"Yaakk!! Kim Ji-Won!!!" Teriak Lisa yang kini sedang menjambak rambut Bobby tanpa belas kasihan.
Kesabaran Lisa sudah habis. Gara-gara Bobby memberikan nomornya ke laki-laki itu, setiap hari dia mendapatkan kiriman pesan. Lisa sudah bolak balik memblokir nomornya, tapi Jaewon malah ganti-ganti nomor.
"LISAYA!! Apa-apaan kau ini?!?".
" Kau! Bagaimana bisa kau memberikan nomorku pada bedebah sialan itu. Aku tidak mungkin ganti nomor. Disitu ada semua kontak penting. Dan Jaewon seperti orang gila. Dia.. dia terus menerorku, " jelas Lisa yang kini sudah menangis sesenggukan.
Tunggu. Tadi Lisa bilang apa? Bobby tidak salah dengar kan?
"Mwo? Sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian?"
'Bodoh! Kenapa aku mengatakannya?' batin Lisa.
Melihat Lisa terdiam membuat Bobby makin curiga.
"Aa.. apakah aku sedang memergoki kedua sahabatku yang diam-diam pernah menjalin hubungan? Aigoo.. itu akan terdengar sangat dramatis. Tolong jangan mengira aku peramal kalau memang itu benar," canda Bobby yang sialnya tepat sasaran.
Bagaimana ini? Apa Lisa mengaku saja? Sial. Ini akan sangat memalukan.
"Hm. Kami pernah berpacaran dua tahun yang lalu."
Bobby tertawa terbahak-bahak. Yang benar saja? Sahabatnya itu sedang kemasukan apa? Lucu sekali. Bobby tidak menyangka kalau Lisa justru melanjutkan candaan darinya.
"Yak!! Oppaya!! Aku sedang tidak bercanda. Aigo!! Kau membuat intonasiku terus naik. Bagaimana kalau ada orang disini?"
"Mwoya?!? Kau---kau serius?"
Lisa meringis lalu membentur-benturkan kepalanya pada tembok. Haish.. tamatlah riwayatnya.
***
Sekarang pukul 12 malam. Lisa baru saja pulang dari tempat minum milik keluarga Bobby. Dia habis diwawancara habis-habisan. Sialnya saking kesal dengan Lisa--orang itu hampir saja menelantarkannya di jalanan. Hampir saja Lisa pulang jalan kaki.
"Aigo.. aku akan benar-benar gila sebentar lagi. Kapan diadakan konser lagi? Aku butuh pengalihan."
Ting..
nomor tidak dikenal :
Kau memberi tahu Bobby akan hubungan kita? Aku cukup terkejut mendengarnya. Kau tau? Dia mengacamku. Sepertinya besok aku akan dihajar habis-habisan olehnya. Ini menakutkan sekaligus menyenangkan. Akhirnya ada yang tau hubungan kita.
Lihat! Jaewon memang sudah gila. Lebih gila lagi saat membacanya tadi hati Lisa memanas. Apa perlu dia pergi ke psikolog? Ini tidak normal.
"Lalisa Manoban."
Lihat siapa yang menunggunya. Rose. Gadis itu belum tidur rupanya.
"Kau belum tidur?"
Rose memutar bola mata kesal. Tadinya dia pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tak disangka dia mendengar suara pintu terbuka. Dan apa ini? Melihat sang maknae baru pulang pukul 12 malam?
"Kau masih bertanya? Bisakah kau jelaskan padaku darimana saja dirimu? Apa kau seharian di studio? Atau ada koreo baru? Kurasa jadwalmu kosong untuk seminggu ini bukan?"
Kira-kira alasan apa yang tepat? Kenapa otak Lisa mendadak buntu?
"A.. aku keluar sebentar bersama temanku. Menyenangkan sekali sampai-sampai tidak melihat jam. Kau tau kan kelakuan anak muda jaman sekarang. Suka lupa waktu."
Fiuh... untung Lisa punya seribu alasan.
"Ck.. kau tampak meragukan bung! Tapi ya sudahlah. Aku mau melanjutkan tidurku. Selamat malam Lisaya."
Rose memeluk Lisa lalu beranjak ke kamarnya. Minggu ini jadwalnya sangat sibuk. Bagaimana tidak? Dia kan baru sama debut solo. Syukurlah Rosie tidak menanyai Lisa dengan beribu pertanyaan.
nomor tidak dikenal :
Kau pasti belum tidur kan? Sama. Aku juga belum tidur. Entahlah akhir-akhir ini kepalaku dipenuhi dengan nama Lalisa Manoban.
Nah kan. Jung Jaewon si pria bertato namun pemalu itu kini sepertinya sudah kehilangan urat malunya.
"Ottoke?!? Kepalaku rasanya mau pecah. Bayangannya bahkan seperti kaset rusak."
Flashback on
"Apa yang lebih indah dari setangkai bunga?"
Pagi itu mereka melakukan rutinitas kencan seperti biasa. Beginilah gaya pacaran Jaewon dan Lisa. Bermain ps, membuat lagu, atau menonton bersama. Tapi kali ini berbeda. Mereka memilih untuk merebahkan diri di kasur sambil bercerita ringan.
"Apa?"
"Matamu, bibirmu, hidungmu, alismu, rambutmu, ah.. sepertinya semua yang ada pada dirimu lebih indah dari setangkai bunga."
Lihatlah. Pipi Lisa memerah setelahnya.
"Yak! Jung Jaewon! Apa ini? Kau sudah mulai pandai menggoda wanita?"
Jaewon menggigit bibir bawahnya menahan tawa. Aih.. laki-laki ini sangat pemalu.
"Aniyo! Aku hanya menggoda wanitaku saja."
Bolehkah Lisa berteriak kegirangan? Rasanya sudah diujung tenggorokan.
"Omo! Apa aku terlihat seperti pria penggoda? Maksudku--apa ini begitu menjijikkan?"
"Ya. Itu sangat menjijikkan."
Jaewon langsung cemberut.
"Tapi aku justru sangat menyukainya!"
Dan mereka pun tertawa bersamaan. Saling menggelitik dan mengejek. Pasangan yang begitu manis bukan?
Flashback off
See you later
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard to Love (Jaewon × Lisa) [End]
Fanfic-Just for fun- Mencintai itu ternyata sulit. Bukan kata Lisa. Tapi Jaewon yang bilang. Jung Jaewon atau yang memiliki nama panggung One itu adalah mantan Lisa. Yak! Lebih tepatnya bedebah sialan yang membuat Lisa benci setengah mati dengan percintaa...