6

10 5 0
                                    

"Yongbok-ssi, mengapa kamu menghindariku?" Aku memalingkan netra begitu Marina mengoleskan salep ke bagian pelipisku yang memar. Hidungku yang satu lubangnya tersumpal kapas, lantaran mimisan-akibat terjatuh dari bukit dekat kanal kecil tadi—menyusahkan alur napasku yang semakin berat apalagi posisiku dengannya sedekat ini.

"Kamu mengabaikanku Yongbok-ssi," protesnya yang dilanjut helaan napas akan kebisuanku. "Aku menakutimu malam itu, huh?"

Kami berada di suatu taman dekat lokasiku terjatuh. Aku duduk di kursi, sedangkan dia bersimpuh satu kaki mengobatiku dengan telaten. Pakaiannya serba hitam, sama sepertiku ... ditambah topi hitam dan masker yang telah diturunkan sebatas dagunya, dia tampak macam pengintai jikalau masker itu terpasang rapi.

"Ya," balasku, "wajahmu mengerikan Marina-ssi, sampe sekarang aku ragu apakah kamu tulus menolongku."

Marina terkesiap menatapku, menghentikan kegiatannya sejenak dan melanjutkan. "Aku melakukan itu karena aku berbeda. Dan dia adalah sasaeng, tentu aku melindungi diri karena diganggu."

"Lantas, itu alasan kuat untuk kamu menyakitinya separah itu?" Ya, aku seyogianya masih belum yakin oleh peradilannya.

"Kamu butuh bukti ya." Marina meletakkan peralatan obat, sepertinya dia menuntaskan pengobatan untukku. Dia merogoh kantung mantelnya, mengeluarkan pisau lipat yang menaikkan kewaspadaan—sumpah, aku masih ingin menghargai kesempatan hidup kedua dari Tuhan ini!

Tanpa peduli roman mukaku, dia menyayat tapak tangan kirinya; membuatku nyaris pipis di celana saking ngerinya. Namun, ada hal aneh dari itu ... darahnya, ada kilauan emas di cairan merah itu. Aku terpaku sampai-sampai mulutku terbuka lebar karenanya. "Aku itu berbeda Yongbok-ssi, kebebasan tidak utuh ku terima di sini. Dan aku ... bukan manusia bumi ini,"

Hah? Dia tengah melantur atau bagaimana? Bukan manusia bumi, omong kosong apa itu? Namun, manusia bumi umumnya tidak berdarah gemerlap begitu!

"Aku menggantikan Marina, Yongbok-ssi. Marina yang kamu kenal, dia gak di sini lagi. Dia memberikan mimpinya buatku, karena menurutnya aku hampa tanpa itu. Kami bertukar, lebih tepatnya dia yang frustasi oleh kondisinya,"

Frustasi? Marina tengah depresi?

"Iya, dia depresi. Memutuskan untuk pergi begitu aku, si kembarannya di dunia lain berhasil dipanggilnya,"

Gila, dia bisa telepati atau baca pikiranku? Lalu, Marina pergi ke mana sekarang?

"Ke mana dia? Dia depresi kenapa?" cecarku penasaran.

Marina gadungan ini tersenyum kecut dipadu gelengan kepalanya serta jemarinya membuka tutup botol alkohol obat—pikirku—lalu dituangnya pada sayatan di tapak tangan kirinya.

"Kalian, para penggemarnya membuatnya begitu," ujar Marina retorika. "dia jadi robot yang apa-apa selalu dalam kendali kekangan orang-orang, hingga rasanya kehilangan hak atas hidupnya sendiri. Sekarang dia udah ditempat lain, yang jauh dari sini."

Marina berdecak. "Seharusnya aku gak usah mengeluh mau pergi ke dunia lain. Harusnya aku tetep menghargai lingkungan hidupku yang cukup baik saat itu, akibatnya aku mustahil untuk pulang."

Aku menyesal, ternyata apa yang dikatakan Yeosang Hyung benar, aku terlalu sok tahu akan kehidupan orang lain. "Aku, minta maaf."

"Hahahaha, wajar Yongbok-ssi. Kalo aku jadi kamu pasti mikir begitu, tapi kamu bisa jaga rahasia ini 'kan?"

Marina gadungan—ya ampun aku tak tahu namanya siapa—ini tersenyum lebar. "Aku mau, kamu orang pertama yang bisa kupercaya tentang jati diriku, selepas sasaeng kemarin ... kupikir sudah saatnya, setidaknya satu orang tahu kondisiku. Aku tak mau semuanya tahu, karena pasti dunia ini akan heboh. Cukup peran Jung Marina saja yang disorot agak heboh ... diriku yang sebenarnya jangan sampe."

Apakah aku bisa? Jika bukan aku, dia akan kesulitan menahan beban ini terus menerus. "Ya, kamu bisa andalkan aku. Ehm, namamu siapa omong-omong?"

"Maritsa, itu namaku. Dan, lelaki waktu itu gak kubunuh, melainkan ku hipnotis supaya gak inget diriku ini siapa. Aku kaget banget pas dia bilang tau semuanya." Maritsa merajuk lucu, begitu imut yang sangat berbeda dengan Marina yang terkesan anggun nan jelita.

Wah, baru sebentar aku sudah cukup membedakannya. Dunia—oh bukan, keberadaan, ada begitu luasnya; itu kepercayaan konyol menurutku, sampai kejadian ini membuka mata kesadaranku. Sosok egoisme diri tengah nyata kukenali, dan aku tetap makhluk Tuhan yang nakal.

Suatu hari, apakah aku bisa tidak senakal sekarang? Ah, proses ... pasti bisa, lagipula manusia itu bukan figur sempurna.

.
.
.
THE END

Glosarium

9. Sasaeng = penggemar yang sangat obsesif dari idola pop Korea, atau tokoh masyarakat lainnya, yang terlibat dalam penguntilan atau perilaku lain yang merupakan pelanggaran privasi.

Perfect FigureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang