Satu minggu menjelang hari pernikahan Maxim dan May yang membuat gadis dengan rambut panjang dikuncir kuda itu hampir setres karena ulah Maxim terhadap gaya hidupnya yang serba diatur.Bukan apa-apa tapi May hanya tidak terlalu suka akan aturan dan kekangan dalam hidupnya, bahkan sejak kecil dia hidup tanpa adanya aturan dari orang sekitarnya dan hidup semaunya karena May termasuk orang yang berjiwa bebas.
Karena terlalu sering bertengkar membuat May malaa untuk mendekati Maxim akhir-akhir ini. "Lo mau kemana kak?." Tanya Devano yang melihat sang kakak yang sudah sangat rapi dengan pakaiannya.
"Bertemu seseorang." May menjawab datar lalu segera pergi karena jika terlalu lama maka adiknya itu pasti akan bertanya lebih panjang lagi dari ini.
Mengingat Devano termasuk orang yang memiliki rasa kekepoan yang sangat tinggi membuat May selalu ingin melakban mulut sang adik yang super duper cerewet saat kepo.
Maxim datang dengan berlari dari arah lift berada kemudian berhenti disamping Devano hang sedang bersantai didepan televisi. "Kemana dia akan pergi?." Sambil ngos-ngosan Maxim bertanya pada Devano.
"Katanya ingin bertemu dengan seseorang tapi tidak tau siapa, sebaiknya kau tidak terlalu mengekangnya jika tak ingin dia semakin membencimu nanti."Sudah berulang kali Devano mengatakan hal itu tapi tak pernah ditanggapi oleh Maxim karena menurutnya ini masih permulaan awal sebelum masuk keyang lebih serius.
Sudah lama rasanya May tidak lagi mampir ke club mapamnya untuk bersenang-senang padahal itu adalah termasuk dari kehidupan sehari-hari. Sudah hampir satu botol May habiskan selama kurang lebih 30 menit gadis itu disini dan ada banyak pria yang sejak tadi berusaha mendekat.
May kembali meneguk winenya yang diambil khusus dari ruangannya dan menjadi wine faforitnya selama ini.
"Sial!."
Entah mengapa May ingin sekali mengumpat akan sesuatu malam ini tapi tidak tau apa, yang terpenting gadis itu bisa meluapkan kekesalannya dengan cara mengumpat.Panggilan masuk sudah berpuluh-puluh kali tapi tak ada satupun yang gadis itu angkat karena terlalu malas, mulai dari Maxim, Devano, paman dan bibinya juga kedua orang tua Maxim yang mencoba menghubunginya May sedang badmood untuk pulang.
Mungkin mereka lelah dan akhirnya tak ada lagi yang menghubungi May hingga sedetik kemudian ponselnya mati karena kehabisan daya. "Danu tolong carger ponselku diruanganku!." Perintah May pada tangan kanannya agar nanti saat ia pulang ponselnya sudah kembali bertenaga.
"Baik nona." Danu berkata seraya mengambil ponsel berwarna hitam dengan logo apel tergigit itu.
Tidak tau kenapa May terlalu banyak fikiran akhir-akhir ini, ia seperti setres akan sesuatu yang belum pernah ia hadapi sebelumnya dalam hidup. May butuh refresing untuk menyegarkan otak dan fikirannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard 💣 ✅
Novela Juvenil"Dady, Aku menginginkan gadis itu bagaimanapun caranya." Tukas seorang pria muda dengan suara tegas dan tak ingin dibantah oleh siapapun. 💣💣💣 Sebuah misi penting mengharuskan May menjadi pengawal seorang putra tunggal keluarga kaya yang bernama...