Dare?! Oh no!

2 1 0
                                    

"Sendal mana sendal?!" Clarissa mengedarkan pandangannya pada semua orang.

"Ini nih!" Stevanie menyodorkan sandal miliknya.

"Makasih ma," Ia kembali menatap tajam Pluto.

"CIUM NIH SENDAL! MAKAN SEKALIAN!!!" Teriak Clarissa sarkrasme.

"Jangan lupa beliin tante yang baru, udah lama itu soalnya, tante belum beli." Celetukan Stevanie membuat Clarissa menatapnya tak percaya.

"Ya ampun maa..." Stevanie menunjukkan lambang peace dengan tangannya.

"Ya maafin, mama kan juga pengen sendal baru,"

"Serah mama deh!" Clarissa mengembalikan sandal mamanya dan masuk kembali ke dalam rumah.

"Eh, ngambek lagiii, hmm... Claaa! Tungguin mamaaa!" Stevanie menyusul Clarissa, tentu saja setelah memakai sandal lagi.

"Krik-krik... garing kriuk kres! Iklan gesss! Promo! Beli satu renceng dapet kantong kresek! Gratisss!!!" Dengan bangganya Pluto mempromosikan barang produksi perusahaan keluarganya.

Sementara Rendy, Aldivaro, dan Adelaide hanya mendesah berat, lalu berjalan memasuki rumah dan meninggalkan Pluto dengan iklan-iklannya.

"Yah, mas! Mbak! Ini dibeli dulu dagangan saya!"

"Bodoamat!" Aldivaro dan Rendy mengatakannya bersamaan, dengan tangan kanan Rendy diangkat tinggi-tinggi keatas sambil menegakkan jari tengahnya saja.

"BETAPA, MALANG NASIBMUUU... TEMAN TIRIII..." Raut wajah Pluto dibuat-buat hingga terkesan seperti menghayati lagunya.

🌼

"Ayo kita puter botolnyaaa..." Clarissa berseru. Ia mengaajak semua orang bermain Truth or Dare di ruang keluarga menggunakan botol kosong yang diputar.

Ia tersenyum senang, orang yang pertama mendapat giliran adalah mamanya, "Yeyyy mama kenaaa!!! Mama pilih Truth atau Dare?"

"Em, Truth aja deh... mama lagi mager soalnya."

"Cla punya satu pertanyaan buat mama, 'Siapa cinta pertama mama selain grandpa?'" Clarissa memberi pertanyaan pertama kali.

"Dad-nya Adelaide," Jawab Stevanie.

"WHAT?!" Sontak seisi ruangan mengatakan kata yang sama, tak terkecuali Adelaide.

"Iya bener, tapi waktu SMA itu, Eder udah punya pacar, yaitu mamanya Adelaide, Syifani. Dan Eder itu tipe-tipe cowok yang setia, jadi lebih baik menepi aja," Curhat Stevanie.

"MENCINTAI DALAM SEPI, DAN SABAR MANGGA MANA LAGI? YANG HARUS KU PENDAM DALAM MENGAGUMI DIRIMUUU... MELIHATMU GENGGAM TANGANNYA, NYAMAN PELUK ERAT DIRINYA YANG MEMBUATKU TERSADAAAR! DAN SEDIKIT MENEPIII... TERSADAAARRR... DAN SEEDIKIT MENEPIIIIII... TUNG TAK TUNG JA-JA-JAJAJAA!"

"NGACA WOY!!!" Teriak Rendy pada Pluto.

"Coba sekaliii aja lo muji gue."

"Oke! Ekhem!" Rendy mempersiapkan suaranya, bukan untuk memuji Pluto, tapi untuk menertawakannya, "Suara lo merdu kok," Pluto tersenyum senang.

"Makasih-makasih,"

"MERUSAK DUNIA! HAHAHAHA!" Semua yang ada di sana ikut tertawa kecuali Pluto.

"ITU BUKAN PUJIAN ELAH!!!"

"Emang bukan! Gue kan gak bilang mau muji elo! Gabut banget gue muji orang modelan kek Mr. Buncis!"

"Udah-udah! Sekarang mending kita lanjut puter aja," Clarissa akhirnya melerai mereka berdua.

"Pluto!!!" Rendy tertawa.

"Gue Dare aja dah! Dari pada Truth ditanya aneh-aneh!"

"Good! Sekarang mending lo nyanyi lagi. Nyanyiin lagu yang sesuai sama perasaan lo kali ini." Aldivaro yang memberi tantangan.

"Ekhem-ekhem!" Pluto langsung mengambil gitar yang kebetulan berada di samping kursinya.

"Wait! Mau gue live-in di IG!" Clarissa menyalakan smartphone-nya, "Oke, action!"

"Hadirin yang berbahagia, sekarang saya akan menyenyikan lagu 'Marhaban ya Marhaban' ehh... salah-salah! Saya akan menyanyikan lagu yang menggambarkan suasana hati saya saat ini." Pluto berdehem lagi. "Ibu-ibu bapak-bapak siapa yang punya anak hilang?" Nada lagu yang seharusnya pun sudah hilang, diganti dengan teriakan tidak jelas Pluto. "Bilang aja sama polisi! Jangan bilang sama saya, masalahnya saya bukan mbah dukun!"

"Langsung aja napa?!" Sewot Rendy.

"Sabar-sabar..." Pluto menarik napas, ia mulai memetik gitar. "Samaaa-sama saja, mantra cintaku tak bekerja... hatiii-ini juga... ingin cinta yang bisa memuja..."

White LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang