Part 1

2.1K 117 12
                                    

"Ayo kejar aku kalo bisa!" Ejek anak perempuan yang tengah berlari menghindar dari teman yang mengejarnya.

Seorang gadis termenung memandangi teman-temannya berlarian kesana-kemari sambil bersenda gurau. Ada yang bermain ayunan, jungkat-jungkit, atau sekedar mengobrol dan bertukar cerita.

Sesekali dia melirik gedung bertingkat kecil yang sudah 2 tahun menjadi tempat tinggalnya. Di panti asuhan inilah dia tinggal. Setelah beberapa tahun yang lalu rumahnya terbakar dan ayahnya meninggal.

Dia hidup sebatang kara diusianya yang masih sangat muda, hingga membuat sikapnya yang ceria tiba-tiba berubah seketika. Meski sudah 2 tahun tinggal disini dia masih belum bisa berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, mungkin karena rasa kehilangan yang belum bisa dia lupakan.

Seperti saat ini. Setiap sore semua anak-anak yang ada di panti asuhan akan bermain di taman setelah mereka selesai sekolah. Menghilangkan penat dengan melihat dunia luar. Tapi hal itu tidak berlaku untuk dirinya.

Sandrinna bangkit dari tempat duduknya. Jika benar-benar sudah bosan dia akan berjalan-jalan keluar sebentar, paling hanya disekitaran sini saja. Dia menghampiri pengurus panti yang sedang mengawasi anak-anak itu.

"Bu, Sandrinna izin keluar boleh? Sebentar aja kok Bu,"

Ibu panti tersebut mengangguk ragu dengan tatapan tajamnya. "Tapi tidak lama, tidak lebih dari 30 menit," tegasnya.

"Terimakasih Bu," Sandrinna menundukkan kepala dan berlalu meninggalkannya.

Dia berjalan keluar gerbang. Sandrinna menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Akhirnya dia bisa bebas melihat orang-orang yang berlalu lalang, beberapa kendaraan yang melintas di jalan kecil.

Sandrinna terus berjalan tanpa arah tujuan, sesekali dia menyentuh bunga-bunga yang bermekaran di tepi jalan. Juga menikmati keindahan langit yang mulai menampakkan warna jingganya.

Jalanan mulai sepi. Tiba-tiba ada tiga orang yang menghalangi jalannya, mereka berpakaian layaknya preman. Dia memundurkan tubuhnya menjauh dari mereka.

"Serahin uang yang lu punya!" Ujarnya sembari mengunyah permen karet.

"S-saya ngga punya apa-apa," sergah Sandrinna yang gemetar.

"Bohong!" Bentak salah satu temannya. "Keliatannya dia anak orang kaya bang. Liat aja kulitnya bersih, badannya juga kerawat. Mana mungkin ada gembel yang modelannya kayak gini," bisiknya yang diakhiri dengan tawa.

"Sikat aja lah!" Mendengar aba-aba dari temannya. Mereka pun langsung memeriksa setiap saku celana dan baju yang dikenakan Sandrinna.

"Engga! Saya ngga punya apa-apa. Jangan pegang-pegang saya. Lepas!" Kata Sandrinna yang kedua tangannya ditahan oleh mereka. "Tolong! Tolong!" Teriaknya menahan tangis.

"Ngga ada bang," ucap preman itu setelah selesai mengeceknya.

"Pasti ada! Cari lagi yang bener!" Sela seorang lelaki yang gayanya seperti ketua preman.

Dengan earphone yang menempel di telinganya, pria itu berjalan santai. Dia hanya sedang ingin menghirup udara segar di luar. Sebagai remaja laki-laki dia jelas bosan jika hanya berdiam diri di dalam kamar. Bukankah hal tersebut hanya dilakukan oleh seorang anak gadis?

Namun mendengar teriakkan minta tolong yang sepertinya tidak jauh dari tempatnya kini berdiri, sontak dia melepaskan earphone itu. Mengedarkan pandangan melihat ke sekelilingnya.

