Bagian 5

183 48 1
                                    

Darren keluar dari kamar mandi dengan perasaan khawatir, apakah momy nya sakit. Tapi kenapa tidak bicara dan malah menyembunyikannya.

Darren berjalan dengan tergesa-gesa ke kamar utama atau bisa dibilang kamar sang momy. Perlahan dia membuka pintu dengan hati-hati. Dia melihat sang momy tengah tertidur, dia dapat melihat peluh keringat Alika.

"Mom," panggil Darren sembari mendekat.

Alika yang setengah terlelap langsung membuka matanya saat Darren memanggilnya. Darren langsung duduk bersimpuh di hadapan Alika.

"Iya, Sayang. Ada apa?"

"Momy lagi sakit?" tanya balik Darren saat melihat raut muka Alika yang pucat.

"Sakit? Siapa yang sakit sayang. Momy sehat kok, cuman sedikit lelah aja," jawab Alika yang mencari alasan supaya Darren juga tidak mencurigainya. Alika mengelus surai Darren dengan lembut, Darren menghela nafas berat, momy nya itu tidak pandai berbohong.

"Devan sama Revan di mana, mom?" tanya Darren yang mengalihkan pembicaraan, dirinya tidak akan terus terang bertanya kepada sang momy. Dirinya cukup pura-pura tidak tahu apa-apa dan mencari tahu kebenarannya.

"Devan ada urusan dadakan, terus kalau Revan katanya mau ke dapur buat cari cemilan."

Darren hanya bisa memangut-mangut paham. Dia naik keranjang dan merebahkan dirinya disamping Alika. "Mom, Darren mau tidur sama mommy sebentar, boleh?"

Alika tersenyum dan mengangguk, jarang-jarang Darren manja minta tidur sama dirinya.

"Momy tau siapa yang paling Darren sayangi di dunia ini?" Tanya Darren sembari memeluk Alika erat.

Alika menggelengkan kepalanya pura-pura tidak tahu, sebenarnya dirinya sangat tahu siapa yang sangat Darren sayangi di dunia ini, itu adalah dirinya.

"Momy, Darren sangat menyayangi momy. Jadi Darren mohon mom, jangan pernah mencoba untuk pura-pura kuat, jika momy merasakan sakit, bilang saja sama Darren." Alika terdiam, apakah Darren tahu tentang penyakitnya. Padahal dirinya sudah mencoba untuk terlihat baik-baik saja.

"Darren itu tidak bisa momy bohongi, Darren mau momy jujur sama Darren," guman Darren yang semakin erat memeluk Alika. "Disini ada calon adik baru Darren, Darren mau momy sama calon adik baik-baik saja," sambung Darren dan tak terasa Darren menitikkan air mata. Untuk pertama kalinya Darren menangis dihadapan Alika.

"Momy baik-baik saja, mungkin momy terlihat kelelahan karena momy lagi mengandung," ujar Alika menenangkan Darren. Darren semakin erat memeluk Alika, beberapa menit kemudian sudah tidak terdengar suara isakan yang berarti Darren tertidur. Alika tersenyum saat melihat bagaimana Darren tertidur sembari memeluk dirinya, jika di ibaratkan mungkin seperti bayi. Tersenyum adalah caranya menyembunyikan sebuah rasa sakit, dirinya bukan sedih akan sebuah penyakit. Tapi dia merasakan sangat sedih jika harus meninggalkan mereka semua, suami dan juga anaknya, termasuk calon anaknya.

"Mom----

"Sstt! Jangan berisik, Darren lagi tidur," sela Alika saat melihat Revan masuk sembari membawa beberapa cemilan.

"Dih curang, kan tadi yang mau dipeluk sama mommy itu Revan, kok jadi Darren sih," gerutu Revan sembari menatap Darren kesal. Alika hanya bisa tersenyum melihat bagaimana sifat kekanakan Revan.

"Udah biarin aja, lagian jarang-jarang Darren tidur siang bukan. Kamu sebagai kakak mencoba untuk mengalah dulu," ujar Alika yang membuat Revan mengangguk. Revan naik ke atas ranjang sembari bersila menghadap Alika, tak lupa juga beberapa cemilan yang siap sedia dia makan.

Alika mengalihkan pandangannya pada ponsel yang berdering diatas nakas, disana tertera nama Devan.

"Momy, Devan kangen mommy," rengek Devan yang langsung pada intinya.

"Tapi mommy gak kangen Bang Devan," ejek Revan sembari meletakkan kepalanya di atas kaki Alika.

"Diam kamu kutu mila! Abang gak bicara sama kamu, Abang bicara sama mommy," sembur Devan yang membuat Revan tertawa cekikikan.

"Kalian ini, selalu saja bertengkar. Bikin kepala mommy pusing," kesal Alika yang membuat Devan dan Revan terdiam.

"Mommy Bang Devannya tuh ngatain Revan kutu mila," adu Revan.

"Emang kamu kutu mila," ejek Devan semakin membuat Revan kesal.

"Momy----

"Devan, jangan gitu. Kalau kamu pulang jangan lupa sekalian beliin mommy batagor," pesan Alika, saat tanpa sadar dirinya menginginkan batagor.

"Siap mommy! Dedeknya lagi lapar yah, Mom. Makanya mau batagor," girang Devan.

"Otw pulang, Mom. Dadah Dedek," sambungnya.

"Bang Dev, jangan lupa sekalian sama Revan. Harus pedas yah," timpal Revan.

"Dih maunya dibeliin, beli sendiri sana. Punya kaki juga tuh," sembur Devan.

"Dih pelit amat! Orang cuma 5 ribu doang tuh. Kata momy gak boleh pelit, kalau pelit itu kuburannya bakalan sempit," ujar Revan yang mengeluarkan kata ceramahnya.

"Iya iya ustadz Revan, Abang beliin," timpal Devan mengalah.

"Yeyyy! Makasih Abang."

"Tapi plastiknya doang hahaha ...," Ucap Devan.

"Dih gak jadi makasihnya, bye!" Revan langsung menggulung dirinya dengan selimut yang tadi dipakai Darren. Devan itu memang Abang yang menyebalkan.

"Devan, jangan goda Revan terus napa. Buruan pulang dan bawa batagornya," sela Alika.

"Iya iya mommy ku sayang, dah Assalamualaikum," pamit Devan.

"Wa'alaikumsalam."

Three BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang