Part 12

565 57 8
                                    

Tangan kiri Rey tergerak untuk menyentuh genggaman tangan kekasihnya. Tatapannya terkunci pada mata Sandrinna. Melihat jernihnya mata gadis itu membuat hati Rey sejuk. Matanya menyorotkan kekhawatiran.

"Aku selalu berusaha untuk ngga menyesali apapun yang Allah berikan. Bahkan penyakit ini. Penyakit yang semakin membawa aku mendekati kematian,"

Sandrinna terkejut mendengar kata-kata Rey yang pelan tapi menusuk. Biasanya dia tidak pernah seperti ini. Mungkinkah masalah yang dia hadapi begitu besar? Sampai Rey seolah ingin menyerah dengan keadaan?

"Kok kamu ngomongnya gitu? Kalo kamu punya masalah, cerita sama aku. Jangan ngomong yang aneh-aneh gini," tanya Sandrinna dengan gemetar.

"Manusia inget kematian bukan cuman saat dia punya masalah doang kan? Apalagi orang penyakitan kayak aku,"

Sandrinna terus menggeleng setiap Rey mengatakan tentang kematian. Dia berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh meskipun itu mustahil.

"Kita ngga akan bisa bersama selamanya, San. Akan ada yang memisahkan kita, yaitu kematian. Dengan aku ngingetin ini ke kamu, aku harap kamu bisa siap kalo kita sewaktu-waktu bakal pisah," ucap Rey dengan yakin.

Rey segera berdiri dan mengambil sesuatu di motornya setelah melihat Sandrinna meneteskan air mata. Dia kembali duduk disampingnya lalu memberikannya kepada Sandrinna.

"Makanya aku mau kasih ini ke kamu," ucap Rey seraya tersenyum.

Tiba-tiba saja Sandrinna tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya diam sambil menatap barang yang Rey berikan.

"Ayo. Buka," kata Rey. Rey sudah tidak sabar melihat ekspresi Sandrinna setelah membuka hadiah darinya.

Dengan perlahan Sandrinna membuka plastik yang menutupi benda itu. Usai dibuka, Sandrinna tambah terkejut melihat sebuah sweater rajut berwarna kuning.

"Aku liat sweater yang sering kamu pake udah lusuh. Jadi aku beliin sweater yang baru," ujar Rey sambil menunjuk sweater yang ada ditangan Sandrinna.

"Itu sweater pemberian papah. Aku sayang banget sama sweater itu," Sandrinna memalingkan wajahnya menatap langit-langit malam.

Meskipun banyak yang mengejek sweater miliknya, tapi itu satu-satunya kenangan yang membuatnya selalu ingat kepada mendiang ayahnya.

"Tapi aku pasti bakal pake sweater ini. Karna sweater ini juga pemberian dari orang yang paling aku sayangi,"

Senyuman terlukis di bibir mereka. Menambah manis malam yang kelam. Rey semakin terpesona saat sweater yang dibelinya dari uang untuk membeli obat melekat ditubuh Sandrinna. Ya... Lagi-lagi Rey memakai uang itu untuk hal lain.

"Oh iya aku mau kasih tau kamu, kalo aku pake sweater ini... Itu tandanya aku lagi kangen sama kamu," kata Sandrinna yang masih tersenyum jenaka.

"Oh ya?" Tanya Rey. Sandrinna menganggukkan kepalanya.

"Berarti sekarang kamu lagi kangen sama aku dong?" Gurau Rey.

"Setiap detik," balas Sandrinna tanpa basa-basi.

"Nanti kalo mandi berarti dipake ya?" Ucap Rey yang tak mau kalah dengan kekasihnya.

Sandrinna hanya tertawa menanggapi lelucon Rey. Tawa itu... Sudah lama Rey tidak melihat Sandrinna tertawa lepas. Terlebih lagi setelah dia masuk sekolah. Banyak cacian dan sikap tidak senonoh yang Sandrinna dapatkan.

~

Rey dan Sandrinna sudah sampai di sekolah. Pagi ini Sandrinna terlihat lebih ceria. Mungkin karena sweater baru yang dipakainya. Hingga mereka menginjakkan kaki parkiran sekolah, Rey tak henti-hentinya menggoda Sandrinna.

"Kamu kangen aku kan?" Rayu Rey sambil berjalan disisinya.

"Engga. Orang kita semalem abis ketemuan," elaknya.

