Part 5

635 74 13
                                    

Di depan gerbang sekolah beberapa gadis mengerumuni pria yang menaiki motor ninjanya. Mereka terus berteriak kegirangan melihat idolanya. Karena jarak dari gerbang sampai parkiran hanya beberapa langkah, mereka ikut berlari saat idola mereka memarkirkan motornya.

"Alhamdulillah ngga bonceng cewe. Masih single dong berarti," pekik salah satu gadis yang mengamatinya.

"Aduh lemah gue pagi-pagi gini liat cowo yang terlalu tampan!"

"Nanti pulang sama aku ya!"

"Jangan! Sama aku aja Ryan,"

Ryandi Arsyanendra. Adik dari Rey ini memang menjadi salah satu idola bagi kaum wanita di SMA Adyaksa. Penampilannya yang kekinian, gayanya yang menurut mereka keren, ditambah lagi wajahnya yang tampan membuat para remaja wanita di sekolah ini tergila-gila padanya.

Namun anehnya walau memiliki paras yang rupawan, hingga saat ini Ryan belum juga mempunyai kekasih. Belum ada perempuan yang bisa merebut hatinya atau membuatnya luluh.

"Bye semua," ucap Ryan melewati mereka sambil melambaikan tangannya.

Hanya selang beberapa menit, sepasang kekasih yang baru saja datang memarkirkan kendaraannya. Dengan motor scoopy coklatnya, Rey menghentikan motornya di samping motor adiknya.

"Sini aku bukain," ujar Rey yang membantu kekasihnya melepaskan helm.

"Makasih sayang," Sandrinna menampilkan senyuman terbaiknya sebagai ungkapan terima kasih.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, ada siswi yang sedang membicarakan mereka. Siswi-siswi itu seolah tidak suka berlama-lama di sana apalagi melihat Rey dan Sandrinna saling memberikan perhatian.

"Udah ngga asik ah disini. Ke kelas aja yuk," cibirnya.

Mereka langsung pergi entah kemana, meninggalkan Rey dan Sandrinna yang diam mematung setelah mendengar semua yang mereka katakan. Rey tersenyum tipis melihat Sandrinna terus meremas roknya karena merasa tidak nyaman.

"Itu hal biasa yang setiap hari aku alamin," kata Rey sembari membuka jaketnya. "Telinga aku udah ngga berfungsi lagi setiap denger omongan mereka," gurau Rey.

"Ayo kita ke kelas," Rey meraih tangan Sandrinna dan dibalas genggaman tangan darinya. Mereka pun berjalan ke kelas.

"Kamu udah makan?" Tanya Rey merapihkan rambut Sandrinna yang sedikit berantakan akibat memakai helm tadi.

"Udah. Ternyata masakan mamah Rini enak banget," jawab Sandrinna dengan wajah riangnya.

"Masa?"

"Iya. Kamu ngga percaya sih,"

Saat memasuki ruangan kelas yang ramai, tiba-tiba saja seisi kelas langsung hening. Tatapan mereka beralih ke Rey dan Sandrinna yang berdiri di dekat pintu.

Walau canggung, Sandrinna tetap melanjutkan langkahnya untuk ke tempat duduknya. Rey juga ikut mengantarnya, bahkan membukakan sweater rajut yang melekat di tubuh Sandrinna.

"Aku bantuin ya," ucap Rey yang dengan telaten melepas sweater tersebut dari tangannya.

Sandrinna masih merasa risih karena terus diperhatikan oleh semua teman kelasnya. Sekarang mereka seakan menjadi pusat perhatian. Namun lain halnya dengan Rey, dia memilih tidak menghiraukan tatapan sinis dari teman-temannya.

"Eh guys kalian udah ada yang tau nama ig anak baru yang kemarin belum?" Celetuk salah satu siswa yang sedang memegang ponselnya.

"Apa tuh nama ig nya?" Balas siswi disampingnya.

"Namanya Sandrinna_26!"

"Kalian liat deh postingannya,"

"Hah? Jadi mereka pacaran?"

"Ternyata ada juga ya yang mau sama cowo itu," Katanya yang diiringi tawa dari teman-teman disekitarnya.

Sandrinna mencoba menahan emosi dengan mengatur nafasnya. Rey berdiri disisi Sandrinna sambil terus mengelus pundaknya. Dia takut jika kekasihnya ini tersinggung atau tidak bisa mengendalikan dirinya.

