Setelah selesai makan maka keduanya berpisah di parkiran cafe, jong woon menolak untuk diantarkan ke rumah. Dia melambaikan tangannya untuk mengantar kepergian kyuhyun, setelah mobil lelaki itu tidak terlihat maka jong woon mengendarai motornya hingga ke rumah.
_______________________________________________________________________________
Sudah seminggu jongwoon mengikuti jungwoo setelah pulang sekolah namun tidak ada yang aneh lagi setelah kejadian di rumah asing tersebut, dia meminta kyuhyun untuk menyelidiki rumah siapa namun yang di dapat bukanlah petunjuk. Pemilik rumah itu sudah pindah ke luar kota, maka dari itu mereka menjual rumah ini namun belum ada yang ingin membelinya.
Menurut informasi yang dia dapat bahwa rumah itu dibuka secara paksa oleh orang yang tidak dikenal, terlihat dari bekas goresan di daun pintunya.Jong woon duduk seorang di taman belakang sekolah, entah kenapa ini adalah tempat favorit-nya di sekolah ini. Dia memakan apel yang tadi dibawa dari rumah, sesekali akan melirik jam tangannya untuk melihat kapan waktu istirahat berakhir. Dia melihat di layar smartphone saat ada pesan masuk dari kyuhyun, bibir itu tersenyum manis saat membaca pesan tersebut.
Jong woon senang sekali karena besok akhir pekan, dia akan pergi ke rumah kyuhyun untuk bermain dengan renjun. Ingatan itu berputar saat dirinya melaksanakan idenya untuk berlajar kelompok di rumah si kembar, semua sahabat-sahabatnya juga setuju karena kebetulan tidak ada acara kemana-mana dengan keluarga.
Seseorang datang mendekat kemudian duduk di sisi kiri jong woon, membuat kepala itu menoleh dan sedetik kemudian membungkuk karena tahu siapa orang ini.
"Sepertinya ini tempat favorit mu ya jong won"
"Ya, bapak sudah tidak ada kelas setelah ini?" jong woon melirik sekilas tas yang terletak di rumput itu, dia memandang takjub wajah penuh wibawa itu. Guru olahraga sangat cocok untuknya, didukung oleh otot-ototnya yang kekar. Dia sedikit merinding melihat otot kekar seperti itu, pikiran pervert itu membayangi otaknya saat imajinasi liar itu datang. Bercinta dengan lelaki ini mungkin membuatnya merinding, namun bibir itu tersenyum tipis saat terlintas di otaknya bagaimana wajah lelaki yang selama ini sangat dia harapkan untuk bisa bercinta lagi dengannya.
Semua senyum, rona samar merah di pipi itu, bahkan mata hitam cantik tersebut tidak luput dari pengellihatan guru olahraga ini. Dia berdehem untuk menyadarkan jong woon dari lamunan, remaja ini tersenyum kikuk karena malu.
"Jong woon, bagaimana rasanya sekolah disini? Ku dengar kamu siswa pindahan ya?" jong woon mengangguk
"Aku senang bisa sekolah disini pak, aku punya teman-teman yang baik, guru-guru yang tidak galak"
"Bagaimana dengan saya?"
"Kalau pak siwon itu lucu jadi menyenangkan" guru bernama siwon ini tertawa mendengar penjelasan muridnya tersebut, dia memandang dalam pada wajah manis yang kini tengah tertawa sama sepertinya itu. Jong woon berhenti tertawa saat menyadari tatapan itu, dia mengalihkan pandangan ke depan untuk menghindari wajah siwon.
Pembicaraan mereka terhenti saat bel masuk kelas berbunyi, jong woon berlari ke kelasnya setelah berpamitan dengan guru itu. Senyuman lebar yang menampilkan dimple di pipi iu siwon berikan pada jong woon, matanya tidak lepas emmandangi tubuh ramping muridnya itu. Pikirannya yang liar itu kembali, dia menggelengkan kepalanya kemudian mengambil tasnya dan pulang.
***
Malam ini jong woon menikmati semilir angin malam dengan langit cerah di balkon kamarnya, ditemani secangkir teh hijau sembari membalas pesan di grup chat. Dia tertawa geli saat membaca grup chat itu, para sahabatnya itu tengah bertengkar dan saling menjelekkan satu sama lain. Dia teringat akan kenangan yang telah berlalu, membuatnya rindu akan seseorang.