"Pasti kamu semalem pake sweater nya waktu tidur. Aku bener kan?"

Sandrinna menatap Rey. "Kok kamu tau? Kamu diem-diem ngintip ya? Parah banget!" Gerutu Sandrinna.

"Sebagai sepasang kekasih mungkin kita punya kontak batin," ucap Rey memasang wajah seriusnya.

Sandrinna menyenggol lengan Rey dan tertawa riang. Tiba-tiba Rey dan Sandrinna terdiam sejenak melihat banyak sepasang mata yang memperhatikan mereka.

Salah satu dari orang-orang yang mengelilingi mereka pun maju dengan tangannya yang dilipat di depan dada. Sisi. Nama panjangnya Lusiana Rismaretha. Wanita pemberani yang sering mengejek itu mendekati Sandrinna.

"Oh ini orang yang ngepost foto sama cowoknya yang penyakitan itu," sindir sisi sembari mengamati penampilan Sandrinna dari bawah ke atas.

Sandrinna memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia mencoba tidak mempedulikan omongan pahit dari sisi. Omongannya sama-sama tidak penting seperti orangnya!

"Kalian semua yang ada disini udah pada ngeliat kan ya postingan dari si anak baru ini?" Tanya sisi pada semua siswa yang berdiri di belakangnya.

"Udah," jawab mereka.

Sandrinna memang baru saja memposting fotonya dengan Rey saat di taman. Dan foto itu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya. Entah karena mereka iri atau memang tidak punya hati.

"Kok lu mau aja sih sama dia?" Ucap salah satu siswa yang mengelilingi Rey dan Sandrinna.

"Iya. Kayak ngga ada cowok lain aja yang lebih ganteng, tajir, keren,"

"Gue kalo jadi dia mending gue pilih adeknya,"

"Nah bener tuh. Lebih sempurna, ah pokoknya idaman banget!" Jerit siswa perempuan yang mengidolakan Ryan.

"Semua orang yang ada disini aja seleranya pada bagus. Lah lu apa kabar? Lu malah lebih milih ikan asin dibandingkan daging! Hahaha. Dasar aneh, cupu! Murahan!" cibir sisi tepat di depan wajah Sandrinna.

Rahang Sandrinna mengeras. Dia sudah bersiap untuk membalas ucapan sisi yang menyakiti hatinya dan juga kekasihnya. Bisa-bisanya gadis itu menjelek-jelekkan Rey didepan orang banyak!

"Eh... Kalo dipikir-pikir, lu anak panti asuhan pacaran sama cowo yang penyakitan. Cocok sih emang! Wajar kalo jodoh," Tawa sisi menggelegar. Cemoohan dari teman-temannya yang berada di belakang menambah panas hati Sandrinna.

"Iya bener! Ngga cocok sama Ryan, terlalu sempurna,"

"Kan mata sama hatinya udah buta. Makanya dia cinta sama orang yang penyakitan,"

"Kalian semua yang buta!" Teriak Sandrinna pada semua teman-temannya.

"Menghina orang seenaknya! Masih lebih baik Rey daripada kalian! Dia emang punya penyakit, tapi dia punya hati dan otak. Bukan kayak kalian! Hati nurani sama otaknya ngga pernah dipake!" Sambungnya.

"Apalagi lu, sisi!" Geram Sandrinna yang berteriak dihadapan sisi dengan berani. "Dari awal gue masuk disini lu yang cari ribut duluan! Maksud lu apa ngehina pacar gue? Rey salah apa sama lu sampe lu sebenci itu sama dia?! Tapi kayaknya emang lu nya yang gila. Kerjaan lu cuman nyari-nyari kesalahan orang lain!"

Rey tidak tahu harus berbuat apa. Terus terang dia memang sakit hati dengan semua ucapan teman-temannya. Ralat. Mereka bukan temannya. Sejak kapan seorang teman berani mempermalukan dan merendahkannya?

"Sandy...," Rey memegang pundak Sandrinna dari belakang.

Sandrinna menoleh ke Rey. "Gantian aku sekarang yang lindungin kamu,"  bisiknya. Rey sudah terlalu banyak berkorban untuknya.

-

Tokoh sisi awal muncul ada di part 2, tapi ada pergantian nama tokoh ya dari Sifa jadi Sisi. Terimakasih

Mendua Untuk Setia | ReysanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang