Jaemin sudah tidak bisa berkata-kata lagi, jalanan yang mulanya ramai langsung mendadak sepi. Tidak ada orang lewat, atau mungkin tidak ada yang melihat dirinya.
Di sisi lain, Jeno yang mendapat panggilan dari Jaemin langsung buru-buru mengangkatnya. Sayangnya, tidak ada suara apa-apa, hanya suara hujan, dan petir yang bersahutan.
"Na? Na are you okay? Lu dimana Na? Shareloc sekarang!"
Tidak, Jaemin bahkan sudah tidak mampu untuk menekan tombol merah di layar hndphone nya untuk mematikan sambungan telfon tersebut.
"Na, jangan dimatiin telfonnya! Gue bakal nyari lu! Tunggu gue!"
Jeno pun memasang airpods putihnya agar masih dapat mendengar sambungan telfon Jaemin.
Baru saja Jeno keluar dari mall dan berbelok menancap gas nya, ia menemukan seseorang dengan motor hitam tergeletak di seberang jalan. Entah mengapa jalanan sangat sepi, bahkan orang yang lewat pun seperti tidak melihat Jaemin sama sekali.
Tanpa pikir panjang, Jeno berlari kearah sahabatnya itu. Mencoba membangunkannya, tetapi tidak membuahkan hasil apa-apa.
***
Dan disinilah Jaemin berakhir sekarang, rumah sakit.
Masih tidak sadarkan diri, dengan luka di dahi yang mungkin diakibatkan oleh benturan keras dengan aspal. Hujan sudah reda, menyisakan hujan gerimis dan gemercik air dari ujung atap yang tertarik gravitasi untuk terjun bebas ke tanah.
Omong-omong, ini sudah lumayan malam dan sedari tadi kontak dengan nama '🌸💖' terus menelepon, itu siapa?
Jeno membuang jauh-jauh pikiran yang tidak pantas untuk dipikirkan.
Karna tanpa sadar ada hati yang terasa diremukkan.
***
Sekitar jam setengah sembilan pagi, akhirnya Jaemin siuman. Ia menggerakan tangan dan jari-jari lentiknya untuk mengusap surai lelaki yang-sepertinya-membawa dan menemaninya sampai bisa berakhir di tempat dimana orang-orang sakit dirawat.
"J-jen.." Mau bagaimana lagi, Jaemin belum bisa bicara dengan baik karena rahangnya terasa sangat sakit, sepertinya itu ikut terbentur dengan aspal yang basah, terbukti dengan plester luka yang setia menempel di bagian bawah pipinya.
Sedangkan yang dielus surainya terbangun, dengan cepat memencet tombol panggilan suster yang disahuti dengan suara suster perempuan.
"Sus, Pasien kamar 372 atas nama Jaemin sudah sadarkan diri."
Senang? Tentu saja. Siapa yang tidak senang dengan sadarnya si manis ini?
Dokter memasuki ruang rawat Jaemin. Awalnya dokter hanya mengecek keadaan, tetapi Jeno merasa ada yang sedikit janggal dengan dokter tersebut.
Benar saja, ia melirik nametag dokter tersebut bertuliskan 'Kim Doyoung'. Jeno berusaha mengingat siapa Kim Doyoung, tapi sayangnya ia tidak bisa mengingatnya.
"Luka di kepala Jaemin sudah membaik, kira-kira besok pasien bisa pulang. Saya sarankan ada orang yang menemani dia selama beberapa minggu kedepan, musim hujan masih beberapa minggu lagi untuk selesai."
Jeno berdeham dan menganggukan kepalanya tanda mengerti. Dokter tersebut keluar dari ruangan Jaemin, dan ruangan terasa sangat dingin, sehingga Jeno reflek membenarkan selimut Jaemin.
"Jeno.." Pemuda bermarga Park tersebut menggenggam tangan Jeno, perlahan menyendukan matanya tanda ia tidak ingin Jeno pergi.
"Kenapa? Mau apa? Ada yang lu butuhin?" Sedangkan pria bulan April itu tampak tak tega dengan keadaan sahabatnya, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil bangku, mengusap kepala yang lebih muda dan menyanyikan senandung yang menenangkan.
"Jangan pergi Jeno.."
Hah, kalau kamu bertanya apakah Jeno sedih, jawabannya adalah iya. Pria Taurus tersebut merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tidak, dia seharusnya tidak begini. Seharusnya ia sadar diri bahwa sebenarnya ia bukan siapa-siapa di mata Jaemin.
TBC
huhuuu sowllyy, aku jarang update soalnya lagi sibuk sana sini ngurus kerjaan di rl.. niatannya mau hiat tapi sebentar, gimana ya :(((JYXN_YXG©️2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sons of God | NOMIN
FantasyNa Jaemin, laki-laki manis yang sejak kecil takut dengan petir. Ia sering bertanya kepada dunia, dimana ayahnya? Tetapi ibunya selalu menjawab bahwa ayahnya sedang melihat mereka dari angkasa. Ia sangat ingin melihat wajah ayahnya. Ketika ia menang...