Dari berbagai arah Rey dan Sandrinna dilempari kertas yang sengaja dibentuk bulat. Rey segera menundukkan kepalanya dan melindungi Sandrinna dari lemparan bola kertas yang menghujani mereka.

"Huuuu!" Sorak teman-temannya.

Air mata yang menumpuk di pelupuk matanya akhirnya jatuh juga. Dia tidak menyangka selama ini Rey diperlakukan tidak baik di sekolahnya.

Mungkin karena adiknya terkenal tampan dan sempurna, Rey jadi lebih sering dibanding-bandingkan. Ditambah lagi dia memiliki penyakit yang tidak bisa disembunyikan, berbagai hinaan seperti sudah menjadi makanan sehari-harinya.

"Sayang, kamu ngga apa-apa?" Tanya Rey mengusap air mata yang membasahi pipi Sandrinna.

"Bener kata kamu. Lama-kelamaan aku pasti terbiasa," sela Sandrinna mencoba menahan tangisnya dengan tersenyum.

"Woy! Udah apa, brisik banget. Gitu aja heboh! Bentar lagi Bu Mega masuk!" Teriak Kiesha dari bangku belakang. "Kena semprot lu semua," ucap Kiesha yang mengecilkan suaranya.

Kiesha merangkul pundak Rey. "Lu ngga apa-apa bro?" Rey hanya mengangguk mendengar pertanyaan dari sahabatnya.

Salah satu dari mereka pun mengecek ke luar untuk memastikan ada guru yang akan masuk atau tidak. Sesaat kemudian ketua kelas berlari dan memberitahu bahwa guru tersebut sedang berjalan ke kelas ini.

Ratu berlari terbirit-birit masuk ke dalam kelas. "Udah ada guru belum? Untung gue ngga telat. Dari tadi bawaannya pengen pipis terus," Tanya Ratu pada Sandrinna yang sedang melamun

Ratu duduk di bangkunya lalu melirik teman sebelahnya. Sandrinna menghembuskan nafas panjang lalu menghapus bulir air mata di sudut matanya.

"Eh lu nangis? Jangan-jangan... Kebangetan emang mereka," sindir Ratu memerhatikan beberapa murid yang saling berbisik.

"Gue ngga apa-apa kok. Udah ada guru juga," bisiknya.

"Sampah apa ini? Kalian semua harus bersihkan! Tidak ada pengecualian!" Guru yang baru datang berteriak keras melihat kertas berserakan dimana-mana. Membuat siapapun yang mendengarnya menutup telinga.

~

Di kantin Sandrinna tengah makan dengan Rey. Ratu tidak bisa istirahat bersamanya, karena mengikuti ulangan harian susulan. Dia tampak tidak berselera makan, entah memang makanannya tidak enak atau ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

"Aaa ya ampun Ryan! Makan aja ganteng," Pekik seorang gadis.

Sandrinna menoleh kearah beberapa siswi yang mengelilingi adik dari kekasihnya itu. Mereka terlihat ingin dekat-dekat dengan Ryan. Ada yang rela memberikan bekal miliknya, membelikannya minuman, dan lain-lain.

"Tadi pagi aku bikinin kue spesial loh. Dimakan ya,"

"Makan makanan yang aku bawa aja. Lebih enak loh,"

"Tadi Ryan kan belum beli minum. Ini aku beliin biar makannya ngga seret,"

"Makasih semua," kata Ryan tersenyum manis.

Rey menyadari perubahan raut wajah Sandrinna. "Sandy?" Panggilnya.

"Oh iya aku boleh ya kapan-kapan cobain makanan yang dibuat sama Tante Rini? Tadi kata kamu enak kan?"

Rey mencoba mengalihkan perhatian Sandrinna. Tapi tidak digubris olehnya. Sandrinna semakin tidak nafsu makan ketika mengetahui jika selama ini Rey selalu mendapat perlakuan tidak adil dari teman-temannya. Mereka begitu menyanjung Ryan, tapi tidak dengan Rey.

-

Cerita ini masih dalam tahap penyusunan alur, mohon maaf ya kalo misalkan telat up. Terimakasih^^

Mendua Untuk Setia | ReysanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang