Bagian 7: Second Child Thing

410 63 0
                                    

Berhubung malam ini Jadid sedang tidak ada tugas, dia menghabiskan waktu dengan rebahan di kasur sambil spam pesan dan stiker pada kontaknya Jefrian dan Wira. Awalnya dua orang itu berusaha mengabaikan, tapi semakin lama malah semakin tak terkendali. Pada akhirnya Wira menelpon Jadid dan mengomel jika tadi ponselnya hampir saja tidak bisa difungsikan. Sementara Jefrian memilih main bersih. Tidak ada basa-basi barang sedikitpun, kontak Jadid langsung ia blokir.

"Payah ah lu berdua, gak seru," Ujar laki-laki 180 cm itu.

Tidak ada yang bisa dan ingin dia lakukan lagi sekarang, mana matanya sudah terasa seperti lampu 5 watt. Jadid akhirnya memutuskan tidur saja. Ditaruhnya ponsel warna silver itu pada nakas samping tempat tidurnya setelah ia setel mode pesawat.

Namun saat baru saja mau memejamkan mata, mama memanggilnya dari luar sembari berteriak. Mau tak mau Jadid terpaksa membuka mata. Bisa saja sih dia pura-pura tidur, cuma  nantinya pasti bakal merasa tidak enak.

"Jadid!!"

"Iya Ma, kenapa??" Jadid langsung buru-buru keluar dari kamar, kemudian ke ruang tamu. Mama Sisca terlihat khawatir saat ini sambil sesekali mengintip keluar jendela, dan Jaya sedang berusaha menenangkannya. Beda lagi dengan papa Theo, pria itu masih berusaha menelpon seseorang yang tidak juga tersambung. Tidak tahu karena jaringannya hilang, atau memang sengaja tidak diangkat.

Jadid menghela napas karena sudah tau siapa yang keluarganya khawatirkan. Sepertinya Yelda kembali membuat ulah, alias dia pulang telat lagi hari ini. Padahal saat sedang sarapan bersama saat pagi tadi, Yelda sudah diingatkan berkali-kali sama papa.

Jadid segera menyambar kunci motor miliknya di atas meja makan, dan ke garasi untuk mengeluarkan motornya. Dalam hati sebenarnya Jadid marah sekaligus khawatir, cuma dia tidak mau makin memperkeruh suasana rumah yang sekarang sedang tidak kondusif.

Saat baru saja ingin menekan pemicu gas motornya, Jadid mendengar suara motor lewat dan berhenti di depan rumahnya. Dia juga mendengar suara tawa Yelda dengan seorang laki-laki, entah itu siapa.

"Yelda, makasih buat hari ini."

"Iya sama-sama. Kamu tadi keren banget pokoknya," Kali ini Yelda yang bicara.

Jadid tidak berniat melabrak sekarang, tapi jalan mendekat pelan-pelan ke arah pagar aja. Dia mau menguping dahulu apa yang dua orang ini bicarakan.

"Besok kamu ke sana lagi Las??"

"Nggak, nanti lagi pas minggu depan."

"Kalian pergi kemana sampai semalam ini baru balik??"

Yelda dan teman laki-lakinya tersentak saat mendengar suara Jadid. Sampai laki-laki itu telah membuka lebar pagar rumah dan menatap tajam dua remaja yang lebih muda di depannya, mereka masih tetap membisu.

"Ditanya kok diem aja?" Suara Jadid yang terkesan dingin makin membuat suasana jadi menegang.

"Itu bang... Tadi kita... Kerja kelompok."

"Jawab sambil lihat mata abang Yelda!"

Takut-takut, Yelda perlahan menatap mata abangnya. Begitu pula teman prianya yang malah pura-pura melihat objek lain saat Jadid menyengajakan berkontak mata dengan dia.

"Kita kerja kelompok abang!" Ulang Yelda tegas.

"Dimana? Selesainya semalam ini?"

"Rumah Laskar. Iya, tadi habis selesai kita main sebentar terus taunya kebablasan."

"Sampai telpon dari ayah ngga kamu angkat?"

"Anu..." Sambil sesekali melirik Laskar seakan minta pertolongan, Yelda berusaha mencari alasan atas keterlambatannya ketika pulang.

Keluarga RT 09 | SMTownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang