Acara sarapan dadakan di rumah Jaemin telah usai. Namun Jaemin masih enggan untuk bicara dengan Jeno.
Kini mereka berdua hanya duduk terdiam di sofa ruang tamu Jaemin. Ulah sang Bunda yang memaksa mereka untuk bicara. Sang Leo hanya dapat memejamkan matanya. Lain hal dengan si Taurus, ia dengan gelisah membolak balikan telepon genggamnya kesana kemari.
"Tolong deh, handphone lo itu bukan cireng yang harus dibolak balik setiap satu menit." Jaemin akhirnya buka suara, frustasi melihat Jeno yang terlihat hanya meng-unlock dan mematikan kembali ponselnya.
"Terus menurut lo, gue harus apa?" Jeno akhirnya menyimpan ponselnya di kantong jeans miliknya.
"Jelasin, lo mau ngapain kesini?" Si kelinci memberikan tatapan sinis dan tidak suka.
"Gue mau ajak lo jalan-jalan, mau?" Dengan santai, lelaki samoyed tersebut menyilangkan kaki dan mendekap tangannya.
"Kenapa harus gue? Kan bisa ajak yang lain."
"Gue maunya lo."
Sang pemilik rumah hanya bisa mengalihkan pandangannya ke sembarangan arah untuk menutupi pipinya yang memerah. Sial, pesona Jeno ini tidak main-main.
"Ngga usah salting, mending lo mandi dan ganti baju. Lo bau."
Sialan, apa katanya?! Jaemin langsung merengut dan meninggalkan Jeno sendirian di ruang tamu.
Tidak benar-benar ditinggal, sih. Buktinya, sekarang Jaemin memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak butuh waktu lama bagi Jaemin untuk membersihkan dan merapikan diri. Ia menghampiri Jeno yang sedng bermain game Zuma.
"Nggak heran kenapa lo main Zuma, bentukan lo sama kayak kodoknya."
"Berisik, bisa terima fakta aja nggak sih kalau gue emang lelaki paling ganteng seantero bumi." Jeno mematikan layar ponselnya dan menatap jahil ke arah Jaemin.
'Memang benar sih.' suara hati Jaemin berkata.
"Najis, pede gila lo."
Dan di sini mereka berakhir, alun-alun.
Jaemin turun dari motor Jeno dengan sempoyongan, dibonceng Jeno benar-benar mimpi buruk baginya.
"Muka lu tuh kayak abis disambelin, kenapa sih?" Jeno memukul bahu Jaemin agak keras agar lelaki di depannya mendapat kembali kesadarannya.
"LO TUH GILA YA?" Jaemin berteriak, benar-benar berteriak. Bahkan ibu-ibu yang sedang menangkap balon anaknya yang lepas pun ikut melongo, orang itu kenapa sih?
Jeno dengan cekatan menutup mulut Jaemin.
"Heh, lu tuh teriak gitu kayak abis kejambret. Liat tuh bocil yang tadi naik sepeda hampir masuk ke air mancur!" Jaemin berusaha sekuat tenaga memukul tangan lelaki taurus itu untuk melepaskan mulutnya.
"Lu mikir dikit dong, gue dibonceng sama lu tuh kayak dapet trailer akhirat. Mentang-mentang ini jalan baru dicor." Jaemin mengomel, ia pergi meninggalkan Jeno.
"EH MAU KEMANA LU CUMI." Jeno berteriak mengejar Jaemin.
"BELI CILOK, LU GA DIAJAK." Jaemin menjulurkan lidahnya kepada Jeno, dan...
*Brukk
"Aw.. sakit banget. Maaf ya saya tidak lihat jalan." Jaemin menunduk berkali-kali setelah menabrak lelaki yang tidak ia kenal.
Jeno yang sedang mengejarnya pun terhenti di tempatnya. Ia menelisik dan berusaha mengingat siapa pria itu ia sangat amat yakin pernah bertemu dengannya.
"Ah, tidak apa-apa." Lelaki tersebut berkata kepada Jaemin sambil tersenyum. Ah, gummy smile pria itu tidak main-main, manis sekali.
Saat Jeno masih berdiam diri menatap pria itu, Jaemin menyenggol bahu Jeno.
"Heh, ayo beli ciloknya."
Dengan gelagapan, Jeno hanya mengiyakan omongan Jaemin. Namun, pria tersebut masih menjadi pusat atensinya.
Pria itu tersenyum miring seperti meledek Jeno yang mengerutkan dahinya. Ia berkata 'Have fun.' tanpa mengeluarkan vokal sambil melambaikan tangan pada Jeno.
TBC
Ada yang masih nungguin gak? Komen dong, kalau rame aku rajin update beneran. Hehe.
JYXN_YXG©️2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sons of God | NOMIN
FantasyNa Jaemin, laki-laki manis yang sejak kecil takut dengan petir. Ia sering bertanya kepada dunia, dimana ayahnya? Tetapi ibunya selalu menjawab bahwa ayahnya sedang melihat mereka dari angkasa. Ia sangat ingin melihat wajah ayahnya. Ketika ia menang...