Bagian 4

495 58 7
                                    

Revan dan Devan langsung tersenyum dan saling memeluk satu sama lain. Akhirnya, mereka akan punya adik lagi. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka menantikan kedatangan adik baru.

"Kok momy baru bilang sih, ini bener-bener berita baik."

"Momy mau buat kejutan aja untuk kalian, gimana seneng gak?"

"Jangan ditanya, Mom. Revan seneng banget, ok piks! Kita benar-benar harus jaga momy sama dede bayi," ujar Revan yang langsung mendudukkan Alika yang tengah berdiri.

"Orang lagi hamil gak boleh kecapean sama kelelahan," timpal Devan yang membuat Alika terkekeh geli.

"Udah berapa Minggu, mom?"

"Kalau momy hitung-hitung mungkin sudah menginjak tiga bulan," jawab Alika yang membuat Kelvin terdiam. Tiga bulan? Selama tiga bulan Alika menyembunyikan kehamilannya.

"Papa kok gak ngasih tahu aku sih," kesal Revan sembari menatap Kelvin sinis.

"Mau ngasih tau apa, papa juga baru tau kali," timpal Kelvin yang membuat ketiga anaknya saling memandang. Ternyata sang papa juga tidak mengetahui perihal kehamilan Alika.

"Kok kamu gak bilang sih, Sayang."

"Aku sengaja, pengen kasih kalian kejutan. Dan ternyata ini emang berita baik." Kelvin tersenyum dan langsung memeluk Alika erat. Dia bahagia, sangat-sangat bahagia.

Tiba-tiba Alika merasa kepalanya pening, dia mencoba untuk tetap tersenyum. Tidak, Kelvin dan juga anak-anaknya tidak boleh melihat dirinya merasa kesakitan. Alika melepaskan pelukan itu yang membuat Kelvin kebingungan.

"Bentar yah, momy mau ke toilet dulu," ujar Alika.

"Kamu mual, sayang?" tanya Kelvin dengan raut muka khawatir. Alika menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Gak kok, aku mau ke kamar mandi aja sebentar," jawab Alika. Kelvin hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Dengan langkah cepat Alika langsung masuk ke kamar mandi, Kelvin dan juga ketiga anaknya hanya bisa menghela nafas sembari mendesis kesal saat melihat Alika berlari, mereka takut Alika jatuh dan bagaimana dengan nasib bayinya.

Brakh!

Alika menutup pintu dan langsung berjalan ke arah wastafel, dia melihat perlahan darah mengalir dari lubang hidungnya. Alika langsung mencuci hidungnya dan membersihkan darah yang terus mengalir.

"Aku masih kuat sampai anak ini lahir, aku gak Boleh terlihat sakit, aku harus bertahan," guman Alika sembari terisak. Setelah dirasa darahnya sudah berhenti, Alika langsung membereskan sisa darah yang menetes di lantai. Kelvin dan juga anak-anaknya tidak boleh Sampai tahu.

Setelah dirasa selesai, Alika langsung keluar kamar mandi. Sepertinya, ada satu bekas tissue yang tidak Alika buang dan terjatuh dilantai.

"Sayang, kok lama?"

"Hehe ... Tiba-tiba perut aku sakit," jawab Alika sembari berjalan dan diikuti oleh Kelvin. Kelvin itu tidak bisa dibohongi, dia merasa sepertinya Alika menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Tentu saja Alika mencoba mati-matian untuk terlihat biasa saja, dirinya tahu bahwa Kelvin adalah tipikal orang yang akan tahu situasi hanya dengan melihat gerak-geriknya.

Drtt! Drtt!

Ponsel Kelvin berbunyi yang membuat Alika bernafas lega, akhirnya ada sesuatu yang bisa mengalihkan kecurigaan Kelvin.

"Halo."

"Pak, ada keadaan darurat di perusahaan. Sepertinya bapak harus datang sekarang."

"Apakah tidak bisa besok?"

"Tidak bisa, pak. Pada klien dari Korea Selatan dan juga Spayol sudah sampai di bandara. Mereka mengatakan ada beberapa hal yang harus dibicarakan secara pribadi." Kelvin hanya bisa mengangguk.

"30 menit, saya sudah di perusahaan."

Kelvin mematikan sambungan itu dan hanya bisa menatap Alika sendu, tadinya dirinya mau senang-senang dengan Anak dan juga istrinya. Tapi sepertinya, untuk hari ini tidak bisa.

"Sayang, aku harus ke perusahaan dulu. Maaf---

"Gak papa, kamu kesana aja. Nanti klien kamu nunggu, kan disini masih ada anak-anak. Kamu gak usah khawatir," potong Alika dengan cepat.

Kelvin tersenyum dan langsung memeluk Alika, memberikan kecupan sebentar dan juga menatap Ketiga anaknya.

"Kalian jaga momy, awas aja kalau sampai dia kecapean. Kalau itu terjadi, uang jajan kalian papa potong," perintah Kelvin yang langsung diangguki Ketiga anaknya.

Setelah Kelvin pergi, Revan dan Devan langsung membawa Alika untuk istirahat. Tanpa papanya suruh, mereka juga akan menjaga sang ibu. Apalagi sekarang mereka tahu bahwa Alika tengah mengandung adik kecilnya.

Darren tidak ikut nimbrung, dia masuk ke kamar mandi. Entah kenapa instingnya mengatakan bahwa dikamar mandi ada sesuatu yang harus dirinya ketahui.

Darren masuk dan langsung melihat seisi kamar mandi, tatapannya tertuju pada tissue yang tergeletak di bawah wastafel.

"Darah?"

Darren membuka tong sampah, dia melihat bahwa masih ada beberapa tissue yang ada darahnya. Darren terdiam sesaat, tidak mungkin bukan darah ini milik sang momy.

Three BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang