3.

118 56 79
                                    

Aku sudah dekat dengan Fajar. Eh tidak, maksud ku itu hanya menurutku saja . Tapi aku tak tau penjabaran yang tepat dengan situasi saat ini.

Bayangkan saja, jika kau selalu bercerita kepada seorang laki laki, dan dia pun memberikanmu saran, memperhatikan mu, memberi dukungan yang kau perlukan, sampai kau terlena akan kenyamanan.

Itulah yang aku rasakan saat ini.

Yang membuat ku kecewa yaitu aku tak begitu mengenal dirinya, hal mendasar seperti akun sosial media nya apa, atau alamat rumah dia dimana, semua tentang nya masih samar samar. Karena di setiap pertemuan kita selalu didasari dengan kebetulan atau takdir. Aku terlalu takut untuk memulai mengenalnya lebih dalam.

Sejujurnya aku ingin lebih mengenalnya. Bukan kah dalam memulai suatu hubungan harus memulai untuk saling mengenal bukan?

Kamu tak bisa langsung mengajak dia untuk berpacaran kan.

"Hei kamu tipeku banget, ayo pacaran denganku"

Tak sesederhana itu. Semuanya butuh proses.

Saat ini aku sedang bercerita kepada Fajar. Dia memberi tanggapan yang menurutku menyenangkan. Inilah yang aku sukai tentangnya. Dia selalu mengerti apa yang aku pikirkan dan memberi solusi yang aku butuhkan.

Ajaib memang lelaki yang tak sengaja kutemui malah bisa nyambung dengan ku yang hanya seorang Mahasiswa biasa.

"Senja... menurutmu apa yang lebih dari indah dari matahari tenggelam yang selalu kita saksikan bersama? " Tanya Fajar kepada ku

"Menurutku hal yang paling indah yaitu bisa melihat orang yang kita sukai sedang dalam keadaan bahagia lalu aku adalah alasan mengapa dia bahagia. Menurutmu bagaimana? " Ucap ku sambil menoleh ke arahnya

"Aku setuju tentang hal itu, matahari tenggelam yang ku saksikan ditemani oleh seorang gadis. Dan terlebih lagi kulihat kamu sedang bahagia, apakah aku alasan mu bahagia saat ini? " Ucapnya sambil tersenyum lebar

"Hah bagaimana? Aku kurang mengerti apa yang kamu ucapkan? " Ucapku, sebetulnya aku cukup paham apa yang dia ucapkan, namun aku ingin membenarkan lagi apa yang ku dengar bukan hanya halusinasi

"Haha tidak senja. Lupakan saja apa yang aku ucapkan. Sudah malam saatnya aku pergi. Dan kau pasti ada kerjaan malam ini kan? " Ucapnya mengalihkan pembicaraan

"Iya malam ini aku harus menjaga minimarket di dekat perempatan jalan di depan" Jawab ku

"Baik jika begitu, semangat kerja gadis senja" Ucapnya sambil mengacak rambutku lalu bergi dengan sejuta ngehangatan yang mulai hilang

'Rambut ku yang dia acak acak tapi kenapa hati ku yang berantakan' gumam ku sampai sampai tak terasa aku terus tersenyum sepanjang jalan menuju tempat kerjaku malam ini.

Disepanjang jalan pipi ku panas, mungkin ini yang disebut dengan tersipu malu. Setiap aku mengingat kejadian tadi, dan dengan otomatis pula pipi ku bersemu merah.

Biasanya aku tak gampang terbawa perasaan, apalagi dengan orang yang belum lama aku kenal.

Namun entah bagaimana, dengan Fajar aku seperti sudah mengenalnya lama. Kami gampang akrab. Dan humor kami pun satu frekuensi.

Aku tidak pernah berfikir bahwa aku akan kembali kepada kehidupan ku tanpa Fajar.

Jika ada saran serta masukanBoleh disampaikan di kolom pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada saran serta masukan
Boleh disampaikan di kolom pesan.

Sampai jumpa di senja berikutnya.

|𝐀.𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬| 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚,𝐃𝐢𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐚𝐧(✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang