#01 Fayna Saydah Azzahra

36 18 7
                                    

-Cintai dulu dalam diam,do'akan disepertiga malam,insyaallah akan dipersatukan-

Fayna POV

Terkadang aku berpikir,tak mungkin aku mencintai dosenku sendiri. Bahkan selalu mendo'akannya di sepertiga malamku.

Namun,itulah yang terjadi. Dikegelapan langit malam dgn rintik hujan yang turun. Didalam sujud suciku pada sang ilahi,kusebut namanya didalam dekapan do'aku.

Itu bermula dihari itu. Hari dimana benih benih cinta muncul. Hari dimana kumenitipkan hatiku padanya.

Flashback on

"Haduh. Ini apaan sih,Rin? Angka kok kecampur sama huruf,kan ribet jadinya.." keluhku waktu itu.

Itu adalah mata kuliah akuntansi dan aku sama sekali tak menyukai hal itu.

"Masa beginian doang lu kagak bisa sih,nyet. Kecil kek upil gini lu kagak ngerti?" Timpal Liya. Sahabatku sejak SMA.

"Ish,diem deh. Aku nanyanya ke Rina,bukan ke kamu" balasku agak ngegas.

"Udah-udah,gitu aja berantem. Kayak bocah sd deh." Yang ini Rina,kita kenal waktu Orientasi Maba waktu itu.

"Jadi,ini diginiin. Terus ini diginiin. Ini sama ini. Dijumlahin ini. Nah,ketemu deh hasilnya." Jelasnya yang menambah sakit kepalaku.

"Astaghfirullah... Kamu njelasin model apa sih? Bukannya paham malah malah pecah isi kepalaku."kataku sambil memegangi keningku.

"Yaa emang gitu cara njelasinnya. Abis gimana lagi? Tuh tanya yang ahli" Kata Rina sambil menunjuk Liya dengan gerakan dagunya.

"Ogah,yang ada makin pening"
"Idiih,gue juga ogah kali,ngajarin anak lemot kayak elo" Balas Liya menunjuk-nunjukku.

"Minta baku hantam ni anak" Kataku dgn mata melotot.

"OKE! Siapa takut?!" Balasnya lagi sambil dengan refleks menggebrak meja. Hingga membuat hampir seluruh mahasiswa yang ada dikelas menoleh kearah kita bertiga.

"Kalian bertiga,ada masalah?" Tanya Pak Arka. Bahkan sang dosen pun turun tangan, dasar Liya..

"Ehm.. Pak.. ehehe.. Ini,temen saya yang otaknya lemot masih belum faham-faham" kata Liya tanpa dosa sambil cengar cengir menunjukku.

"Bisa nggak si nggak malu² in?" Kataku dengan nada berbisik dan mata melotot serta menepis tangannya yang menunjukku.

"Benar kamu masih belum faham?" Tanya beliau.

Dan aku pun hanya mengangguk malu sambil tersenyum memaksa. Pak Arka lalu menggeleng kan kepalanya sambil tersenyum kearahku.

Setelah sampai didepan mejaku,beliaupun sedikit menunduk lalu berkata

"Apa perlu saya sendiri yang memberikan private study untuk mu agar langsung faham?"

Kelas seketika riuh karena perkataan pak Arka yang terdengar seperti gombalan.

"Ciee . Fayna ada sesuatu nih sama pak Arka?" Goda Liya padaku.

"Apaan sih Liya... Aduh,Pak Arka kata katanya ambigu deh. Saya kan cuma beluk faham. Nggak sampai ngadain private study juga dong pak" kataku agak gugup karena seluruh kelas merecokiku.

"Hahaha,bagian mana yang  belum kamu mengerti?" Tanya beliau.

Aku lalu menunjukkan bagian mana yang belum aku mengerti. Beliaupun mencoba menjelaskan sejelas jelas nya padaku. Aku cukup terkesima dibuatnya,sudah 1 semester aku disini,baru kali ini aku menyadari bahwa kampus ini punya guru berkarisma seperti beliau.

"Sudah bisa dimengerti?" Tanyanya. Untuk sesaat aku masih dibuat terpesona olehnya. Hingga kurasakan seseorang menepuk bahuku dan itu adalah Liya.

"Woy! Nglamun mulu lu,ditanyain noh, najis baperan." Cibirnya tak tau malu.

Aku tersadar dari lamunanku dan langsung menimpuknya dengan buku paket setebal 1300 halaman.

"Ehehe.. Alhamdulillah faham pak. Terima kasih atas penjelasannya" jawabku sambil cengar cengir.

"Alhamdulillah... Lain kali,kalau belum faham,jangan membuat keributan di kelas saya ya." Kata beliau yang langsung kubalas dengan anggukan dan cengiran kuda.

Setelah kejadian singkat tersebut,aku mulai menyukai cara beliau yang humble dan friendable ketika menerangkan materi.

Flashback off.

Dan,mulai kusadari sebulan memerhatikan segala hal tentang beliau,ternyata beliau cukup agamis.

Mengajar di TPQ dekat kost-an ku tiap sore dihari sabtu dan minggu. Sangat multitalent menurutku.

Bahkan,pernah suatu hari beliau menyampaikan ceramah disalah satu pondok dekat dengan kampus. Cara beliau menyampaikan ceramah sungguh inovatif dan menyentuh qolbu. Aku masih ingat benar perkataanya.

"Disaat kita benar benar terpuruk,galau,patah hati,dsb,merasa tak ada lagi pundak untuk bersandar,tiada kawan kerabat untuk menumpah ruahkan curhatan masalah,disaat seluruh dunia tak memedulikanmu. Selalu ada allah yang dapat mendengar segala permasalahanmu,selalu ada sajadah tempatmu bersujud,bahkan saat kau melupakan-Nya dan hanya memikirkan duniamu, allah masih mengingatmu. Allah masih mau menerimamu kembali. Karena itu,ikuti segala perintahnya. Maka allah berikan segalanya padamu".

Dan,semenjak saat itu... Aku mulai belajar mendekatinya,tanpa menyentuhnya.. tentu saja bukan pelet jaran goyang atau semacamnya.

Melainkan dengan kekuatan do'a di sepertiga malamku,yang disampaikan langsung oleh rabb-ku,bila memang ia berkehendak. 

***

#01 Fayna Saydah Azzahra :End!

Next :#02 : Iman dan takwa.

❤️❤️❤️❤️

Haii nawakkk! Selamat menikmati jalan ceritaku yah,menurut kalian,gimana tentang fayna?

Saran dan kritik dari kalian sungguh membantu berkembangnya novel ini :*😀

Dear My Lecture !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang