6. Preman Pintar

10.9K 713 5
                                    


Keira membeku di tempat. Rupanya Zein benar-benar sempat melihatnya.

"Jangan-jangan, wallpaper di HP anak itu emang lo, ya?" Zein menahan pandangannya pada Keira.

"Kalau cewek rocker itu emang gue, apa lo bakal bilang-bilang ke orang lain?" tanya Keira gelisah.

Zein mengangkat satu alis. "Emang apa untungnya kalau gue bilang soal foto itu ke orang lain? Nggak ada urusannya sama gue, kan?" lanjutnya sambil meneruskan tulisan, tampak tak begitu peduli.

Keira terbengong-bengong. Tadinya ia pikir Zein bakalan heboh. Mengetahui cewek tipe serius sepertinya senang berpenampilan rocker Zein harusnya tertawa. Atau paling tidak, Zein akan bertingkah seperti Ryu, menggunakan rahasia itu sebagai senjata untuk mengancamnya. Zein tak seperti yang Keira kira. Ia justru netral. Cowok model berandalan seperti Zein ternyata ada sisi baiknya juga.

"Wah, sudah selesai?" Keira tampak terkejut saat melongok bukunya. "Cepat juga," ia berkomentar.

"Nih, diperiksa." Zein menggeser buku tulis itu ke depan Keira.

Keira hampir-hampir tak percaya. Setahunya Zein bahkan tidak membuka kamus sama sekali. Namun hasil kerjaannya sangat mencengangkan. Tulisan Inggris Zein benar semua. Entah itu penggunaan tensesnya, perangkaian kalimatnya, to be-nya, pokoknya ia menggarap karangannya dengan sempurna.

"Zein?" Keira memandangnya antara takjub dan curiga.

"Ada yang kurang tepat ya? Di bagian mana?" sahut Zein santai.

"Nggak ada kok," Keira menggelengkan kepala. "Tapi...."

Zein heran melihat sikap aneh Keira. "Tapi apa?"

"Lo bisa ngerjain cepat tanpa buka kamus. Lo nggak hafalin buku setebal kamus, kan? Pengetahuan kosa kata Inggris lo hebat banget."

Zein tertawa kecil. "Gue punya ingatan yang bagus. Sekali baca aja, mungkin gue bisa ingat selamanya."

Keira tak begitu mempercayai jawaban itu, namun ia tak bertanya lagi. Ia cuma berpikir ucapan Milli waktu itu memang tidak salah. Zein benar-benar tak boleh diremehkan dalam pelajaran. Dia preman sekolah yang pintar.

"Jadi tugas kelompok kita sudah selesai, kan?" tanya Zein kemudian.

"Untuk hari ini selesai," jawab Keira.

"Hari ini?" Zein menautkan kedua alisnya bingung.

"Tugas kita kan tiga lembar folio, paling-paling ini baru satu lembar. Kita nggak mungkin kan menyelesaikan hari ini juga? Keburu sore keburu petang. Gue bisa dimarahi Mama kalau pulang sekolah sampai malam," terang Keira.

"Yah, terserah lo deh." Zein sepertinya tak mau ambil pusing.

"Sekarang kita pulang," ajak Keira sambil mengemasi peralatannya. Ia lalu melihat jam. Sudah pukul setengah lima. Lumayan sore juga.

"Rumah lo daerah mana?" tanya Zein saat mereka keluar dari gedung perpustakaan.

"Di komplek Anggrek, dekat jalan Gajahmada." Keira menjawab cepat.

"Oh ya? Tetangga Oki, dong." Zein yang mengetahuinya tampak heran.

"Emang Oki tinggal di komplek Anggrek apa?" Keira malah baru kali ini mendengarnya.

"Iya, kan? Masak lo nggak tahu?" Zein tertawa tak percaya. "Dia di kompleks Anggrek, tepatnya di Blok B."

"Ooh pantas," Keira segera memakluminya. "Gue di Blok D sih."

"Lo mau ke mana?" tanya Zein saat melihat Keira berjalan lurus saja.

"Ya pulang lah. Busnya kan nggak masuk area perpustakaan juga," jawabnya sambil berhenti sebentar.

Beautiful RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang