Malam itu Jaewon telah menemukan titik terang. Hari ini rasa sakit hatinya harus berakhir. Berakhir dengan tergantikan rasa bahagia dan kembali bersama gadisnya.
Dengan mantap Jaewon menyambar kotak cincin di nakasnya. Dia memasukkan kota itu ke dalam kantung celana. Langkah lebarnya segera meninggalkan tempat itu.
****
"Oppa. Aku benar-benar tidak ingin pergi. Memang benar hari ini jadwalku sudah selesai. Tapi aku ingin langsung pulang dan istirahat."
Bobby terlihat berpikir. Bagaimana caranya agar Lisa mau ikut dengannya? Segala cara sudah dia coba. Tapi dengan wajah lusuh dan tidak bersemangat Lisa terus menolaknya.
"Tolonglah. Ibuku benar-benar merindukanmu. Tempo hari dia sampai menangis saking merindukanmu," jelas Bobby yang tentu saja sedang berbohong.
'Astaga maafkan aku eomma. Tolong jangan kutuk aku Tuhan. Aku bukan anak durhaka. Tapi kali ini aku harus berbohong atas nama eomma ku. Ampun Tuhan' batin Bobby.
Mata Lisa langsung melotot. Dia menggebuk lengan Bobby kuat-kuat.
Buk.. buk.. buk..
"Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi bodoh? Kau membuatku terus mencari alasan untuk menolak. Ini sangat membuang waktuku. Seharusnya dari awal kau langsung saja mengatakan kalau ibumu sakit!"
Tak disangka Lisa langsung beranjak masuk mobil untuk pergi ke rumah Bobby.
Sedangkan Bobby masih mengaduh dan memegangi lengannya yang ngilu akibat terkena tas mahal milik Lisa.
"Kenapa dengan tas itu? Dia hampir seperti batu bata. Kurasa kepalaku akan pecah bila terpukul olehnya," keluh Bobby sebelum beranjak menyusul Lisa.
****
Jaewon sudah menata semuanya. Bunga, lilin, semuanya sudah siap. Tinggal menunggu Lisa datang saja. Namun bayang-bayang Lisa menampar dan menolaknya terus menghantui Jaewon dari semalam. Bagaimana ini?
"Hufft... Jaewonie! Fighting!" ujarnya menyemangati diri sendiri.
Dengan langkah pelan Jaewon berjalan ke arah saklar untuk mematikan lampu.
Ya. Dia sudah siap.
Apapun yang terjadi, apapun jawaban gadis itu... Jaewon akan menerimanya.
"Aigoo... kenapa jantungku terasa seperti selesai maraton. Apa ini ciri-ciri penyakit jantung? Ah tidak tidak! Mana mungkin. Ini pasti karena Lisa. Yak Lisaya! Gadis itu bisa membunuhku kalau terus-terusan begini. Bahkan aku berbicara sendiri seperti orang gila. Dimana letak kewarasanku ya Tuhan."
Cklek..
"Bibi! Kau dimana? Astaga apa ini mati lampu? Gelap sekali rumahmu. Apa kau lupa bayar listrik?"
Sialan. Itu suara Lisa. Tidak salah lagi. Gadis itu sudah datang. Jaewon buru-buru bersembunyi dibalik tembok.
Suara langkah kaki makin terdengar jelas. Semakin dekat tiap detiknya. Jakun Jaewon naik turun. Dia memegang dadanya dan merapalkan doa-doa sebisanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard to Love (Jaewon × Lisa) [End]
Fanfic-Just for fun- Mencintai itu ternyata sulit. Bukan kata Lisa. Tapi Jaewon yang bilang. Jung Jaewon atau yang memiliki nama panggung One itu adalah mantan Lisa. Yak! Lebih tepatnya bedebah sialan yang membuat Lisa benci setengah mati dengan percintaa...