7. Penasaran

10.2K 677 10
                                    

"Senjata?" Zein menatap tajam Ryu. "Lo sengaja bikin senjata buat ngancam Keira?" ucapnya ketus. Sepertinya Zein sudah tidak suka Ryu sejak pertama kali melihatnya, di mana ia melempar bola basket ke kepalanya waktu itu.

"Sori, tapi ini nggak ada urusannya sama lo." Ryu memasukkan ponselnya ke saku kemudian bergegas pergi dari hadapan mereka.

Senjata.

Kata itu terus terngiang di kepala Keira. Haruskah ia biarkan seluruh sekolah tahu kegemaran nyentriknya? Haruskah ia biarkan Ryu terus mengancam dengan foto rockernya?

"Hey, malah bengong di tengah jalan." Zein menyenggol bahu Keira karena beberapa detik sudah berlalu ia masih bergeming di tempat.

"Ryu punya senjatanya," gumam Keira tanpa menatap Zein. Mukanya tampak begitu murung. Tanpa banyak suara ia pun melanjutkan langkahnya yang tertunda.

"Senjata apa sih sebenarnya?" Oki yang ikut mendengar pembicaraan Keira dengan Ryu menanyai Zein.

"Jangan-jangan foto sexy Keira. Kalau nggak ya video pas dia lagi ngapain gitu. Huhu," Alvin cengengesan sampai Zein melototinya. "Bukannya itu masuk akal, Bos? Senjata pasti sesuatu yang memalukan atau rahasia, kan?"

Zein tak menjawab. Ia hanya termenung sesaat sebelum mengajak keduanya untuk pergi ke kelas. Lagipula bel berakhirnya istirahat juga sudah berbunyi.

"Lo masih mikirin ancaman anak Bahasa tadi?" Zein yang telah tiba di kelas duduk di bangku Milli, menjejeri Keira. "Emang sebegitu rahasianya foto itu buat lo?"

"Lo pernah lihat sendiri, kan?" jawab Keira, hampir depresi. "Seharusnya itu sangat rahasia," keluhnya.

"Ya gue cuma lihat sebentar, sih. Emang itu beneran lo ya?" tanya Zein penasaran. Namun bukannya menjawab, Keira malah menatapnya sebal.

"Eh, Zein! Kok lo di sini, sih? Bu Rani udah mau masuk tuh. Minggir, minggir! Gue mau duduk!" Milli yang baru datang langsung mengusir Zein.

"Lo aja yang pindah belakang," sahut Zein cuek. Ia justru mengepang kaki, mengisyaratkan bahwa ia tak mau pergi.

"Udah, Mil, sini aja! Biarin mereka pacaran. Kan baru aja jadian." Alvin berseru dari belakang.

"APA??! JADIAN??!"

Tak cuma Milli yang kaget, seisi kelaspun dibuat kaget besar-besaran.

"Lo kurang kerjaan banget, sih? Tukang provokasi lo!" Keira melempar buku ke kepala Alvin karena jengkel dengan omongan asalnya.

"Santai dong, Kei!" Alvin yang berhasil menghindar malah senang melihat reaksi cewek itu. "Lagian, lo sendiri kan yang bilang suka Zein duluan?" tambahnya lalu cekikikan.

"Apa? Keira nembak duluan?" Shella dan teman-temannya pun berteriak heboh.

"Lo...?" Keira mengepalkan tangan, bersiap mengamuk Alvin. "Dasar...."

"Alvin cuma bercanda teman-teman. Jangan dengerin dia!" Namun perkataan keras Zein menghentikan niat Keira. Semua anak yang ribut pun terdiam dibuatnya.

"Kalaupun benar gue sama Keira jadian, pastinya gue yang nembak duluan," lanjut Zein, sukses membuat Keira melebarkan mata. Zein sendiri cuma tersenyum simpul melihat ekspresi itu.

"Jadi cuma bercanda? Kirain beneran."

"Emang rasanya nggak masuk akal, sih. Masa Keira nembak Zein duluan?"

Sebentar saja anak-anak di kelas IPS-3 mulai berbisik-bisik lagi.

"Bos boleh juga." Dari bangku belakang Alvin berkomentar.

Beautiful RockerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang