⌗ Bagian satu

322 39 2
                                    

Bagian Satu
Can I Falling in Love?



Air hujan membasahi kaca jendela kamarnya. Niko memandangi tumbuhannya yang ia rawat bersama Ibu tercintanya. Sebuah senyuman terukir manis pada bibir kecilnya. Ia menyandarkan kepalanya pada bantalan kursi belajar sembari sesekali menatap cuaca dari jendela.

Hatinya sedang dalam keadaan baik kali ini. Berkali-kali Niko senyum tanpa alasan. Walaupun ia sedang banyak berpikir hari ini. Seperti memikirkan tugas yang menumpuk, Ibunya akan pergi selama dua hari, sampai lelaki yang mempunyai kedua sudut bibir sempurna. Namun ia tak ambil pusing.

"A-ah... Lelaki itu." Monolognya pelan.

Sepertinya kali ini hatinya tak bisa berbohong. Niko sedang memkirkan lelaki itu. Sudah ketiga kalinya mereka bertemu, namun hatinya sudah lebih dahulu tergoncang sebab paras lelaki itu.

Jantungnya lagi-lagi berdegup kencang.

Niko melihat tatapannya yang terpantul pada cermin. Lagi-lagi ia tersenyum kesekian kalinya sembari memegang dadanya karena jantungnya masih yang berdegup kencang.

"I can falling in love?" Tanya Niko pada diri sendiri diakhiri kekehan kecil. "At the first sight? Oh... What's wrong with you, dude!"

"Falling in love?" Ulang Niki- Adik kembarnya yang berselisih tiga menit -sembari melemparkan senyuman menggoda pada Kakaknya. Ia berada di sisi pintu, menyandarkan bahu lebarnya pada pintu kamar Niko.

Niko mencibir ketika menyadari keberadaan Niki. Ia juga sesekali mengumpat dalam hati kecilnya. Adiknya memang menyebalkan, bahkan pantas diberi julukan sebagai Musuh Kehidupannya hingga kelak. Ia melemparkan novel tebal kearah wajah Niki, namun tidak tepat sasaran. "Lebih baik lo diam, Niki. Gue lagi ngomong sendiri."

Seringai kecil terpapar di wajah Niki. Ia memang sengaja menggoda Kakaknya agar diberikannya alasan tentang kisah kasmaran si Lelaki Sudut Bibir itu padanya. "Cerita, lah!" Serunya sembari berjalan menghampiri Niko yang masih saja duduk menghadap jendela.

Keduanya memang saudara kandung yang terbilang rukun. Alih-alih sudah terbiasa bertengkar, justru itu adalah alasan Niko dan Niki semakin menyayangi satu sama lain sebagai saudara. Layaknya kutipan marah-marah kecil adalah bumbu penyedap sebuah hubungan romansa. Bedanya mereka adalah hubungan persaudaraan.

Wajah Niko memerah seperti apel ranum. Ia menyunggingkan senyuman malu pada Adiknya dan berakhir memikirkan lelaki sudut bibir lagi. "Sini. Biar gue ceritain tentang dia."









Next or unpub?

 ✦ 19kg-flo ꜜ ࣪˖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✦ 19kg-flo ꜜ ࣪˖

Destiny, Jake ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang