02

2.3K 303 23
                                    

Minggu, 13 Agustus 2000, 03:13

Baekhyun dan Chanyeol dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Baekhyun terpaksa harus melahirkan bayinya secara prematur di usia yang masih 34 minggu. Operasi berjalan dengan menegangkan karena kemungkinan bayi dan ibu selamat sangatlah sedikit. Apalagi bayi yang prematur sangatlah rentan, ditambah lagi dengan keadaan Baekhyun yang sedang dalam keadaan koma dan dipenuhi banyak luka akibat benturan serta luka dari serpihan kaca.

Di ruangan lain, dokter sedang berusaha untuk menyelamatkan nyawa Chanyeol, tetapi Ia mengalami gagal jantung. Sehingga dokter harus memakai defibrillator untuk mengembalikan detak jantungnya.

"150 joule, aman."

Dokter mulai menggunakan defibrillator pada tubuh Chanyeol guna mengembalikan detak jantungnya yang lemah. Tubuh Chanyeol berjengit, tetapi tidak ada tanda apapun yang menandakan bahwa jantungnya mulai kembali bekerja normal. Dokter akhirnya memutuskan untuk menaikkan tegangannya.

"200 joule, lakukan."

Defibrillator mulai di tempelkan lagi ke dada Chanyeol, tetapi detak jantungnya menghilang.

"Lakukan CPR, sekarang."

Dokter mulai memberikan Chanyeol CPR, menempatkan tangannya di bagian jantung Chanyeol. Dokter mulai memompa jantung lelaki bertubuh tinggi itu, tetapi tidak ada tanda-tanda detak jantung Chanyeol akan kembali.

"kami menyerah."

***

Operasi Baekhyun berjalan lancar, tetapi keadaan lelaki manis itu belum juga sadar. Detak jantung Baekhyun juga melemah, ia hampir kritis. Keadaan bayi laki-laki Baekhyun sedang berada di inkubator sekarang untuk mendapatkan perawatan intensif.

Kedua orang tua Chanyeol datang. Dengan memakai jubah berwarna hitam dan ekspresi wajah datar-tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan sedikitpun.

Ayah Chanyeol mulai mengarahkan tangannya ke udara, menimbulkan pusaran air seperti yang dihasilkan oleh lelaki yang mendatangi jasad Chanyeol. Seketika jarum jam berhenti berdetik. Ibu Chanyeol-yang dimana adalah nenek Jaemin-membisikkan sesuatu kepada cucu pertamanya itu.

***

Kedua mata Baekhyun mulai mengerjap perlahan, menyesuaikan dengan cahaya lampu ruang rawatnya sekarang.

Kebetulan sekali, perawat masuk untuk mengecek keadaan Baekhyun yang memang rutin dilakukan selama Baekhyun belum sadarkan diri.

"Eh, ibu sudah siuman? Sebentar ya bu, saya periksa keadaan ibu terlebih dahulu." ucap perawat muda nan tinggi kepada Baekhyun sambil mengecek keadaan pria manis itu, tak lupa dengan senyuman manis perawat itu yang tak kunjung hilang dari wajah perawat cantik tersebut.

Wajah Baekhyun memang datar, tetapi pikirannya tentu tidak. Semua pikiran buruk maupun baik terus-terusan melintas di otaknya. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya kepada perawat.

"Sus, apa suami saya selamat? Dan, bagaimana dengan anak saya?"

Gerakan perawat muda itu melambat, senyumnya juga perlahan pudar. Lalu dengan berhati-hati ia mengatakan apa yang terjadi sebenarnya kepada suami dan anak dari pasiennya.

"Maaf bu, tapi dokter sudah berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan suami ibu, tapi takdir berkata lain. Saya harap ibu bisa mengikhlaskan suami ibu, ya?"

Ya, Baekhyun sudah menduga semua jawaban orang-orang tentang suaminya. Ia memang sudah tidak berharap banyak dengan kondisi suaminya sejak kecelakaan itu terjadi, apalagi dengan datangnya orang asing yang membawa pedang itu. Hal itu semakin meyakinkan Baekhyun bahwa orang itu adalah malaikat maut yang diutus tuhan untuk mencabut nyawa Chanyeol.

Tapi, apakah malaikat mau mempunyai pedang dari air?

Pikir Baekhyun sejenak, ia tak ingin ambil pusing dengan semua ini. Sekarang, yang terpenting hanyalah kondisi putra sulungnya.

"Lalu bagaimana dengan kondisi anak saya sus?"

Senyuman perawat tersebut kembali melebar, ia membereskan alat yang dipakai untuk memeriksa Baekhyun tadi.

"Anak ibu bisa lahir dengan selamat, anak dan ibunya sangat kuat sampai bisa dilahirkan dengan keadaan koma. Sekarang anak ibu ada di inkubator, nanti saya akan infokan ke dokter untuk bantu ibu lihat bayinya ya bu..."

***

Sambil menyesap teh hijau hangatnya, Baekhyun mengingat kejadian yang sudah terjadi 20 tahun lalu, hari dimana ia bersedih karena harus kehilangan suaminya, tetapi juga bahagia karena melahirkan anak pertamanya dengan sehat.

"Bunda, Jaemin ke kampus dulu ya. Nanti Jaem juga mau ke perpus dulu buat nugas, jadi kalo Jaem pulangnya agak malem gausah ditungguin ya bun. Jaem bawa kunci kok, Bunda kunci aja pagernya ok?" Ucap Jaemin anak pertamanya sambil membawa ranselnya, tak lupa dengan senyum manis yang dihiasi gigi kelinci itu, menggemaskan.

Ah, anak ini memang sangat manis. Pikir Baekhyun.

"Iya nak, Bunda nanti siapin makanan di kulkas aja ya biar kamu bisa langsung panasin. Kalo Bunda udah tidur, baju kotornya kamu taro di keranjang depan mesin cuci aja." Ucap Baekhyun sambil mengelus surai anaknya yang sedang mengikat tali sepatu.

"Kalo gitu, Jaemin berangkat ya. Dadah Bunda, I love you!" Seru sang anak sambil menutup pintu pagar.

haish dia memang anak yang manis - pikir Baekhyun

***

Dengan semangat empat-lima, Jaemin menancap gas pada motor Honda CBR 1000RR Hitam kesayangannya itu. Sebenarnya dia hanya menginginkan jenis CBR 250RR, alias yang harganya jauh lebih rendah dibandingkan motor tersebut, tapi ibunya memaksa. Dia bisa apa?

Sepertinya membahas motor tak terlalu penting untuk sekarang.

Jaemin sudah sampai di kampusnya. Dia adalah anak pintar, tidak sulit untuknya untuk lulus tes pendaftaran di Universitas ternama.

Ia berjalan ke gedung fakultasnya dan mencari sesuatu di tas nya. Tunggu, maskernya hilang. Ah tamatlah sudah riwayatnya kali ini disini.

Dengan imej santai tetapi hati berdegup kencang, ia berjalan melewati lorong yang penuh dengan wanita yang mengaguminya. Entah itu Maba, kakak tingkat, atau bahkan kadang dosen yang masih gadis melirik ke arah Jaemin. Huft, pada saat dia memakai masker di hari kemarin saja ramainya sorakan wanita-wanita itu sudah memekakkan telinga, apalagi jika ia tidak memakai masker seperti sekarang.

Suasana lorong tiba-tiba hening, hanya ada suara orang-orang yang sedang berbisik ria dengan teman sebelahnya. Ada apa sih? Pikir Jaemin.

Ia mencoba untuk menoleh ke belakang dan...

Tuing-!

Matanya menangkap sosok pria dingin nan menyeramkan berada 5 meter di belakangnya. Sepertinya mood pria itu sedang tidak bagus, Jaemin bisa melihat matanya yang memicing dan— tunggu. Apa itu?

Jaemin dapat melihat mata lelaki ini menjadi perak mengkilap, tetapi ia pikir hanya dia yang melihatnya karena orang-orang bereaksi normal-normal saja. Jaemin terlonjak saat laki-laki itu juga terlonjak.

Ada apa? Kenapa ia bereaksi seperti itu saat melihatku?

Lelaki dingin itu mempercepat langkahnya, dan masuk ke kelas.

Oh tidak, kelas yang sama dengan kelas yang akan Jaemin masuki.

TBC

Gimana book aku kali ini? minta pendapatnya dong, jangan lupa votement nya ya, thank u :)

jyxn_yxg©️2021

The Sons of God | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang