukan motornya membelah jalanan bandung yang sudah malam.
Ditengah perjalanan ia tiba-tiba ingin membeli kopi sebagai teman begadangnya untuk malam ini, hingga disinilah dia, didepan coffe-shop yang memang sudah menjadi langganan mereka ketika dibandung. Pria itu hendak melangkahkan kakinya, namun netranya langsung menangkap 2 sosok yang baru saja ia temui 20 menit yang lalu. Ya, didalam coffe-shop itu ada Ojun dan juga Laras yang sedang tertawa bersama, entah membicarakan apa.
Jevan tak tahu apakah mereka hanya take-away atau justru ingin nongkrong disini. Dan daripada kedua orang itu melihat Jevan, pria itu memilih untuk meninggalkan coffe-shop ini dan memilih membeli kopi di tempat lain, ketimbang harus ketemu dengan keduanya.
***
pagi ini, Anna punya jadwal yang cukup banyak. Mulai dari mengambil pakaian kotor di laundry kemudian membawanya ke hotel tempat Laras menginap lalu mengambil pakaian yang baru, dan banyak lagi. Sehingga begitu ia memastikan kalau aya sudah memakan sarapannya hingga habis, ia pun segera meninggalkannya.
"Gue usahain balik sebelum makan siang, kok. Lo mau lunch apa nanti?"
Aya tampak berpikir sejenak, "Apa aja, deh. Gue ngikut apa yang lo makan aja," jawaban aya membuat anna mendengus, "Jadi kalau gue makan sayur pare lo makan juga?" namun bukannya menjawab, Aya justru tertawa.
"Udah, sana, pergi. Ntar lo makin telat baliknya,"
"Belum juga gue pergi, udah kangen aja, lo"
"Sialan"
Keduanya sontak tertawa. "Gue berangkat, ya. Kalau ada apa-apa telpon gue. Ka, gue nitip Aya, ya" dan Anna pun menghilang dibalik pintu yang telah tertutup rapat.
"Apaan dah pake di titip segala, dia pikir gue barang apa," Aya mendengus kesal dan membuat Arka terkekeh kecil.
Diruangan ini hanya tersisa mereka berdua. Jevan dan Jio bahkan sudah pulang sebelum perawat mengantarkan sarapan untuk keduanya dan akan kembali nanti pukul 9 untuk menemani Arka check-up. Karena masih ada sekitar 1 jam sebelum jadwal check-up Arka, pria itu bergegas berdiri dan berjalan menuju ke arah kursi roda yang ada disudut ruangan.
"Lo ngapain? Lo mau ke wc?" akibat terbiasa mendengar perkataan teman Arka setiap melihat pria itu meninggalkan ranjangnya, Aya pun ikut bertanya seperti itu.
Arka menggeleng sembari mendorong kursi roda tadi mendekat kearahnya, "gue bosen dikamar, jadi gue mau jalan-jalan. Daripada gue tinggalin lo dikamar sendirian, mending gue bawa,"
"tapi kan lo gak boleh jalan kata temen lo?" tanya aya khawatir.
Bukannya menjawab, arka hanya terkekeh, "gak papa, asal gue gak ikut lomba lari atau kena tonjok diperut ya gue gak kenapa-kenapa. Ayo sini gue bantu. Maaf ya gue pegang,"
Tanpa menunggu persetujuan aya, pria itu langsung membantu aya untuk duduk di kursi roda yang tadi ia dorong. Tak hanya sampai situ, pria itu juga mengambil botol infus milik aya kemudian digantung ke gantungan yang sudah ada dibelakang kursi roda itu, menemani botol infus arka sendiri yang sudah lebih dulu bertengger disana.
Mereka menyusuri koridor rumah sakit sembari saling melemparkan senyum kepada perawat yang lewat. Sejak pertama kali dirawat, ini kali pertama aya berkeliling dirumah sakit ini. ia tak menyangka, kalau rumah sakit ini memiliki ornament ornament yang unik. Rumah sakit modern, namun di beberapa titik dihiasi oleh ornament yang cukup vintage.
![](https://img.wattpad.com/cover/264162602-288-k566292.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
unfinished; jaemin [on going]
Teen Fictionaya tidak mengerti. bagaimana mungkin sebuah kisah dipaksa untuk selesai -bahkan disaat kisah itu belum dimulai? ini mungkin bukanlah kisah yang memiliki akhir yang bahagia. jadi, jangan terlalu berekspektasi, ya? 2021 © sealenophile