Dia berjalan tergesa-gesa ke arah gerombolan orang yang mengepung seorang gadis. Dari belakang dia menepuk pundak salah satu preman dan langsung melayangkan satu pukulan di wajahnya.

"Sial. Lu pikir lu siapa? Pangeran kesiangan yang suka muncul di novel-novel?" Cibirnya yang diiringi tawa dari teman-temannya.

"Hari gini ngga usah ngayal. Hajar aja lah!"

Tendangan keras dan pukulan menyerangnya secara sekaligus. Tapi pria itu terus mengelak, menangkis setiap serangan yang mereka berikan. Perlahan Sandrinna menjauh dari pertarungan antara satu orang pemuda dan ketiga preman tersebut.

Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong kasar tubuh preman itu satu persatu setelah tubuh mereka sempoyongan dan terbentur trotoar jalan. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa dirinya kuat melawan mereka, padahal biasanya tubuhnya sangat lemah.

"Kabur! Cepet!" Mereka berlari terbirit-birit sebelum pria itu kembali menyerang.

Sandrinna menghampirinya dengan tubuh gemetar. Dia ingin berterimakasih kepadanya karena telah menolongnya. Tapi saat langkahnya semakin dekat, tubuh pria tersebut terhuyung-huyung seolah ingin jatuh.

Dengan sigap Sandrinna menangkap tubuhnya sebelum dia benar-benar terjatuh di aspal. Apa yang terjadi dengan pria ini? Sandrinna tidak tahu apa-apa. Sesudah dia menolongnya, pria ini tiba-tiba saja seakan mau pingsan.

Pandangannya mulai buram. Dia menatap redup wajah Sandrinna sambil jari telunjuknya menunjuk sebotol obat yang berada tepat disampingnya, saat dia berkelahi tadi obat miliknya jatuh.

Sandrinna menoleh ke arah botol yang ditunjuknya. Obat apa ini? Apa dia sedang sakit? Ketika Sandrinna ingin memberikannya, kedua mata pria itu sudah terpejam rapat. Dia tidak sadarkan diri!

"Hei? Bangun. Kamu kenapa?" Tanya Sandrinna yang gelisah melihatnya terkapar di atas pahanya.

Tanpa berlama-lama lagi Sandrinna mencari bantuan agar pria yang telah menolongnya ini dapat dibawa ke rumah sakit. Bisa jadi selesai berkelahi ada bagian tubuhnya yang sakit atau luka, makanya dia bisa pingsan.

Sandrinna menunggu dengan cemas di depan ruangan sembari menggigiti kukunya, dokter yang menanganinya keluar. Dia mengatakan bahwa pria tadi sudah siuman.

Sandrinna memasuki ruangan yang dipenuhi alat-alat medis. Ternyata pria tadi sedang dalam posisi duduk seolah sedang menunggu kehadirannya.

"M-makasih ya udah mau tolong aku," kata Sandrinna yang berdiri di sisinya.

Dia tersenyum hangat lalu menjulurkan tangannya. "Sama-sama. Kenalin, aku Rey," ujarnya.

Sandrinna membalas jabatan tangannya dan ikut tersenyum. "Sandrinna,"

Inilah pertemuan pertama mereka. Disinilah kisah asmara mereka mulai terjalin. Pertemuan yang terkesan singkat dan tiba-tiba, namun mampu membuat keduanya bahagia.

-

Mungkin part 1 ini kurang menarik ya? Disini masih tahap perkenalan oke, kita harus tau asal-usul Sandrinna dulu dan penyakit Rey. Wah apa tuh?
Tentunya cerita baru suasananya lebih fresh, kita akan masuk ke hubungan percintaan remaja yg manis sekaligus rumit seperti di judul.

Tunggu part selanjutnya
Jangan lupa berikan dukungan untuk cerita ini, terimakasih
See u ^^

Mendua Untuk Setia | ReysanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang