Hari ini hari libur Lisa yang terakhir. Karena selama seminggu ini dia break sebentar. Setelah ini mungkin akan banyak jadwal latihan atau pemotretan yang menyita waktunya.
Oppa gangnam style..
Bobby Oppa is calling
"Yeoboseyo?"
"Yak! Lisaya! Bisakah hari ini kita menghabiskan waktu bersama? Aku tau ini hari terakhir liburmu. Ada yang ingin aku bicarakan."
"Mau kemana?"
"Ke tempat biasanya."
"Baiklah. Aku akan bersiap-siap dan segera berangkat."
Tut..
Lisa mematikan panggilan sepihak. Kemudian tanpa berpikir lagi dia mencari pakaian yang pas untuk bepergian tanpa ketahuan. Dia biasanya akan memakai syal, sarung tangan, masker, bahkan topi sekaligus. Semua itu dia lakukan untuk menghindari dispatch. Bisa gawat kalau lembaga yang satu itu memberitakan yang tidak-tidak tentang dia.
***
"Oppaya! Mianhae, tadi perjalanannya cukup ramai. Aku harus hati-hati karena mobil yang kupakai adalah mobil manajerku."
Laki-laki itu menoleh. Mata Lisa melotot kaget. Dia menelan ludah kasar. Mengusap-usap mata sambil memastikan bahwa penglihatannya masih normal.
"Lisa? Aku merindukanmu."
Sekarang tubuh Lisa ada dipelukan laki-laki itu.
Jung Jaewon.
Astaga apa ini? Kenapa tubuh Lisa membeku? Bahkan bibirnya tidak bisa bergerak. Lidahnya kelu untuk merespon apa yang terjadi.
Bagaimana bisa? Apa Bobby membohonginya? Dimana laki-laki itu?
Jaewon melepas pelukannya.
"Memelukmu rasanya masih sama. Sangat nyaman dan tidak ingin aku tinggalkan."
Daebak! Apa itu tadi? Apa Lisa harus terkesima? Ada apa dengannya? Bahkan jantung Lisa rasanya mau loncat.
Ini.. seperti mimpi. Laki-laki bertato didepannya seperti ilusi yang coba ia benci selama dua tahun lamanya. Ya. Lisa mengaku selama ini masih mencintainya. Dan dia benci kenyataan itu.
"Apa kau terkejut? Wajahmu sangat pucat."
"Kenapa? Kenapa kau disini? Dimana Bobby oppa?"
Jaewon cukup kecewa mendengarnya. Apa gadis itu tidak merindukannya? Jadi hanya dia yang berharap? Hanya dia yang masih memiliki perasaan ini?
"Dia.. dia tidak jadi datang. Jadi aku yang menggantikan."
Apa? Lisa masih terpaku. Dia terkekeh sumbang.
"Kalau begitu sebaiknya aku pergi. Karena orang yang ingin bertemu denganku tidak disini."
Baru saja Lisa melangkah pergi, Jaewon menahan pergelangan tangannya. Otomatis Lisa berbalik dan mencoba melepaskannya.
"Apa maumu? Lepaskan! Bagaimana kalau ada orang yang lihat?"
"Tidak ada yang melihat. Ini masih pagi. Kedai baru dibuka dan hanya ada aku dan kau pengunjung disini."
"Oh sial sekali. Seharusnya aku tidak melangkahkan kakiku kesini. Sepertinya aku terjebak. Aku harus segera kembali agar tidak menyia-nyiakan waktuku."
Sakit. Hati Jaewon seperti dicabik-cabik mendengarnya. Benarkah begitu? Jadi Lisa sudah tidak mengharapkannya? Ah.. sialan. Bahkan ini lebih sakit daripada hari dimana dia meninggalkan gadis itu. Jaewon akui ini salahnya. Dia yang memilih pergi tapi tiba-tiba meminta kembali.
