Bagian 6: Love in Silent

546 75 3
                                    

Hari ini perasaan Wera lumayan kesal, karena ketika sudah bel istirahat guru mapelnya masih tetap memberi penjelasan di depan kelas seolah-olah tidak peduli dengan kondisi anak-anak muridnya yang mulai kelaparan. Sebelum berangkat gadis itu tidak sempat sarapan dengan benar, alias hanya minum susu segelas beserta roti tawar satu lapis karena terburu-buru.

Bagaimana tidak? A' Dimas sangat berisik tadi pagi. Dia terus menyuruh Wera supaya cepat jika mau berangkat bersamanya. Kalau tidak begitu Dimas bisa terperangkap dalam kemacetan dan telat sampai kampus. Hari ini dia sudah membuat janji dengan dosennya untuk konsultasi.

"Ren, ini kapan selesainya sih?" Wera yang mulai gelisah kemudian merengek ke Renata, teman sebangkunya. Terlihat jika dia juga sama jenuhnya menunggu kapan jam pelajaran kedua ini segera diselesaikan.

"Tau ah, bu Maya kebiasaan," Jawab Renata pasrah.

Untung setelah itu bu Maya mengucap pamit, dan beliau juga memberi alasan mengapa telat selesai, yaitu karena saat memulai pelajaran mereka telat 10 menit.

Agak menjengkelkan. Kalau Wera bisa dia ingin sekali meneriaki bu Maya, 'SIAPA SURUH TADI TELPONAN DULU SAMA PACARNYA SAMPAI LUPA WAKTU?!'

Pada akhirnya kelas 10 IPA 2 bisa istirahat juga, dan Renata segera berdiri dari kursinya. Gadis itu langsung berlari hingga depan pintu kelas, meninggalkan Wera yang masih merogoh tas untuk mencari dompetnya yang terselip diantara buku-buku pelajaran.

"Ayo Wer cepet! Gua gak mau kelamaan ngantre nasi goreng lagi!!" Ujar Renata sedikit terburu-buru.

"Sebentar! Dompetku gak ketemu-temu nih!"

"Weranasya...."

"Iya, udah ketemu nih. Dah hayuk cepet."

Wera dan Renata langsung lari keluar kelas bersama. Tapi karena kurang hati-hati, Wera tersandung pada tangga kecil penghubung lantai koridor dan lapangan. Untung ada seseorang yang menarik lengan satunya dari belakang jadi Wera tidak jatuh ke depan.

"Hati-hati dong Wer," Ujar orang itu alias si Samuel.

Wera yang tidak enak hati langsung minta maaf dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu dia dan Renata kembali lari ke kantin.

"Ciyeee, abis nolongin mbak crush ya," Cakra datang-datang langsung menyenggol Samuel sampai agak oleng. Untung orangnya tidak jatuh.

"Ssst, diem Kra jangan diingetin. Gapapa gua gak bisa sama Wera, tapi kan gua bisa lindungin dia diem-diem," Ujar Samuel dan setelah itu menghela napas dan tersenyum pasrah.

"Halah, dangdut banget sih lu. Siswa juara paralel ternyata bisa bucin juga ya."

"Gua masih manusia Kra, maaf-maaf aja nih."

//

Tiba di kantin dua gadis itu berpisah. Soal selera, saat masih jam istirahat Wera lebih memilih makan makanan yang tidak terlalu berat, sedangkan Renata lebih suka langsung makan nasi supaya di istirahat kedua dia bisa tidur.

Renata awalnya mengantar Wera ke stan roti bakar terlebih dahulu, baru kemudian dia pergi sendiri ke stan nasi goreng. Di tengah perjalanan Renata berpapasan dengan Yandra dan Javier. Mereka saling mengenal, soalnya satu klub taekwondo dulu ketika masih SMP.

"Ren, Weranya mana?" Tanya Javier padanya, "Tumben sendirian."

"Lagi di tempat roti panggang tuh kak, gua duluan ya," Pamit Renata sembari mengangguk tipis pada kedua remaja laki-laki di depannya yang berusia setahun lebih tua dibandingnya sebelum lanjut jalan ke stan nasi goreng.

Keluarga RT 09 | SMTownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang