Part 4

713 68 8
                                    

Sandrinna mengintip dari balik pintu kamar ibu angkatnya. Dia ingin meminta Rini untuk mengajarkannya cara berdandan, namun dia takut menganggunya bekerja. Tidak lama lagi dia akan pergi bersama pujaan hatinya. Apa pantas dia berpakaian lusuh dengan rambut kusut dan bibir yang pucat ketika ke rumah kekasihnya?

Saat Sandrinna membalikkan badannya, tidak sengaja dia menendang hiasan bunga yang ada di depannya hingga membuat pot tersebut bergeser dan menimbulkan bunyi.

"Aduh," Sandrinna menepuk jidatnya. Semoga saja Rini tidak melihatnya.

"Sandrinna, itu kamu?" Tanya ibunya yang membuka pintu kamar lebar-lebar.

Dia tersenyum melihat Sandrinna berdiri di depan pintu kamarnya. Sepertinya anak ini butuh bantuan. "Ada apa?" Rini mencoba bertanya dengan nada halus agar Sandrinna tidak merasa takut kepadanya.

"Mamah, bisa ajarin aku dandan?" Jawabnya takut-takut.

Setelah selesai memoleskan lipstik berwarna merah muda di bibir Sandrinna, Rini menaruh lipstiknya kembali di kotak make-up. Dia menangkup wajah Sandrinna.

"Cantik. Pacar kamu pasti terpesona liat penampilan kamu," puji Rini.

Sebuah senyuman terukir di bibir tipisnya. "Makasih mah," ucap Sandrinna yang tersipu malu mendengar pujian dari Rini.

~

Sandrinna turun dari motor dan membayar sejumlah uang kepada tukang ojek yang berhenti tepat di depan rumah bercat abu-abu itu.

"Makasih ya pak," dia beralih menatap rumah bernuansa modern yang berdiri kokoh di hadapannya.

Sandrinna memasuki pekarangan rumah Rey dengan penuh rasa takjub. Rumahnya memang tidak terlalu besar, tapi suasananya sangat nyaman, banyak tanaman hias yang membuat udaranya lebih sejuk dan ada kursi panjang juga disamping teras.

Sandrinna mengetuk pintu berwarna coklat tersebut dengan jantungnya yang menggebu-gebu. Dia tidak sabar ingin bertemu kekasihnya. Rey pasti akan terpana melihatnya, berbagai pujian pasti akan terlontar dari mulutnya.

Ceklek

Pintu itu terbuka. Menampilkan seorang pria seusianya. Tapi dia bukan kekasihnya. Senyuman Sandrinna memudar. Dia merasa sedikit tidak nyaman sebab pria tersebut terus mengamati wajahnya sambil tersenyum.

"Sandy ya? Pacarnya kak Rey kan?" Tanyanya seraya menunjuk Sandrinna. Ryan menatap kagum gadis dihadapannya ini.

"I-iya. Panggil Sandrinna aja," balas Sandrinna yang sedikit menundukkan wajahnya.

Sandy adalah panggilan sayang dari Rey untuknya. Jika boleh jujur, dia tidak suka jika ada orang lain yang memanggilnya dengan nama itu. Karena hanya Rey saja yang boleh!

"Kak Rey ada di dalem,"

Tanpa banyak basa basi Sandrinna dipersilahkan masuk ke dalam oleh Ryan. Dari ambang pintu Sandrinna memperhatikan Ryan yang sedang memakai jaket dan helm di atas motor ninjanya sampai dia hilang dari pandangannya entah pergi kemana.

Rey yang sudah bersiap-siap pun keluar dari kamar dengan stylenya yang sederhana. Hanya memakai kemeja kotak-kotak dengan celana jeans-nya.

"Tadi Ryan ya?" Sebelumnya Sandrinna sudah tahu jika Rey memiliki adik, namanya Ryan. Umur mereka hanya selisih satu tahun sebulan saja, namun mereka sama-sama kelas 11 SMA. Ryan 16 dan Rey 17 tahun. Sandrinna tidak pernah bertemu dengan adik Rey secara langsung, ini juga pertama kalinya dia berkunjung ke rumah mereka.

"Iya. Kita pergi sekarang yuk? Nanti keburu malem, kamu juga udah dandan cantik gini yang ada luntur kalo kelamaan," goda Rey seraya mengusap pipi Sandrinna yang merah padam setelah mendengar ucapan Rey.

Mendua Untuk Setia | ReysanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang