01❣ My Name is Na-na Jaemin

1K 105 1
                                    

"Dasar lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar lemah."

"Kau membuat tim kita kalah dalam pertandingan kemarin."

"Jika tidak bisa lari tidak usah ikut lomba."

"Payah sekali."

"Sekarang kau malah menangis. Dasar cengeng."

Gadis kecil bernama Jung Aerin itu menangis sesegukan, mengusap air matanya yang mengalir. Ia dirundung temannya setelah kalah dalam perlombaan lari estafet kemarin. Bukan salahnya. Kakinya tiba-tiba terkilir di tengah jalan, membuatnya tidak bisa melanjutkan pertandingan itu.

"Maaf. Kakiku sakit kemarin. Aku tidak berniat membuat tim kita kalah." Aerin mencoba menjelaskan hal itu pada teman-temannya yang kebanyakan anak laki-laki. Teman perempuan di timnya hanya tiga. Dia dan dua temannya yang lain. Alih-alih membantunya, dua teman perempuannya itu malah ikut merundungnya, mengatainya lemah.

"Hai, kenapa kalian jahat sekali padanya?"

Aerin menatap anak laki-laki yang tiba-tiba datang dan berdiri di hadapannya. Aerin sama sekali tidak mengenalinya. Anak laki-laki itu bukan teman di sekolah ataupun di rumahnya.

"Diam saja. Kau tidak tahu apa-apa." Salah satu teman laki-lakinya berkata membentak.

"Tapi kalian membuatnya menangis."

"Lalu kenapa? Kau ingin melindungi anak lemah itu? Silakan saja. Kalian sepertinya sama-sama lemah." Teman Aerin yang lain berkata. "Ayo lempari mereka pasir. Mereka berdua itu tidak berguna."

Enam orang anak di hadapan Aerin mengambil pasir pantai dari lapangan voli di dekatnya, melempari mereka dengan pasir itu berkali-berkali. Anak laki-laki yang tidak tahu siapa itu berjongkok di depannya, melindunginya dari pasir yang dilempar oleh teman-temannya. Tangannya menutupi wajah dan rambut Aerin agar tidak terkena butiran pasir berwarna putih itu.

Beberapa menit melempari pasir, akhirnya keenam temannya itu berhenti. Salah satunya berkata, "Ayo pergi dari sini. Aerin, mulai detik ini kita bukan teman. Kau lemah dan menyedihkan."

Setelah enam temannya pergi, anak laki-laki di depannya beringsut berdiri. Ia membersihkan badannya dari pasir. Terlebih rambutnya yang terkena lemparan lebih banyak.

"Kau tidak apa-apa?" Aerin bertanya pelan. Ia hanya terkena sedikit pasir. Bisa dengan cepat dibersihkan.

Anak laki-laki itu menoleh, tersenyum. Melihat senyumannya membuat Aerin tertegun sesaat. Itu senyuman tertulus yang pernah ia lihat, membuat dunianya yang tadinya seram menjadi lebih baik.

Anak laki-laki itu menggeleng. "Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Tidak terkena pasir kan?"

"T-terima kasih. Aku baik."

Ia mengangguk. Senyumnya masih menggantung. "Usap air matamu. Jangan menangis. Mereka akan menganggumu lagi jika kau menangis."

Aerin mengangguk, segera menghapus bekas tangis di pipinya.

"Namaku Na Jaemin. Aku tinggal di panti asuhan dekat sini. Boleh tahu namamu?" Anak laki-laki itu memperkenalkan diri pertama kali.

Aerin tertegun, menjawab, "Aku Jung Aerin. Dan kau ... Na-na Jaemin?"

Senyuman anak laki-laki di depannya melebar setelah Aerin mengucapkan kalimat terakhir. "Nana? Ah, bagus juga. Tidak perlu panggil aku Jaemin. Aku Nana. Aku suka nama itu."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dandelions [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang