1910
1910, LAS VEGAS. Aku adalah seorang asisten ilmuwan. Ah, bukan asisten yang ikut membantu dalam memecahkan masalah. Aku hanya asisten yang selalu bekerja ketika diteriaki "Don! Ambilkan aku obeng!"
Namaku Donald Capriccio. Orang biasa memanggilku Don, dan aku adalah seorang pria yang selalu dikejar waktu sebagai jurnalis sekaligus asisten ilmuwan yang adalah sahabatku sendiri. Ia bernama Frederick Coulson yang biasa terpanggil dengan Fred.
Hari ini aku berlari dari gedung kantor jurnalistikku sembari memastikan topi bundarku tetap di kepalaku menuju rumah Fred. Dia memintaku untuk datang tepat pada pukul lima sore di mana setengah jam yang lalu aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku. Ditambah dengan rapat, sehingga aku telat sekitar belasan menit menuju rumah Fred, dan sudah bisa ditebak begitu aku menunjukkan batang hidungku padanya, dia pasti langsung menyemburku dengan segala kekesalan sambil menyuruh-nyuruhku mengambil barang.
Kini aku tiba di dalam ruang bawah tanah rumahnya dan melongokkan kepala, disambut oleh bau-bau mesin serta olinya. Baru saja aku menarik napas, dia langsung berteriak:
"Don! Ke mana saja kau?!"
"Aku ...."
"Cepat ambilkan aku palu! Tak ada waktu lagi!"
Aku pun langsung membuka pintu, menaruh briefcaseku di lantai ubin dan segera berjalan menuju alat perkakas yang sudah porak-poranda, alias terburai sangat acak dan aku tak bisa menemukan palu sama sekali di sana.
"Don!"
"Sebentar! Sebelumnya kau letakkan di mana palu itu?!" tanyaku dengan panik sambil terus menelusuri pandang pada alat perkakas yang berserakan.
"Ya mana kutahu!" Fred pun menoleh ke arahku, kemudian memicingkan matanya pada suatu arah dan aku berusaha mencari-cari benda yang ia lihat. "Empat puluh inci dari barat daya—"
"Gunakan bahasa manusia, Fred!" selaku sebelum aku dibuat tolol olehnya.
"Ke depan sekitar dua atau tiga langkah. Tergantung seberapa lebar kau mengambil—"
"Oke, oke! Biar kucari sendiri dengan tenang, oke?" kataku sambil mengangkat tangan rendah-rendah.
"Oke."
Sesuai dengan perkataannya, aku menemukan palu terkubur di antara gergaji dan tumpukan buku. Kusingkirkan gergaji secara hati-hati sambil mendesis, kemudian kuambil palu itu dan segera menghampiri Fred yang mengamati palunya sedari awal hingga sekarang.
"Oke, bagus! Dengan begini semuanya akan menjadi sempurna!" lalu ia mementung palu itu pada paku yang seharusnya sudah tertancap, tapi rupanya sedikit melonggar dan dia menancapkannya lagi semakin dalam.
Kuamati benda yang sudah ia buat dari sebulan yang lalu—ataukah lebih? Sebuah mesin mahabesar yang dibuat rumit dan sedemikian rupa. Kalian tahu apa yang menurutku terlihat fungsional di antara struktur aneh mesin yang menyerupai mesin tempur abad 25? (Oke, hanya khayalanku di abad 25) adalah sebuah kursi di dalam bola plastik bundar seperti bagian kokpit dari helikopter. Butuh memanjat tangga dulu untuk bisa mencapai kursi nyaman itu. Tapi sepertinya tidak akan nyaman jika kita duduk di atas ketinggian empat kaki, mungkin.
"Selesai!" satu pentungan setelah itu, Fred menyeru dengan semangat. Senyum sumringah dibalut wajah kotor oleh oli dan baju lusuh yang tadinya bersih itu bisa setimbang dengan hasil jerih payahnya.
Walau aku selalu digunakannya sebagai pembantu dan teman dekat selagi dia dianggap orang gila oleh orang-orang, aku selalu bangga dengannya ketika dia berhasil membuat penemuan-penemuan brilian yang tidak bisa ia tunjukkan pada dunia karena dalam satu kali pakai benda itu sudah rusak. Dia pernah membuat sebuah pena yang dikaitkan dengan mesin tik dan akan menulis secara otomatis sesuai dengan apa yang diketik. Tulisan pena itu pun tidak jelek-jelek amat. Yang penting kita harus tetap rajin mencelupkan penanya pada tinta secara manual. Sayangnya benda itu tak lagi berfungsi setelah pemakaian yang kedua entah karena apa. Sebab Fred terlalu cepat bosan, dia tidak pernah menuntaskan satu karya pun untuk ditunjukkan. Tak bosan-bosannya dia terus membuat penemuan baru yang tidak diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
105 Years [2015]
AventuraKau tidak akan pernah mengenal seorang ilmuan brilian bernama Frederick Coulson. Sayangnya ia adalah seorang sanguin, suasana hatinya dapat berubah-ubah dan mudah bosan, itulah mengapa dia tidak pernah menuntaskan penemuannya yang padahal hanya belu...