1

700 53 28
                                    

Langit begitu mendung begitu dia membuka horden jendela kamarnya, raut wajahnya berubah lesu,sayang sekali,padahal seharusnya hari ini menjadi paginya yang cerah di hari minggu.

Terlebih lagi,tubuhnya akan berlipat kali lebih malas jika turun hujan,dia yang tadi berniat mandi langsung kembali berbaring di atas kasur dan bergelung di bawah selimut.

Tanganya meraba raba sekitar,mencari ponsel yang entah semalam dia taruh di bagian mana,sebagian bantalanya sudah berjatuhan di lantai,dengan seprai kasur yang sudah kusut,dia mengerang,menendang nendang seprai dengan kakinya berharap dapat kembali rapih seperti semula.

Ngomong ngomong soal minggu,dia jadi teringat sedang tidak tiduran di dalam kamarnya,menurunkan selimut haya sebatas mata,dia langsung di suguhi dinding dinding berwarna hitam dengan motif abu abu suram, terdapat begitu banyak poster poster mobil antik,yang dia tidak tau apa namanya,di sebelahnya juga ada figura cowok berhidung mancung dengan badan berotot yang tidak terlalu berlebihan,terukir senyum menyerupai bulan sabit di wajahnya.

Jaemin langsung mendengus bertepatan dengan pintu kamarnya yang terbuka,seorang pria bertubuh jangkung muncul dari sana,raut wajahnya terkesan dingin,sebelum bertatapan denganya dan mengubah mimik wajah menjadi raut malas.

Jaemin langsung tersinggung"lo!apa maksud lo muterin mata gitu?,nggak balik tau rasa lo!"

"Brisik lo nenek sihir"sungchan-adik pertama temanya,berujar sinis,dia berjalan masuk,tanpa banyak berkata langsung menggulingkan badannya, menggelungnya di dalam selimut,dan mengangkatnya,jaemin yang terkejut setengah pusing langsung memberontak,hendak berteriak tapi badanya sudah di angkat melayang.

Sungchan membekap mulut jaemin dengan sapu tangan bersih yang dia ambil dari saku jaketnya,menggotong jaemin keluar kamar,mengapit tubuhnya di ketiak,seolah membawa tangga bambu.

Jaemin masih mencoba memberontak  dengan mulut yang terus menyerapah, tapi hanya berakhir menjadi gumaman keras yang menginfeksikan telinga, sungchan masih berwajah lempeng, membawanya menuruni tangga dengan enteng seolah dia hanya kertas seberat 3 gram.

"Seenggaknya kalo numpang di rumah orang tuh,bangun pagi,bantu cuci piring kek?,moloorr mulu kerjaan lo" sungchan berbicara setelah menginjak tangga terakhir.

Jaemin mendelik"Hmmmppphhh,hmp!hmppp!hng!"

"Apasi nggak paham bahasa binatang" sungchan berdecak,melewati pintu terakhir dan menemukan ruang makan.

Sudah ada keluarga lengkapnya yang mengisi meja dengan berputar,atensi mereka langsung beralih begitu keduanya menampakan diri.

Taeyong langsung melotot"Abang!kamu ya!,dasar nggak punya perasaan! Turunin!!,kasian jaeminya pusing!"

"Ini juga mau"jawabnya acuh, memaksakan jaemin untuk duduk di kursi sebelah ayahnya dengan selimut yang masih menggelung tubuhnya dan sapu tangan di bibirnya,jaemin berontak.

Jeno yang tadi sempat tersedak minumanya langsung tertawa,menepis tangan ayahnya yang hendak membantu melepaskan jaemin,dia mengambil ponsel dari saku celananya.
"Bentar-bentar,kita foto dulu"

"Hmphhhh!!!"jaemin melotot,tapi pada dasarnya jung jeno memang suka mencari perkara,tawa bocah sipit itu justru semakin keras.

Mark berdecak,paginya tidak pernah tenang,semenjak ada kehadiran adik adiknya yang super resek ini,dia sudah hampir lupa kapan terakhir kali memakan sepotong roti tanpa perlu di recoki,dia berdiri,membungkukan badan dengan sedikit bersandar ke meja,menarik gumpalan sapu tangan dari mulut jaemin.

Sedetik berikutnya dia langsung menutup rapat rapat kedua telinganya dengan tangan,lupa,jika sumber keributan sebenarnya justru anak yang duduk di depanya itu.

RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang