Main song for this story
Dandelions - Ruth BSangat disarankan mendengarkan lagu ini saat membaca.
***
Dear, my beloved man.
Kita pernah mendengar lagu ini bersama. Membaringkan diri di tengah ribuan bunga dandelion yang berterbangan terkena angin, menggumamkan mimpi tentang masa depan.
Tentang kau dan aku. Tentang kita yang membangun sebuah keluarga kecil. Tentang anak-anak kita yang ikut berlari di hamparan dandelion ini. Tentang kau yang berjanji bersamaku, selamanya.
Tangan kita bertaut. Kau menatapku dalam. Tersenyum seolah hari itu hari bahagia terakhir. Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku sendiri.
Saat itu kita tertawa bersama. Kau bercerita tentang banyak hal. Tentang dandelion yang melambangkan cinta, harapan, kesetiaan dan keceriaan.
Aku tidak akan pernah lupa saat kita berlari saling mengejar di sana. Mengambil salah satu bunga, lalu meniupnya. Kau bilang aku harus menggumamkan harapan sebelumnya. Maka dari itu aku memetik kembali, berharap pada Tuhan menjadikanmu milikku, selamanya. Aku meniupnya. Bunga itu terbang mengangkasa. Setelahnya aku hanya ingin Tuhan mendengar apa yang aku harapkan.
Kau tahu, mungkin Tuhan memang mengetahui harapanku. Tapi aku juga tahu dia berkehendak tidak mengabulkannya.
Aku tahu kau sudah pergi jauh sekarang. Tapi saat aku kembali ke hamparan dandelion ini, aku selalu menggumamkan pengharapan yang sama. Tentang kau yang menjadi milikku. Tentang masa depan yang pernah kita bicarakan sore kala itu. Tentang hal-hal indah yang kita obrolkan, berakhir dengan kau yang mencium bibirku lembut di tengah ribuan dandelion yang mengudara terkena angin.
Aku tidak bisa mengubahnya. Harapanku. Kau tahu cinta sejati hanya ada satu kali seumur hidup. Aku sudah menemukannya. Jauh sebelum aku menggumamkan harapanku pada dandelion yang terbang. Setiap kali menatapmu aku tahu kau adalah jawabannya. Dan senyummu yang tak pernah luntur padaku adalah buktinya.
Kau cintaku. Tak bisa terganti.
Dan kini air mataku terjatuh begitu saja. Kau sudah pergi jauh. Tapi senyummu seolah tak pernah menghilang dari ingatanku. Kau yang berlari sembari tertawa di lautan dandelion, berkata kau mencintaiku. Kau yang duduk bersandar padaku di lautan dandelion, mendengarkan lagu ini bersamaku. Kau yang berbaring di lautan dandelion, memelukku sampai matahari tenggelam.
Aku merindukanmu. Maka dari itu aku pergi ke tempat ini. Melakukan hal yang sama, dengan harapan yang sama. Tapi detik ini aku mulai menyadari sesuatu.
Harapanku sudah terealisasikan sejak lama. Kau tahu hal itu. Kau milikku, sejak dahulu. Aku memiliki sesuatu terpenting tentangmu. Cintamu ... milikku. Meskipun tidak dengan ragamu.
Na, terima kasih telah memberikannya padaku sebelum kau pergi, cintamu. Aku akan menjaganya. Seperti kau menjaga kenangan kita di tengah lautan dandelion yang kali ini kembali terbang mengudara terkena angin.
Aku kembali memetik bunga itu, menutup mata, menggumamkan harapan berbeda.
Na, semoga kau tenang di alam sana.
Aku meniup dandelion itu, membiarkan ia terbang mengangkasa.
Tuhan... Kali ini tolong dengar dan kabulkan harapanku. Aku tidak meminta hal yang sama. Karena aku tahu raga cintaku itu milikMu yang bisa kau ambil kapan saja.
Tuhan... Aku tidak ingin cintaku merasa sakit lagi seperti saat ia di dunia. Aku hanya ingin ia beristirahat dengan damai di sana.
Jadi, kabulkanlah harapan ini. Harapan terakhir sebelum aku pergi meninggalkan tempat ini dan menyimpan segala kenangan.
Tentang aku dan dirinya. Tentang cinta, tatapan, juga senyumannya. Tentang lautan dandelion yang mengudara membawa harapan kisah kita.
***
Main character for this story
N A J A E M I N
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions [END]
Fanfic🥉3rd Fanfiksi Terbaik Januari 2022 @WattpadFanficID Pada dandelion aku berharap Tuhan menjadikanmu milikku selamanya. Start : 29 April 2021 Finish : 03 Mei 2021