Lucu sekali melihat kenyataan yang sekarang. Lisa membencinya. Lebih parahnya gadis itu tidak ingin melihatnya lagi. Apa yang harus Jaewon lakukan?
"Kau boleh pergi. Tapi ijinkan aku menyampaikan sesuatu. Aku janji ini tidak lama."
Apa ini? Apa Lisa harus mendengarkannya? Untuk apa kalau boleh tau?
"Baikhlah, aku akan membuang sedikit waktuku. Tolong jangan sia-siakan kesempatan ini. Dan satu lagi, berjanjilah untuk meninggalkanku setelah ini."
Jaewon mengangguk dengan tatapan berkaca-kaca. Dia menahan tangisnya sejak tadi. Dia tidak boleh menangis. Ingat, dia ini seorang pria. Pria macam apa yang menangis? Itu akan menjadikannya terlihat lemah bukan?
Sekarang mereka duduk kembali di kursi. Jaewon tampak menarik napas panjang dan menghembuskan napasnya kasar.
"Mianhae. Aku yang salah. Memintamu bertahan tapi justru aku yang meninggalkan. Ternyata rasanya sakit. Aigo.. aku tidak pernah membayangkan akan ada di situasi ini. Melihatmu dengan status lain. Kau sekarang bukan milikku lagi. Kau hanya seorang gadis asing yang sialnya masih menetap di dalam hatiku.
Entah.. dua tahun yang lalu aku benar-benar melakukan kesalahan terbesarku. Melepaskanmu tidak pernah ada dalam rencanaku. Tapi hari itu aku melakukannya. Meninggalkanmu dengan alasan bodoh. Menyuruhmu untuk bersama pria lain yang bahkan aku pun tidak ingin menyaksikan kalian bersama meskipun hanya dalam mimpi terburukku."
Tiba-tiba Jaewon terdiam cukup lama.
"Apa sudah tidak ada yang ingin kau sampaikan? Kurasa ini waktunya untuk pergi," Lisa harus segera meninggalkan tempat ini sebelum si bajingan didepannya ini melihat air matanya berjatuhan.
"Tunggu! Aku belum selesai."
"Kalau begitu cepat selesaikan!"
Tanpa aba-aba Jaewon memeluk Lisa. Dia ingin mengenang pelukan ini seakan-akan dia tidak akan merasakan pelukan hangat lagi dari gadis itu. Ya, Lisa sudah terlalu membencinya. Dan Jaewon harus segera melupakannya untuk tetap bertahan hidup. Dia tidak boleh menetap pada posisi ini.
"Mianhae.. mian.. mian.. kau mungkin sudah muak dengan semua kata-kataku. Jadi.. biarkan aku memelukmu sebelum aku pergi dari hidupmu untuk selamanya. Aku berjanji untuk tidak lagi menampakkan diriku di depanmu."
Benar saja. Jaewon terus memeluk Lisa. Dia memejamkan matanya dan berharap waktu akan berhenti membiarkan pelukan ini abadi.
Cukup lama. Selama lima menit mereka bertahan dalam pelukan itu. Setelahnya Jaewon melepasnya. Kali ini matanya sudah dipenuhi air mata. Mati-matian dia menahan rasa sakit ini.
"Gomawo. Kau boleh pergi."
Selanjutnya Lisa berbalik dan pergi dari tempat itu. Sesampainya di mobil tangis Lisa tidak bisa ditahan.
"Sialan! Jung Jaewon bedebah sialan! Hikss.. berani-beraninya hiks.. di-dia membuatku menangis hiks.."
####
See you later
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard to Love (Jaewon × Lisa) [End]
Hayran Kurgu-Just for fun- Mencintai itu ternyata sulit. Bukan kata Lisa. Tapi Jaewon yang bilang. Jung Jaewon atau yang memiliki nama panggung One itu adalah mantan Lisa. Yak! Lebih tepatnya bedebah sialan yang membuat Lisa benci setengah mati dengan percintaa...