Sudah seminggu berlalu sejak mereka bersama. Keduanya semakin nyaman satu sama lain. Terutama Singto. Bisa dibilang pria itu kini jatuh hati dengan musim semi.
Siang ini, matahari tidak terlalu terik. Waktu yang sangat cocok untuk bermain di padang bunga. Seperti Singto dan Krist saat ini.
Mereka berlarian dan saling mengejar satu sama lain. Tertawa, senda gurau, hanya ada kebahagiaan diantara mereka.
Krist merebahkan dirinya diantara bunga-bunga, ketika dirinya letih bermain. Singto duduk disebelahnya sambil memainkan rambut Krist.
"Hai, kawan apa kabar kalian?" sapa Krist pada bunga-bunga disekitarnya. Singto mengerutkan keningnya bingung.
"Singto," panggil Krist sambil menatap Singto.
"Ya?"
"Kau tidak membenci musim semi lagi? Kau tidak benci bunga?"
"Kalau aku membenci mereka, aku tidak akan disini sekarang," jawab Singto sambil tersenyum kecil.
"Baguslah. Mereka tidak layak dibenci. Berjanjilah padaku untuk tidak pernah membenci mereka lagi!" Krist mengulurkan jari kelingkingnya. Dengan pasti Singto mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Krist. Membentuk sebuah perjanjian. Lalu mereka tertawa bersama.
"Kawan, Singto tidak akan membenci kita lagi." Krist kembali berbicara pada bunga disekitarnya.
"Kau bisa bicara pada bunga?" tanya Singto penasaran.
"Tidak."
"Tapi kau seperti mengerti apa yang bunga-bunga ini katakan."
Krist mengambil posisi duduk dan saling bertatap dengan Singto.
"Memangnya perlu ya, mengartikan semua hal? Kadang kala kita hanya perlu menggunakan hati kita untuk dapat mengartikan suatu hal. Contohnya mereka." Krist mengedarkan pandangannya dan menunjuk padang bunga indah ini.
Singto terdiam, antara tak mengerti atau terkesima dengan ucapan Krist.
"Sini!" Krist mengambil tangan Singto dan meletakkan tangan pria itu pada bunga-bunga. Singto menatap ragu.
"Gunakan hatimu dan rasakan."
Singto menutup matanya agar bisa fokus merasakan yang Krist maksud. Saat matanya tertutup, bayangan Krist muncul. Singto tersenyum lebar, membuat Krist penasaran.
"Apa yang mereka katakan?"
"Mereka bilang, Krist adalah bunga paling cantik di padang ini. Krist satu-satunya bunga yang memiliki senyuman indah. Hanya Krist juga yang memiliki aroma yang hangat."
"Dan..." Singto membuka matanya sebelum melanjutkan kalimatnya. Ia menatap Krist dalam.
"Kata mereka lagi, Krist akan selamanya milik Singto."
Krist tertegun. Sudah dapat dipastikan wajahnya merah saat ini. Singto tertawa melihat wajah merah bak tomat matang milik Krist. Sangat lucu.
"Mukamu lucu. Merah gitu," goda Singto.
"Sing... Singto," rengek Krist. Singto semakin tertawa keras. Puas menjahili Krist.
Pria itu lalu menggenggam tangan Krist. Mereka berdua merebahkan diri di hamparan bunga. Menikmati keindahan dan aroma bunga yang selama ini Singto benci. Dan semuanya berubah hanya dalam seminggu. Menjadi seseorang yang mencintai 'musim semi'.
"Kita, nikmati musim semi sama-sama, ya!"
***
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[SingtoKrist] I Told Spring About You
Fanfiction• Completed • Singto sangat membenci musim semi, dan Arthit, tunangannya sangat menyukai musim semi. Ketika pernikahan mereka berlangsung, mendadak Arthit lenyap. Bertepatan dengan itu. Seorang pria muncul dalam kehidupan Singto. Pria yang mengaku...