Sudah dua pekan setelah kejadian malam itu.
Aerin menggila di rumahnya. Tidak keluar ke mana-mana. Ia membiarkan bisnisnya terbengkalai. Tidak pergi ke toko kue itu sama sekali. Entah Jaemin mengurusinya atau tidak. Entah karyawan toko kuenya lelaki itu gaji atau tidak. Aerin sungguh tidak peduli.
Ia putus asa dan kehilangan harapan. Selama beberapa tahun ini ia selalu bersandar pada lelaki itu. Tapi sekarang semuanya berubah. Aerin tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia kehilangan pijakan. Detik ini ia bahkan tidak tahu siapa Jaemin di kehidupannya.
Aerin belum memutuskan hubungan. Ia tidak tahu harus bagaimana. Hatinya sakit, tapi ia juga enggan berpisah dari lelaki yang bertahun-tahun ia cintai itu.
Aerin memang belum berbicara lagi pada Jaemin semenjak kejadian itu. Lelaki itu sendiri tidak menghubunginya sama sekali, tidak meminta maaf, tidak membujuk. Membuat Aerin tersadar tidak ada lagi harapan di hubungan mereka. Jaemin benar-benar berselingkuh, dan ia lebih memilih wanita itu daripada dirinya.
Aerin sungguh membenci lelaki itu. Ia tidak mengerti bagaimana lelaki yang ia kira sangat baik itu bisa menyakitinya sesakit ini. Aerin masih bisa memahami jika Jaemin berselingkuh sebatas mencintai wanita lain. Tapi ini? Menghamili seorang wanita di luar pernikahan ... Aerin benar-benar gila memikirkannya. Bagaimana lelaki seperti Jaemin bisa berubah semengerikan itu?
Itu bukan Jaemin yang Aerin kenal selama sepuluh tahun ini. Jaemin yang selalu menghormati wanita. Jaemin yang selalu bisa menjaga nafsu di dekatnya. Itu sungguh bukan Na Jaemin.
Suara ketukan pintu rumah Aerin mengalihkan pikirannya. Ia tidak tahu siapa yang bertamu di rumahnya sepagi ini. Tapi bentuk Aerin yang seperti orang gila sekarang benar-benar tidak tepat untuk ditemui.
Terpaksa, akhirnya Aerin membuka pintu. Ia langsung melebarkan mata melihat Jaemin yang berdiri di hadapannya. Ada yang berubah dari lelaki itu. Wajahnya sedikit pucat. Matanya tampak sayu dengan kantung mata yang menghitam.
Apa dua pekan ini Jaemin pening mengurusi pacarnya yang hamil itu? Apa pacarnya menyusahkannya?
Tanpa berkata, Aerin langsung menutup pintu. Tapi dengan gerakan cepat Jaemin menahannya. "Aerin, tunggu. Ada hal yang harus kutunjukkan. Kau harus mendengarkanku kali ini."
"Aku tidak perlu dengar apa pun, Na. Sudah cukup. Dua pekan ini menyadarkanku jika kau memang tidak sebaik yang kukira." Aerin mendorong pintu rumahnya kembali.
Tetapi tenaga Jaemin lebih kuat. Pintu itu tidak tertutup. Justru sekarang lelaki itu menarik tangan Aerin, menahannya dari mendorong pintu kembali. "Tolong, Aerin. Sekali ini. Dengarkan aku."
Aerin terdiam. Sejujurnya ia yang cengeng ini ingin menumpahkan air mata, tapi ia tahan. Ia tidak boleh lemah. Sudah cukup dua pekan ini ia menghabiskan air matanya untuk menangisi Jaemin yang menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions [END]
Fanfic🥉3rd Fanfiksi Terbaik Januari 2022 @WattpadFanficID Pada dandelion aku berharap Tuhan menjadikanmu milikku selamanya. Start : 29 April 2021 Finish : 03 Mei 2021