Yedee memegang kepalanya yang terus berputar, sudah seminggu, sakit kepalanya tak kunjung pulih. Padahal Yedee sudah meminum obat pusing, mengurangi begadang dan pola makannya pun dijaga.
Tapi sakitnya bukan mereda malah, makin menjarem sampai ke otak.
Yedee menjambak rambutnya. Hal ini dilihat oleh Ruru dari celah pintu kamarnya.
Sebenarnya Ruru kesini, ingin mengambil hodienya yang sempat tertinggal dikamar Yedee. Tapi niatnya gagal ketika melihat Yedee sedang menjambak rambutnya kencang.
Yedee terus memukul kepalanya berkali-kali. Saat Ruru ingin masuk, suara ponsel berdering nyaring di telinganya.
Yedee mengambil ponselnya "Bagaimana hasilnya?"
Ruru mendekatkan telinganya pada celah pintu itu. Tanpa sepengetahuan Yedee Ruru menguping pembicaraannya.
"Jawab saya!" Bentak Yedee.
"Maaf tuan, hasilnya menyatakan. Bahwa anda mengidap kanker otak stadium 3" ucap suruhannya dari sana.
Yedee menjatuhkan ponselnya. Dadanya seketika remuk berkeping-keping, kakinya melemas, air matanya mulai turun dengan deras, tangannya mengepal kuat.
Dunianya seperti runtuh begitu saja, apa dia harus mengalami hal ini? Bukankah ini terlalu kejam?
Apa ini termasuk takdir hidup, tapi mengapa berat sekali.
Ruru masih memperhatikan Yedee dari sini, dirinya dibuat bingung. Pasalnya dia sama sekali tidak mendengar apapun suara dari ponsel yang di genggam Yedee.
"Tuan.. tuan muda, apakah anda masih mendengar saya?"
Yedee mendekatkan ponselnya pada telinga.
"Dengar ini baik-baik, cepat atau lambat kau harus benar-benar beristirahat full. Aku sudah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari"
"Ayah.."
"Tuan tenang saja, tuan besar tidak tau. T-tapi"
"Tapi apa?"
"Aku tidak bisa menjamin, sahabat terdekatmu pasti akan tau ini semua. Lihat kearah jam 10 secara perlahan.." ucapnya dengan to the point.
Yedee menegakkan kepalanya, menuruti perkataan suruhannya.
Deg!
Ruru? Dengan siapa dia.
"Dor!"
"Anj sakit oon" Ruru menampar pipi Woopy kencang.
"Jangan berisik" Ruru membekap mulut Woopy.
"Tuan, dia tidak tau pembicaraan kita. Kau tenang saja, tapi aku harap jika kau menelpon ku dan begitu juga sebaliknya. Sebaiknya kroscek terlebih dahulu, jangan sampai membuat dirimu rugi" jelas ajudannya.
"Aku tutup telponnya. Aku harap kau memikirkan dirimu, aku akan tunggu kabar baiknya"
Tut...
Yedee menaruh ponselnya diatas kasur. Mulutnya seketika merapat.
"Jangan bilang kalau nanti ingatan ku akan hilang" ucapnya dalam hati.
"Aku belum siap Tuhan.. tolong beri aku waktu"
Yedee menitikan air matanya. Dunianya seraya hancur, bagaimana bisa dia mendengar kabar seperti ini. Apa yang diharapkan Yedee semuanya akan menghilang.
Bagaimana dengan cita-citanya menjadi seorang penyanyi? Apa harus pupus begitu saja. Ini tidak mungkin, dia sudah berjuang dari kecil.
"Kenapa harus sekarang" Yedee berusaha menahan air matannya. Dadanya sangat sesak sekarang.
"Apa aku harus menemui bunda sekarang? Tuhan.. aku belum jadi anak yang berbakti, jangan temukan aku dengan bunda. A-aku belum siap" ucap Yedee dalam hatinya.
Ruru yang tidak tahan melihat tingkah laku Woopy meninggalkan kamar Yedee. Sambil menyeret Woopy layaknya sebuah karung.
"Pada akhirnya aku duluan yang pergi" tangis Yedee seketika pecah.
•••
Jangan lupa vote & coment ❤
Aku fokus ulangan dulu ya nanti bakal balik lagi ko!Part ini aneh ya? Maaff..
KAMU SEDANG MEMBACA
| TRUZ |
Fantasy⚠️ follow sebelum baca ⚠️ siapa yang tak kenal mereka? anak dari 12 bujang selusin ini. memiliki sikap yang sama dengan ayahnya ♥️ 1. chilli 2. romy 3. yochi 4. bonbon 5. matetsu 6. lawoo 7. hikun 8. yedee 9. som 10. ruru 11. woopy 12. podong