"kau dari mana saja?" Tama bertanya pada si hitam yang tampak berdiri di depan pintu rumahnya, namun si hitam hanya melewatinya dan masuk tanpa sepatah kata.
"Kau tak mau menjawab?" Tama terus membujuk si hitam, bahkan mengikuti duduk di sofa miliknya.
"Kenapa kau menghilang begitu saja?" Tama sebenarnya sangat kesal pada si hitam tapi karena rasa khawatirnya yang jauh mengalahkan itu membuatnya mengalah akan egonya.
"Apa yang salah dari diriku?" Tanya si hitam, akhir-akhir ini ia selalu merasakan hal aneh dari dirinya.
"Tak ada yang aneh, itu mungkin hanya perasaanmu saja" Tama tak terlalu mengerti apa maksud si hitam tapi ia memang tak melihat perubahan apapun dari si hitam.
"Kau tak mengerti" ucap si hitam.
Ia selalu merasa janggal, seperti ada yang sesuatu dari dalam dirinya yang membuatnya merasa senang berlebihan, tapi di lain sisi itu menyakiti dirinya.
"Aku pergi dulu-"
"Lagi? Kau baru saja kembali" ucap Tama sambil menahan si hitam namun dengan cepat si hitam menghindar lalu kembali pergi.
Ia hanya datang untuk melihat Tama dari dekat, sungguh aneh tapi nyata.
"Ck! Kemana dia pergi?!" Tama bergegas memakai jaketnya mengikuti si hitam yang terus berjalan tanpa menyadari dirinya.
"Kenapa harus gelap sih?" Tama cukup takut, lorong ini tidak punya cahaya yang cukup, terasa begitu dingin dan beku.
Tiba-tiba mata Tama silau akan cahaya, sinar putihnya seakan mengantarkannya ke dunia lain.
Cahaya itu layaknya sebuah pintu gerbang dimensi lain, bercahaya bagai sejuta bintang ada di dalamnya, dan si hitam dengan warna yang sangat kontras terlihat, ia masuk kedalam dan hilang di telan bumi.
"A-apa?" Tama terkejut, melihat hal itu bahkan hanya bisa mematung diam dengan mulut terbuka.
'Pintu gerbang' itu mulai mengecil bagai akan tertutup dan hilang, Tama tersadar dengan cepat lalu lari masuk.
Cahaya itu menghilang dalam sekejap setelah Tama berhasil menembusnya, hawa dingin kembali menyelimuti lorong itu, tanpa cahaya cukup seakan tak akan ada yang menemukannya.
"Hah... Dimana ini?" Tama bangun berdiri dengan seluruh tubuhnya terasa amat sakit, seperti baru saja jatuh dari atas tebing.
"Waw..." Dia berdiri diatas bukit tinggi rimbun pepohonan, dengan pemandangan hiruk-pikuk kota dalam dongeng kerajaan, terlihat sama persis.
Tak ada kuda besi di jalanan, hanya ada gerobak kayu dan kedelai sebagai sumber penggeraknya.
Bangunan dengan arsitektur tua dan cukup megah pada zaman itu.
Tapi sayangnya bukan manusia yang menghuni tempat indah itu, melainkan mahluk-mahluk aneh yang tau jauh berbeda dari si hitam.
Tama terus berjalan, namun bagai angin saja, tak ada satupun yang melihat ataupun melirik dia.
Berusaha mencari si hitam di antara banyak kembaran si hitam lainnya, seperti mencari jarum di tumpukan jerami saja.
Tama mendengar suara panjang, suara terompet besar yang di tiup sebagai penanda sesuatu, ia sangat penasaran langsung mencari sumber suara itu.
Tunggu, apa ini sidang? Atau pertemuan khusus para bangsawan kerajaan? Mengapa mereka berkumpul disini? Tama melihat banyak mahluk yang tampak seperti pengawal kerajaan, dengan mahluk lain duduk si tempat duduk masing-masing.
Namun yang paling menarik perhatian adalah, mahluk besar berwarna putih duduk di singgasana tinggi tepat di depan menunjukkan kekuasaan tak terbatas.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mind || Taeryeong ✓
Teen FictionDia datang dalam sosok yang berbeda. Menakutkan. Tapi dia adalah sosok yang ku rindukan, dia membuatku nyaman. Tapi dia hanya muncul di dalam pikiranku, imajinasi indah hanya milikku. Dan mengganggu pikiranku Ranking 🎖️ • #1 in mymind ~ 14/07/2020 ...