Bagian 1

489 73 32
                                    

18 tahun kemudian

"Devan!"

Devan yang tengah sibuk bermain gitar langsung berlari ngacir bersembunyi. Dia tahu suara siapa itu. Iyah Alika, mamanya yang sangat cantik dan cerewet.

"Revan, dimana Devan?" tanya Alika pada Revan yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Revan melirik Alika dan menunjukkan dimana Devan berada.

"Tadi Revan liat, Bang Devan lagi main gitar di balkon, Mom," jawab Revan jujur.

Alika mengangguk dan berjalan menuju balkon sembari membawa kemoceng bermotif bunga.

Alika berjalan ke lantai atas dan meneliti balkon rumahnya. Di sana dia melihat Devan tengah bersembunyi di balik tirai, Alika tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Devan itu sudah 18 tahun, tapi masih saja sembunyi dibalik tirai yang bahkan setengah badannya saja dapat Alika lihat.

Alika berjalan dan langsung menarik tubuh tinggi dan tegap Devan. Devan hanya bisa nyengir kuda saat Alika menariknya turun ke lantai bawah.

"Kamu ini, udah berapa kali Mama bilang, jangan suka tawuran Devan. Kamu ini selalu aja bikin Mama kena serangan jantung!" tegur Alika yang sudah telak dengan kelakuan Devan. Devan itu selalu bisa bikin spot jantung Alika tidak karuan.

Setiap satu Minggu sekali, pasti saja Devan itu selalu masuk rumah sakit. Jika dia tidak masuk rumah sakit, maka orang lain dia buat masuk rumah sakit. Devan memang benar-benar titisan dirinya, dulu Alika suka tawuran dan punya Geng, tentu saja itu menurun pada Devan.

"Mom, Devan juga mau berhenti. Tapi gak bisa, kata Papa itu karena Devan punya perilaku momy waktu dulu," timpal Devan yang membuat Alika memijat pelan pelipisnya.

"Devan juga tawuran cuman main-main aja kok, Mom. Kayak maen congklak, monopoli," sambungnya watados.

"Iya, congklak dan monopoli di mata kamu itu kaya balapan, terus juga berantem. Devan, kamu tau kan, mama gak mau kalian kenapa-napa, Devan boleh main geng-geng an. Tapi syarat Mama, Devan harus jaga diri baik-baik," jelas Alika yang membuat Devan mengangguk.

"Siap, Mom!"

Alika tidak bisa marah ataupun memukul anak-anaknya, dia hanya bisa memberikan nasehat dan tentu saja ketika anaknya sudah dewasa. Tahu mana yang benar dan mana yang salah.

"Mom," panggil Darren dari arah dapur.

Alika mengalihkan pandangannya dari Devan kepada Darren. Dia melihat anak bungsunya tengah sibuk memasak di dapur.

"Iya, Darren. Ada apa?" tanya Alika sembari mendekati Darren.

"Kemarin momy naroh taplon di mana?" tanya Darren dengan tangan yang membawa spatula dan tak lupa celemek pink yang melingkar indah di tubuhnya.

"Bukannya Darren yang naruh, momy gak tau tuh," jawab Alika yang langsung diangguki oleh sang empu.

Alika tersenyum melihat kelakuan ketiga anaknya. Mereka mempunyai hoby masing-masing dan hobynya itu gak ada yang bener, mungkin hanya Darren yang hobynya sedikit masuk akal.

Devan, dia punya hoby tawuran, masukin anak orang ke rumah sakit dan tentunya selalu bisa membuat dirinya selalu merasa khawatir.

Revan, anaknya pendiem, hobynya main handphone, dan juga tidur. Lalu ada Darren, si anak bungsu yang cuek, hobynya masak.

"Momy, besok ada kelulusan di sekolah. Momy sama papa hadir, kan?" tanya Revan sembari memeluk Alika dari belakang.

Alika tersenyum dan mengelus kepala Revan. Jika orang melihat Revan tengah memeluk Alika mungkin mereka akan berpikiran bahwa Alika dan Revan adalah sepasang kekasih. Umur Alika sudah tidak muda lagi, tapi entah kenapa dirinya masih terlihat muda, bahkan dirinya tidak mempunyai kerutan di wajah sedikitpun.

"Pasti, masa iya enggak," jawab Alika.

"Kalian ini udah remaja, udah pada punya pacar belum?" Sambung Alika yang membuat Revan mengerucut tidak suka saat ditanya soal pacaran.

"Gak ada, pacaran itu ribet. Nambah beban aja," ketus Revan yang membuat Alika menggeleng heran.

"Kalau bang Devan, udah punya?"

"Udah, malahan ceweknya banyak, Mom. Sehari sekali dia ganti pasangan, gila gak tuh Bang Devan," jawab Revan memanas-manasi.

"Sehari sekali?"

"Iya, sehari sekali, Ma. Aku sama Darren aja gak pacaran tuh. Tapi ma, Bang Devan playboy sama genitnya minta ampun," terang Revan.

Devan hanya bisa mendelik kesal pada Revan. Dia memang sangat playboy, tapi dia mendekati mereka hanya untuk main-main saja. "Terus aja omongin, Abang. Dasar adik sialan!" gerutu Devan sembari melemparkan bantal kursi kepada Revan.

Dengan cekatan Revan menghindar dan bersembunyi dibalik tubuh Alika, karena Revan mengelak serangan Devan, otomatis bantal itu terlempar dan mengenai Alika. Devan membulatkan matanya saat tahu bantal itu mengenai Alika, tidak! Diseberang sana ada Kelvin yang tengah menatapnya garang. Gawat! Dia telah membuat singa bangun dari tidurnya.

"Itu salah Revan, ngapain dia pake ngehindar segala, jadi kena mommy kan," tutur Devan sembari mengambil ancang-ancang untuk lari.

"Devan!"

Mendengar teriakan Kelvin membuat jantung Devan hampir meloncat. Sial! Untuk satu Minggu kedepan uang jajannya akan ditarik oleh sang papa, satu Minggu kedepan dia akan menjadi gelandangan.

Revan hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal melihat muka tidak berdaya Devan. Anggap saja dirinya memang adik yang jahil, tiada hari tanpa kesenangan jika sudah melihat muka tidak berdaya sang Abang.

"Kalian ini seperti anak kecil saja, ayah sama anak tidak jauh beda. Memang benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," kata Alika dan melengos pergi ke arah dapur untuk melihat apa yang tengah Darren kerjakan.

Drtt! Drtt!

Ponsel Darren berbunyi tanda ada notifikasi masuk, dia melihat sekilas ponselnya dan mengerutkan keningnya tidak suka.

"Darren, kamu lagi masak apa sih di dapur?" tanya Alika yang membuat raut muka Darren berubah seketika, dia tersenyum pada Alika dan langsung melanjutkan kegiatannya.

"Lagi bikin menu baru, Mom. Momy mau nyobain?" Alika tersenyum dan mengangguk setuju.

"Momy adalah orang pertama yang mendapatkan suapan dan juga yang pertama mencicipi masakan Darren," ujar Darren dan menyuapi Alika makanan tersebut. Alika tersenyum dan mengacungkan jempolnya tanda bahwa masakan Darren memang sangat enak.

"Enak banget, kamu mau jadi koki yah. Mau momy daftarkan les privat masak?" Darren menggeleng dan memeluk Alika. "Gak, Darren gak mau jadi koki, Darren cuma mau masak untuk keluarga kita saja. Untuk momy, Papa, Devan dan Revan," jawab Darren yang membuat Alika tersenyum.

"Kalian memang anugerah yang terindah buat momy dari Tuhan. Darren, Devan dan Revan adalah harta yang momy miliki. Darren harus janji sama momy, untuk jaga Abang dan juga kalian harus selalu saling menjaga satu sama lain. Kita tidak tahu kapan bahaya akan datang, jadi kalian harus kuat dan saling menguatkan." Darren merasa, ucapan Alika barusan adalah tanda bahwa memang kedepannya akan banyak rintangan yang harus mereka lewati.

"Darren akan selalu ingat pesan momy."

________
Jangan lupa untuk vote dan komen yahhh😚☺️

Momy Alika, tolong angkat aku jadi menantumu 😚 tidak bisa mendapatkan ketiganya, mungkin bisa lah salah satunya 😂

Three BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang