12. Birthday

10K 729 22
                                    

"Gimana, Kak? Mau kue tart yang seperti apa?" tanya pelayan di toko roti mengejutkan Keira.

"Ehm," Keira melihat ke etalase sekali lagi. "Yang kayak gitu, Mbak." Ia menunjuk kue tart berukuran sedang berlapis potongan coklat dan dihiasi banyak buah cherry.

"Baik, Kak. Silakan tunggu sebentar ya, biar kami persiapkan dulu kuenya." Pelayan itu menulis sesuatu di nota lalu masuk ke suatu ruangan di balik etalase.

Keira menghela napas letih. Ia kembali menoleh keluar saat mendengar suara motor berhenti. Rupanya Zein. Dia benar-benar datang. Zein langsung masuk ke toko roti dan mendapati Keira sedang duduk lemah di suatu kursi.

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Zein saat melihat wajah pucat Keira. Cewek itu cuma mengangguk pelan. "Jadi dari tadi lo belum pulang?" Zein hampir tak percaya melihat seorang Keira belum berada di rumahnya setelah banyak waktu lewat dari jam belajar.

"Mereka masih di sana." Keira mengarahkan pandangannya ke seberang jalan, di mana Benny dan tiga temannya menunggui Keira.

Zein mendengus kesal. "Lo tunggu di sini. Jangan ke mana-mana sebelum gue balik!" Ia memerintah sambil memberikan tas ranselnya pada Keira.

"Lo mau ke mana, Zein?" Keira menarik lengan cowok itu saat dia hendak keluar.

"Ngusir mereka lah. Mungkin gue perlu ngasih pelajaran sama para sok jagoan itu," ucap Zein ketus.

"Ja-jangan! Bahaya. Biarin mereka di sana. Kita sebaiknya pulang aja sekarang," cegah Keira.

"Biarin mereka?" Zein terkekeh entah kesal atau kenapa. Ia menghiraukan Keira dan segera keluar dari toko roti.

Keira melihat Zein menghampiri Benny dan gengnya. Entah apa yang semula dia bicarakan, tapi beberapa menit kemudian Zein tiba-tiba menonjok muka Benny. Keira terbelalak melihat adegan itu.

Kejadian tak sampai di situ saja. Teman-teman Benny langsung menyerang Zein dan mengeroyoknya. Keira tak bisa menahan ketakutannya. Zein dalam masalah besar gara-gara dirinya. Keira gemetaran.

Apa yang akan terjadi pada Zein? Zein bisa mati dihajar Benny beserta gengnya. Seorang Benny saja sudah sangat berbahaya, apalagi dengan teman-temannya? Keira memeluk ransel Zein, berharap keajaiban datang menolongnya. Ia terus berdoa dalam hati.

Keira masih melihat Zein bertempur seorang diri melawan empat kakak kelasnya. Ia sempat terjatuh dihantam Benny, tapi kemudian Zein bangkit dengan cepat dan menendang keras para kakak kelas itu. Benny membalasnya. Mereka saling memukul bergantian. Terjatuh. Bangkit. Entah apa lagi yang terjadi karena Keira tak sanggup untuk menyaksikan lebih lanjut. Ia memunggungi mereka dengan mata terpejam.

"Kak, ini kue yang Mbak pesan sudah siap." Keira baru membuka mata saat pelayan tadi membawakan sekotak kardus yang sudah diikat. "Ini notanya." Ia juga menyerahkan secarik kertas pada Keira.

"Makasih, Mbak," ucap Keira sambil mengeluarkan sejumlah uang sesuai nota. "Ee, Mbak. Saya boleh di sini sebentar? Saya lagi nunggu teman saya," ucap Keira setengah memohon.

"Ya, silahkan, Kak. Nggak pa-pa." Pelayan itu tersenyum ramah lalu kembali sibuk menata isi etalase.

Triiinggg.

Keira dikejutkan oleh suara ponsel dari tas Zein.

Triiinggg.

Ponselnya terus berbunyi memaksa Keira untuk membuka ransel Zein, lalu mengambil ponselnya. Tampaknya ada panggilan dari orangtua Zein. Terlihat dari nama yang terpampang di layar ponsel itu

Mama is calling.

Sesaat Keira bingung harus bagaimana. Tapi karena ponsel terus berbunyi, akhirnya Keira memencet tombol answer-nya.

Beautiful RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang