Di sebuah rumah megah, terdapat keluarga yang tengah menikmati sarapannya. Ketiga orang itu tidak ada yang berbicara satu pun karena tradisi keluarga ini yang memang dibentuk untuk tidak membicarakan hal-hal yang tidak penting ketika makan sedang berlangsung.
Suara kursi yang bergesekan dengan lantai ini terdengar ketika seorang lelaki berdiri dari duduknya tatkala telah menyelesaikan sarapannya, berjalan menuju wastafel kemudian mencuci tangan.
"Yakin ingin melakukan ini, baby?" lelaki itu hanya menjawab dengan anggukan namun sorot mata yang penuh keyakinan tersebut sudah mampu membuat kedua orang tuanya mengerti.
Langkah kaki itu menuju ke halaman depan setelah berpamitan dengan dua orang yang sangat dia cintai dalam hidupnya.
"Kim jong woon, fighting" lelaki ini menyemangati dirinya sendiri ketika mengendarai sepeda motor untuk menuju ke sekolah.
Hatinya berdebar hebat tatkala langkah awal ini dia lakukan, namun tidak ada dalam kamusnya untuk menyerah sebelum berperang.Setelah sampai di sekolah yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu maka jong woon segera memarkirkan motornya kemudian berjalan ke arah ruang kepala sekolah, tidak perlu lagi bertanya dimana ruangan tersebut karena dirinya sudah tahu.
Bel masuk berbunyi, tanda semua siswa akan memulai pelajaran pertama.Kepala sekolah mengantarkan jong woon ke sebuah kelas yang akan menjadi tempatnya belajar mulai hari ini, kelas satu A adalah tujuan mereka berdua.
Suara pintu yang terketuk itu membuat semua orang yang berada di kelas tersebut menoleh, guru bermarga park itu membuka pintu kemudian membungkuk hormat sekilas.Sang kepala sekolah menyerahkan urusan murid baru ini pada guru tersebut kemudian melangkah meninggalkan kelas itu, jong woon mengikuti langkah guru itu untuk masuk ke dalam kelas.
Sesi perkenalan secara singkat telah selesai maka kini jong woon duduk di sebuah kursi kosong yang dekat dengan jendela.Seseorang menepuk pelan bahunya membuat jong woon menoleh kemudian tersenyum lembut, orang itu memperkenalkan diri secara berbisik-bisik karena takut dimarahi oleh guru bermarga park tersebut.
Guru ini terkenal killer di sekolah."Semoga kita bisa menjadi teman yang baik, jaemin" lelaki itu mengangguk kemudian mereka fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung.
***
Tidak terasa jam istirahat berbunyi, banyak siswa-siswi yang berjalan keluar kelas untuk menuju kantin. Tapi berbeda dengan jong woon dan beberapa teman barunya yang masih berdiam diri di bangku masing-masing.
"Kamu pindahan dari sekolah mana, jong woon?" kelima anak itu menatap jong woon dengan berbinar. Bibir itu tersenyum sebelum menjelaskan, membuat kelima anak itu hanya mengangguk tanpa bertanya lagi.
Mereka berenam menuju kantin karena jisung yang merengek sudah kelaparan, beberapa siswi memperhatikan ke arah mereka dengan tatapan penuh cinta namun tidak ada diantara mereka yang peduli akan hal itu.
Makanan yang diinginkan telah dibeli, maka dari itu keenam anak tersebut duduk di salah satu meja kemudian menyantap makanan itu bersama-sama. Jong woon berniat mencoba mencari tahu info yang ingin dia ketahui, namun sepertinya saat ini belum tepat.
Bibirnya sering mengulum senyum karena tingkah si kembar non identik yang sejak tadi beradu argumentasi tentang makanan."Jong woon, bagaimana jika nanti setelah pulang sekolah kamu ikut dengan kami?" jong woon hanya diam, sejenak dia menatap kelima teman barunya dengan bingung.
"Kita akan mengadakan belajar kelompok" jisung menjelaskan detail apa yang dikatakan oleh saudara kembarnya tadi.
Dia mengetahui raut kebingungan di wajah manis itu.